Rangkasbitung merupakan ibu kota Kabupaten Lebak, Banten. Namanya terdiri dari kata “Rangkas”, yang berarti Patah, dan “Bitung”, yang merupakan nama satu rumpun bambu. Berikut adalah legenda mengenai asal usulnya.

Dahulu kala, tumbuhlah suatu rumpun bambu yang sangat besar. Para penduduk menyebutnya Awi Bitung (Bambu Bitung). Awi Bitung ini dijadikan sumber mata pencaharian penduduk, seperti bahan anyaman, peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya. Para penduduk setempat pun mulai mengeramatkan awi/bambu tersebut. Mereka mulai menyembah dan memberi sesajen kepada Awi Bitung tersebut.

Hingga suatu hari, datanglah seorang Ulama ke daerah Awi Bitung. Ia yang kaget melihat para penduduk menyembah serumpun bambu menasihati mereka agar tidak melakukan hal tersebut karena merupakan tindakan musyrik. Ia lalu mengajarkan bahwa hanya Allah yang layak dan wajib disembah.

Namun demikian, para penduduk serta merta mengusir Ulama secara kasar. Sang Ulama pun pergi meninggalkan massa tersebut. Akan tetapi, setelah kepergiannya, tiba-tiba muncul angin kencang. Angin itu berputar semakin keras dan memorak-porandakan daerah itu, serta membuat para penduduk ketakutan. Angin keras itu mematahkan Awi Bitung yang adalah mata pencaharian penduduk. Akhirnya, angin keras pun berhenti. Meski demikian, banyak rumah warga yang menjadi roboh serta menimpa dan menewaskan banyak penduduk.

Sang Ulama, yang tidak terkena serangan angin keras itu, mulai membangun perkampungan baru di daerah tersebut. Ia juga mendirikan pesantren untuk mengajarkan agama, agar hal-hal musyrik seperti penyembahan Awi Bitung tidak terjadi lagi. Untuk mengingat kejadian tersebut, daerah itu pun dinamakan Rangkasbitung.

#OSKMITB2018