Lahang
Lahang adalah sejenis minuman tradisional khas Sunda (Jawa Barat) yang berupa air nira dari pohon aren. Adapun yang menyebut lahang dengan nama lain, seperti legen atau tuak manis. Lahang terkenal sebagai minuman isotonik tradisional.
Air nira ini diperoleh dari sadapan pohon aren. Bagian yang disadap adalah bunga jantan yang tumbuh di batang pohon aren. Pada umumnya penjual lahang ini harus memanjat pohon aren tersebut dengan menggunakan bambu sebagai bantuan, karena pohon aren tergolong tinggi. Adapun langkah - langkah untuk memperoleh air nira, yakni: 1. Pertama memanjat pohon aren menggunakan bantuan bambu. 2. Kemudian bersihkan terlebih dahulu sekitaran bunganya, karena banyak terdapat ijuk. 3. Setelah itu tandan bunganya di goyang-goyangkan, agar pembuluh di dalamnya lebih longgar, sehingga nira keluar lebih lancar dan banyak. Tetapi tidak hanya digoyang, perlu juga dipukul-pukul tandannya menggunakan alat semacam martil. Memukul tandannya pun ada caranya, yaitu dengan memukul sehari dua kali sekitar setengah jam. 4. Apabila dirasa sudah cukup untuk disadap, potonglah tandannya dan nira akan menetes keluar. 5. Setelah itu siapkan bumbung bambu untuk menampung air nira. 6. Sebelum dipakai, bumbung dibakar terlebih dahulu dan diasapi supaya bersih dan steril. 7. Lalu oleskan kapur sirih di dalam bumbung sebagai pengawet alami. Hal ini menjadi salah satu langkah karena air nira sangat mudah basi dan asam, maka dari itu kapur sirih ini berfungsi untuk menjaga kadar keasaman serta mempertahankan rasa manis air nira. 8. Kemudian gantungkan bumbung bambu di bawah tandan yang sudah dipotong sebelumnya. 9. Setelah itu tutupi bumbung bambu dengan ijuk lalu ikat, agar air hujan atau serangga tidak masuk. 10. Tunggulah semalaman sampai bumbungnya terisi. 11. Ambilah hasil sadapannya dengan cara memanjat pohon pada pagi hari, agar air niranya lebih segar dan mutunya baik. 12. Setelah bumbung bambunya diambil, pangkal tandan bunga jantannya diiris agar pembuluhnya kembali melebar, lalu taruh kembali bumbung yang baru untuk diambil esoknya, dan begitu seterusnya.
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dal...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang