Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kepulauan Bangka Belitung Bangka belitung
Legenda Batu Balai
- 17 Juli 2012

Batu Balai adalah sebuah batu besar yang menyerupai kapal yang terletak sekitar 3,5 kilometer sebelah utara Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Batu berukuran ukuran 8 x 6 dan tinggi 5 meter ini sangat melegenda di kalangan masyarakat setempat. Menurut cerita, keberadaan Batu Balai ini disebabkan oleh sebuah peristiwa mengerikan yang pernah terjadi di daerah perairan Mentok. Peristiwa apakah yang menyebabkan terjadinya Batu Balai itu? Ikuti kisahnya dalam cerita Legenda Batu Balai berikut ini!

* * *

Alkisah, di sebuah hutan di daerah Mentok, Bangka-Belitung, hiduplah seorang janda miskin. Ia tinggal di sebuah gubuk reot bersama anak laki-lakinya yang bernama Dempu Awang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, mereka menanam ubi, keladi, dan sayur-sayuran di ladang. Hasil yang mereka peroleh hanya cukup untuk dimakan sehari-hari, dan terkadang kurang. Begitulah kehidupan Dempu Awang dan ibunya setiap hari. Lama kelamaan, Dempu Awang pun semakin jenuh dan sering bermalas-malasan pergi ke ladang.

Suatu hari, Dempu Awang duduk termenung seorang diri di depan gubuknya memikirkan nasibnya. Di tengah-tengah lamunannya itu, tiba-tiba muncul keinginannya untuk merantau mencari pekerjaan yang lebih baik.

"Jika aku pergi merantau, bagaimana dengan ibuku? Ia akan tinggal sendirian di sini dan tak ada lagi yang membantunya bekerja di ladang," pikirnya.

Setelah mempertimbangkan masak-masak, akhirnya Dempu Awang memberanikan diri untuk menyampaikan niat itu kepada ibunya.

"Bu, bolehkah Dempu mengatakan sesuatu?" tanya Dempu.

"Apakah itu, Anakku? Katakanlah!" jawab ibunya.

"Dempu ingin merantau ke negeri seberang, Bu! Jika begini terus, kapan hidup kita bisa memiliki kehidupan yang lebih baik," ungkap Dempu Awang.

Mendengar ungkapan itu, ibu Dempu menjadi bingung. Di satu sisi, ia merasa bahwa apa yang dikatakan anaknya itu benar. Namun di sisi lain, ia tidak ingin berpisah dengan anak semata wayangnya itu.

"Anakku, Ibu semakin tua. Jika kamu pergi, siapa yang akan mengurus Ibu, Nak?" kata ibu Dempu.

"Bu, Dempu pergi tidak akan lama. Jika sudah berhasil, Dempu akan segera kembali menemui Ibu," bujuk Dempu.

Setelah berkali-kali didesak, akhirnya ibu Dempu Awang mengizinkan Dempu Awang merantau, walaupun dengan perasaan berat hati.

"Baiklah, Anakku! Jika itu sudah menjadi tekadmu, Ibu mengizinkanmu pergi. Tapi, jangan lupa segera kembali jika sudah berhasil," kata ibu Dempu.

"Terima kasih, Bu! Dempu berjanji tidak akan melupakan Ibu," ucap Dempu Awang dengan perasaan gembira.

"Bagaimana caramu merantau, Anakku? Bukankah kita tidak mempunyai uang untuk membayar ongkos naik kapal?" tanya ibunya bingung.

"Tenang, Bu! Dempu sudah memikirkan semua itu sebelumnya. Untuk membayar ongkos naik kapal, Dempu bersedia menjadi anak buah kapal," jawab Dempu sambil tersenyum.

Keesokan harinya, Dempu Awang pergi ke pelabuhan untuk melihat apakah ada kapal yang sedang berlabuh. Pada hari itu, kebetulan sebuah kapal besar sedang berlabuh. Dempu Awang pun segera menemui si pemilik kapal.

"Permisi, Tuan! Saya ingin merantau ke negeri seberang untuk memperbaiki nasib keluarga saya. Saya ingin menumpang di kapal Tuan, tapi saya tidak mempunyai uang. Berilah saya pekerjaan untuk membayar ongkos kapal!" pinta Dempu Awang mengimba.

Lantaran iba, pemilik kapal itu pun bersedia mengangkat Dempu Awang menjadi anak buah kapal.

"Baiklah, Dempu! Besok pagi saya tunggu kamu di sini. Kita akan berangkat berlayar bersama-sama menuju negeri seberang," kata pemilik kapal.

Setelah mendapat izin dari pemilik kapal, Dempu Awang segera menyampaikan berita gembira itu kepada ibunya. Mendengar berita gembira itu, hati ibunya senang bercampur sedih, karena ia benar-benar akan berpisah dengan anak kesayangannya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali ibu Dempu mempersiapkan bekal makanan dan pakaian seadanya untuk Dempu selama di perjalanan. Setelah semuanya siap, berangkatlah Dempu ke pelabuhan bersama ibunya. Sesampainya di pelabuhan, kapal yang akan ditumpangi Dempu sudah bersiap-siap untuk berangkat.

"Dempu...! Cepatlah naik ke kapal! Kita segera berangkat!" seru si pemilik kapal dari atas anjungan.

"Iya, Tuan!" jawab Dempu.

Dempu Awang pun berpamitan kepada ibunya. Ia memeluk ibunya dengan erat, sang Ibu pun membalas pelukan anaknya sambil meneteskan air mata. Sejenak, suasana menjadi haru. Perasaan sedih menyelemuti hati keduanya.

"Berangkatlah, Anakku! Ibu doakan semoga kamu berhasil dan jangan lupa cepat kembali!" pesan ibunya.

"Iya, Bu! Dempu akan selalu ingat pesan Ibu. Jaga diri Ibu baik-baik!" kata Dempu.

Usai mencium tangan ibunya, Dempu Awang segera berlari naik ke atas kapal. Beberapa saat kemudian, kapal yang ditumpangi itu pun berangkat. Dempu Awang melambaikan tangan kepada ibunya. Sejak itu, ibu Dempu tinggal seorang diri di gubuknya. Setiap hari ia senantiasa berdoa agar anaknya sampai di tujuan mendapatkan pekerjaan dan segera kembali.

Waktu terus berjalan. Dempu Awang sudah sepeluh tahun di tanah rantau. Berkat doa ibunya, Dempu Awang menjadi seorang yang kaya raya dan mempunyai istri yang cantik jelita. Namun, ia tidak pernah memberi kabar ibunya.

Suatu hari, istri Dempu Awang ingin sekali bertemu dengan ibu mertuanya. Ia pun menyampaikan niat itu kepada suaminya.

"Kanda! Kapan kita ke kampung halaman Kanda? Dinda ingin sekali bertemu dengan ibu Kanda," kata istri Dempu Awang.

"Baiklah, Dinda! Besok pagi kita berangkat. Sampaikan kepada semua pelayan untuk menyiapkan segala keperluan kita selama di perjalanan dan oleh-oleh untuk ibu di kampung!" ujar Dempu Awang.

Dengan perasaan gembira, istri Dempu Awang pun segera menyampaikan pesan suaminya itu kepada para pelayan. Mulai pagi hingga malam hari, para pelayan sibuk mempersiapkan bekal yang diperlukan, seperti makanan, minuman, pakaian, serta oleh-oleh untuk ibu Dempu di kampung halaman.

Keesokan harinya, berangkatlah Dempu Awang bersama istrinya serta beberapa orang anak buah kapal menuju ke Mentok dengan menggunakan kapalnya yang besar dan megah. Setelah berhari-hari berlayar, Dempu Awang bersama rombongannya tiba di pelabuhan Mentok. Para penduduk, baik nelayan maupun pedagang, berbondong-bondong menuju ke pelabuhan untuk melihat perahu besar dan megah itu. Ketika mendekat di kapal itu, mereka melihat seorang pemuda gagah berpakaian mewah berdiri di anjungan kapal dan seorang wanita cantik berdiri di sampingnya. Di antara penduduk tersebut ada yang mengenal pemuda gagah itu.

"Hai, lihatlah! Bukankah itu Dempu Awang?" kata seorang penduduk.

"Benar! Dia Dempu Awang, anak orang miskin itu," sahut penduduk lainnya.

Sementara itu, dari atas kapalnya, Dempu Awang menyebarkan pandangannya kepada seluruh penduduk yang mendekat ke kapalnya. Ia sedang mencari ibunya yang sangat dirindukannya. Setelah mengamati satu per satu wajah mereka, ternyata orang yang dicarinya itu tidak ada. Ia pun memanggil beberapa orang penduduk naik ke atas kapalnya dan menanyakan keberadaan ibunya. Salah seorang penduduk mengatakan bahwa ibunya masih hidup.

"Baiklah. Kalau memang ibuku masih hidup, tolong panggilkan dan bawa naik ke kapal ini. Aku ingin memastikan apakah dia benar-benar ibuku!" pinta Dempu Awang kepada penduduk itu.

Tak berapa lama, penduduk itu datang bersama seorang wanita tua berpakaian compang-camping. Wanita tua itu kemudian segera naik ke kapal untuk menemui anaknya yang sudah lama dirindukannya. Dempu Awang mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya. Namun karena malu mengakui sebagai ibunya di hadapan istrinya, ia pun mengusir wanita tua itu.

"Pelayan! Usir nenek peot ini dari kapalku! Dia bukan ibuku. Dia hanya petani miskin yang mengaku-ngaku sebagai ibuku!" seru Dempu Awang sambil berkacak pinggang.

"Dempu Awang! Dia adalah ibumu yang telah kau tinggalkan sendirian selama puluhan tahun," sahut seorang penduduk yang hadir di tempat itu.

"Benar, Anakku! Aku ini ibumu yang telah melahirkan dan membesarkanmu. Ibu sangat mengenal tanda goresan di keningmu bekas luka karena terjatuh dulu," kata wanita tua.

Mendengar pengakuan wanita tua itu, Dempu Awang semakin marah. Istrinya pun berusaha menenangkan hatinya.

"Iya, Kanda! Mungkin saja wanita tua itu benar bahwa Kanda adalah anaknya. Janganlah menjadi anak durhaka dan tak usah malu kepada Dinda!" bujuk istrinya.

Bujukan sang Istri bukannya membuat hati Dempu Awang menjadi tenang, tetapi justru kemarahannya semakin memuncak. Ia pun menghampiri dan kemudian mendorong wanita tua itu hingga terjatuh berguling-guling di tangga kapal. Hati wanita itu hancur berkeping-keping melihat perlakuan anaknya terhadap dirinya. Dengan perasaan sedih, wanita tua malang itu segera meninggalkan pelabuhan menuju ke gubuknya. Setelah agak jauh dari pelabuhan, ibu Dempu Awang berhenti di jalan seraya menengadahkan kedua belah tangannya ke atas.

"Ya, Tuhan! Berilah balasan yang setimpal kepada anak hamba yang durhaka itu, karena tidak mau mengakui hamba sebagai ibu kandungnya," pinta ibu Dempu Awang.

Doa sang Ibu benar-benar dikabulkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Ketika Dempu Awang hendak berlayar meninggalkan pelabuhan Mentok, tiba-tiba langit menjadi mendung. Kemudian turunlah hujan yang sangat deras disertai angin topan dan petir yang menyambar-nyambar. Tiba-tiba gelombang laut setinggi gunung menghantam kapal Dempu Awang yang megah itu hingga terbelah menjadi dua, lalu karam ke dasar laut.

Setelah cuaca kembali cerah seperti semula, tampaklah sebuah batu besar di tempat kapal Dempu Awang karam. Batu yang menyerupai kapal besar itu merupakan penjelmaan Dempu Awang dan kapalnya, sedangkan istrinya menjelma menjadi kera putih. Hingga kini batu tersebut masih terpelihara dengan baik. Oleh masyarakat setempat, batu tersebut diberi nama Batu Balai, karena pada zaman dahulu, di samping batu itu terdapat sebuah balai, yakni sebuah kantor pemerintahan yang biasa dijadikan sebagai tempat bermusyawarah.

* * *

Demikian cerita Legenda Batu Balai dari daerah Bangka Barat, Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah ganjaran bagi anak yang durhaka terhadap orangtua. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Dempu Awang yang telah mengusir dan tidak mau mengakui ibu kandungnya sendiri, karena malu kepada istrinya. Akibatnya, Tuhan pun mengutuknya menjadi batu berkat doa ibunya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

siapa durhaka ke ibu bapak,
celaka menimpa laknat pun banyak

kalau ibu bapa engkau sanggah,
di situlah tempat kutukan Allah

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya