Makanan Minuman
Makanan Minuman
Makanan Jawa Barat Malangbong
Ladu Ketan - Malangbong - Jawa Barat
- 26 Februari 2018

Ladu Ketan khas Malangbong dibuat pertama kali sekitar tahun 1930-an oleh seorang Ibu rumah tangga yang bernama Musti'ah atau biasa dipanggil Ma'lah. Beliau adalah Istri dari Muhammad Hanafi, seorang pegawai KUA Kecamatan Malangbong pada saat itu. Tetangga dan warga masyarakat sering memanggil pasutri ini dengan julukan Bu atau Bapak Khalifah.

Ma'lah alias Ibu Musti'ah adalah sosok perempuan yang angat rajin dan trampil membuat berbagai makanan olahan rumahan. Sebut saja makanan-makanan seperti noga suuk, kue satu dari tepung ketan, manisan kalua jeruk, teng-teng ketan dan makanan-makanan lainnya, bisa dengan terampil dibuatnya. Termasuk Ladu Ketan yang menjadi olahan andalannya. Ma'lah sering membuat makanana-makanan olahan tersebut, baik untuk konsumsi sendiri maupun memenuhi permintaan dari para kerabat. Apalagi pada saat menjelang hari raya Idul Fitri atau hari-hari besar Islam.

Permintaan membuatkan makanan olahan terutama Ladu Ketan, selalu meningkat pesat. Namun tidak diperjualbelikan seperti sekarang. Semakin lama, Ladu Ketan buatan Ma'lah semakin dikenal dan digemari masyarakat. Konon, hal itu dikarenakan citarasanya yang sangat khas. Otomatis, permintaan pembuatan Ladu Ketan pun semakin meningkat. Terutama permintaan yang datang dari kalangan menak dan orang-orang terhormat seperti Camat, Lurah, Staff Pemerintahan dan lain-lain.

Saat itu masyarakat mulai akrab dengan sebutan Ladu Ketan buatan Ma'lah. Pada tahun 1970-an Ladu Ketan Ma'lah mulai dipublikasikan serta diproduksi lebih banyak dan berkesinambungan untuk dikomersilkan. Awalnya hanya dijual melalui para pedagan asongan di erminal Bis dan Mobil (dahulu namanya Stamplat). Ladu Ketan Ma'lah pun terus berkembang dan semakin dikenal. Produksi dan pemasaran pun semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan pasar.

Merasa usahanya semakin berkembang, sementara usianya sudah semakin renta, Ma'lah pun mulai mendidik cucu-cucunya untuk membuat dan mengelola Ladu Ketan. Kepada cucu-cucunya itu, Ma'lah selalu berpesan agar meneruskan dan mengembangkan usaha pembuatan Ladu Ketannya. Salah satu cucu Ma'lah adalah yang bernama Ade Masduki. Beliaulah yang melanjutkan usaha Ladu Ketan setelah Ma'lah atau Ibu Musti'ah meninggal pada tahun 19990. Ladu merupakan panganan yang terbuat dari beras ketan.

Bahan dasarnya tepung ketan putih yang sudah disangrai (dimasak dengan cara digoreng tanpa minyak). Bahan pelengkapnya antara lain gula putih, gula aren merah dan kelapa yang sudah diparut.

Cara pembuatannya pun sangant sederhana. Setelah bahan-bahan terkumpul, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan wadah sejenis wajan di atas tungku api yang suhunya bisa diatur stabil. Masukan parutan kelapa, dicampur dengan gula aren merah. Aduk dan biarkan adonan dipanaskan selama 1,5 jam hingga menjadi cairan kinca yang harum. Masukan gula dan aduk hingga merata. Kemudian tuangkan tepung ketan putih yang sudah disangrai. Aduk selama 2 jam hingga akhirnya mengental. Setelah matang, tuang adonan ke atas meja yang sudah dialasi pelastik atau kertas kue yang diatasnya sudah ditaburi atau dilapisi tepung ketan putih, agar tidak lengket. Pilin-pilin adonan hingga membentuk pipa berdiameter 3-6 cm, lalu potong-potong dengan panjang 15-20 cm. langkah terakhir adalah pengemasan. Ladu Ketan khas Malangbong tidak menggunakan bahan pengawet. Sehingga masa kadaluarsanya sangat pendek. Rata-rata Ladu Ketan Malangbong hanya bisa bertahan antara empat sampai tujuh hari setelaah diproduksi.

 

sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=3923

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU