Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Bima
La Hila
- 11 Juli 2018

da sebuah dongeng di masa silam. Dongeng ini datangnya dari tanah Donggo yang tinggi. Pasalnya ada seorang gadis yang sangat cantik di Donggo Kala. Tidak ada orang yang tahu anak siapa si gadis itu. Namanya La Hila. Tapi La Hila dibesarkan oleh seorang nenek yang bernama Wa’i Kimpi. Dengan penuh ketabahan Wa’i Kimpi membesarkan La Hila. Dia jaga dan rawat La Hila layaknya seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayang Wa’i Kimpi tiada pupus untuk La Hila.

Kecantikan La Hila tiada bandingannya. Wajahnya yang bulat, putih dan bersih. Hidungnya yang mancung. Bibirnya yang manis dan tipis. Lehernya yang indah, jika meminum sesuatu kelihatanlah aliran air dan makanannya.Jika ingin mengeringkan rambutnya, maka disiapkanlah tujuh buah galah untuk menjemur rambutnya.

Perangai La Hila cukup baik dan bersahaja. Tutur katanya sangat halus. Tingkah lakunya sungguh sopan. Semua orang di kampung itu senang melaihat La Hila. Seperti ungkapan, La Hila adalah kuncup dan bunga desa itu. Bunga dari sekian banyak bunga di kampung Kala itu.

Ada sebuah sungai yang mengalir dan airnya cukup bersih. Sungai itulah yang menjadi tempat mandi La Hila bersama Inang Pengasuhnya. Tujuh perempuan  dibutuhkan untuk memegang rambut La Hila. Tujuh buah kepala yang digunakan untuk keramas rambut La Hila. Pokoknya mesti tujuh. Seperti tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.

Kecantikan dan kemolekan La Hila sudah tersiar ke seantero negeri. Banyak pemuda yang ingin melihat La Hila. Kabar tentang kecantikan La Hila sudah tersiar hingga ke kerajaan Bima dan Tanah Sanggar. Di kerajaan Bima, ada putera mahkota yang tampan  bernama Siri Gani. Sedangkan di kerajaan Sanggar ada putera Mahkota yang juga tampan bernama Siri Dungga.

Karena ingin melihat La Hila, putera Mahkota Kerajaan Bima yang bernama Siri Gani pergi berburu ke dataran tinggi Donggo. Dia ingin sekali melihat La Hila. Pada suatu ketika di pagi hari, La Hila sedang  mandi. Dia berjalan mengikuti La Hila hingga tiba di rumahnya. Dia sampaikan keinginannya pada Wa’i Kimpi yang sedang memasak.

“ Wa’i,saya putera Mahkota Kerajaan Bima.Saya sangat mencintai La Hila dan ingin menikahinya. “ Siri Gani menyampaikan keinginannya.

“ Itu keinginan yang baik sekali. Tapi semua itu akan berpulang pada keinginan hati La Hila. “

“ Itulah yang ingin saya sampaikan. Apakah saya harus menyuruh juru lamar kerajaan untuk datang kemari ? Siri Gani menawarkan

“ Saya Tanya dulu La Hila.”

Sebentar kemudian Wa’i Kimpi pergi menanyakan kepada La Hila. Dijawablah oleh La Hila bahwa dia akan berpikir-pikir dulu.Tapi tidak apalah jika Putera Mahkota datang untuk jalan-jalan kalau ada waktu. Mendengar isi hati La Hila itu senanglah hati Siri Gani. Itu menandakan bahwa ada yang ditunggu.

Tetapi keesokan harinya, Putera Mahkota kerajaan Sanggar yang bernama Siri Dungga mendatangi kediaman La Hila. Melihat kecantikan La Hila matanya tiada berkedip. Seperti halnya Siri Gani, Siri Dungga juga ingin menikahi La Hila. Sehabis mandi, Siri Dungga bersama para pengawalnya mendatangi kediaman La Hila. Dia menyampaikan langsung keinginannya kepada La Hila. Lalu dijawablah oleh La Hila.

“ Berikan kesempatan saya untuk berpikir. Tapi tidak apa –apalah jika datang untuk jalan-jalan dulu. “

Mendengar jawaban La Hila itu, senanglah hati Siri Dungga. Hatinya ibarat bunga yang sedang mekar. Karena senangnya, dia tidak pernah berpikir jauhnya tanah Sanggar untuk pulang pergi ke tanah Donggo.

Hati La Hila sudah mulai bimbang. Susah untuk dipilih di antara dua pemuda yang mencintainya. Mereka sama-sama baiknya. Sama-sama gagahnya. Sama-sama anak raja. Jika diterima cintanya Siri Gani , dia takut atas kemarahan Raja Sanggar. Begitu juga jika dia terima cintanya Siri Dungga.   Dia mulai takut akan terjadi peperangan di antara dua kerajaan itu. Dia tidak bias tidur sepanjang malam. Berpikir dan terus berpikir siapa yang harus dia terima di antara keduanya. Keesokan harinya, dia sampaikan kepada Wa’i Kimpi.

“ Ibu, saya sedang susah sekali memilih di antara dua pemuda itu. “

“ Ia, anakku. Saya juga berpikir hal yang sama. Saya khawatir ini akan terjadi peerangan dan keributan antara dua kerajaan. “ Ternyata Wa’i Kimpi juga berpikir yang sama seperti anaknya La Hila.

“ Bagaimana Ibu, jika dua orang itu sama –sama datang.” La Hila sangat sedih. Sampai-sampai ia berkeinginan untuk menghilang dari tanah Donggo.

“ Berpikirlah kembali anakku. Saya tergantung keputusanmu. Tapi kamu harus punya pilihan. “ Demikian pesan Wa’i Kimpi kepada La Hila.

Keesokan harinya sebagaimana biasa La Hila pergi mandi dengan Wa’i Kimpi dan beberapa gadis desa. Ketika sedang asyik mandi. Dia melihat ke atas di celah pohon beringin besar. Ada dua orang pemuda yang sedang berdiri berhadap-hadapan dan saling mengeluarkan keris. Sesaat kemudian dua orang pemuda  tampan itu berkelahi. La Hila, Wa’i Kampi dan beberapa gadis itu mengenal dua pemuda yang sedang bertarung itu. Tiada lain adalah Siri Dungga putera mahkota kerajaan Sanggar dan Siri Gani putera mahkota kerajaan Bima.

Ketika pertarungan sengit terjadi di antara dua putera mahkota itu. Berteriaklah Wa’i Kampi melarang mereka berkelahi. Tapi tidak diindahkan oleh keduanya. Mereka tetap bertarung dan berguling-guling di atas bukit itu. Mereka saling menikam di atas bukit itu. La Hila hanya terdiam, air matanya berlinang. Tapi tidak kelihatan tangisannya. Wa’i Kimpi dan beberapa gadis itu terus berteriak melarang mereka berkelahi.

Sesaat kemudian, terlihatlah oleh Wa’i Kimpi mereka berdua tergeletak di atas bukit itu. Mungkin mereka sudah tewas di atas itu. Wa’i Kimpi memanggil penduduk kampung yang laki-laki untuk naik ke atas bukit untuk melihat dan melerai perkelahian di antara dua putera mahkota itu. Setelah itu Wa’i Kimpi dan beberapa gadis itu kembali ke tempat permandian. Tetapi apa yang terjadi ? La Hila sudah tidak ada di tempat itu. La Hila telah menghilang.

Susah dan sedih hati Wa’i Kimpi kehilangan La Hila. Anak yang dia besarkan setelah dibuang orang dan dia besarkan seperti halnya anaknya sendiri. Kini sudah tidak ada lagi. Wa’i Kimpi terus menerus menangis. Beberapa gadis juga turut menangis karena setiap hari mereka bersama-sama. Dicari dan terus dicari tetapi tidak pernah tampak. Mereka memanggil di setiap pojok kampung. Sedangkan orang-orang yang mendaki bukit pergi melihat Siri Dungga dan Siri Gani. Mereka tidak melihat dua orang putera Mahkota itu. Mereka menemukan sisa darah yang kemudian menjadi merah menyala di gunung itu dan dua buah batu seperti halnya kuburan. Orang-orang itu menjadi takut menaiki bukit itu. Karena tidak lagi melihat dua orang yang saling menikam tadi. Siri Dungga dan Siri Gani sudah menghilang juga.  Dicari dan terus dicari di setiap pohon dan mata air, tetapi tidak ada yang menyahut.

Setiap hari Wa’i Kimpi terus mencari La Hila. Tetapi tidak pernah menemukannya. Setelah itu Wa’i Kimpi melantunkan senandung untuk terus mencari La Hila.

(Dimanakah wahai anakku La Hila yang bagai sekuntum bunga,

Yang cantiknya tiada terkira,

Yang bayangannya selalu hadir.)

Di dekat sumur tempat La Hila, Wa’i Kimpi dan para gadis itu mand,. Tiba-tiba tumbuh serumpun bambu. Bambu itu cukup rindang. Duduklah Wa’i Kimpi di dekat pohon bambu itu. Dalam tangisannya itu, dicubitlah batang-batang bambu itu. Terkejutlah Wa’i Kimpi mendengar tangisan dari dalam bambu itu.

“ Ibu…ibu,,, jangan dicubit bambu ini. Ada saya di dalam bambu ini. “

“ Iya anakku, engkau kah La Hila ? “ Wa’i Kimpi memeluk bambu itu.

“ Iya ibu, saya La Hila. Lebih baik saya menghilang begini, agar tidak terjadi keributan, peperangan karena memperebutkan saya. “

Wa’i Kimpi tidak bisa menahan tangisannya. Dia terus menerus memeluk rumpun bambu itu. Akhirnya, bambu, sumur, dengan rumah tempat tinggal La Hila masih ada sampai sekarang di Donggo Kala Bima. La Hila nan cantik jelita telah menghilang.

( Sumber Cerita : Drs.M.Guntur, Anggota DPRD Kabupaten Bima )

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya