×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Upacara

Provinsi

Sumatera Barat

Kremasi Jenazah Suku Karo

Tanggal 27 Oct 2017 oleh Fennec_fox .

Tradisi pembakaran mayat atau kremasi jenazah telah dikenal oleh masyarakat suku Karo yang dikenal dengan adat Sirang-sirang. Tradisi ini dilaksanakan oleh suku Karo marga Sembiring. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh Hindu dalam budaya suku Karo terutama marga Sembiring yang menurut beberapa ahli sejarah berasal dari India.

Menurut Brahma Putro, menyebutkan kedatangan orang Hindu ini ke pegunungan (Tanah Karo) di sekitar tahun l33l-l365 Masehi. Mereka sampai di Karo disebabkan mengungsi karena kerajaan Haru Wampu tempat mereka berdiam selama ini diserang oleh Laskar Madjapahit. Akan tetapi ada pula yang memberikan hipotesa, penyebaran orang-orang Tamil ini disebabkan oleh kedatangan pedagang-pedagang Arab (Islam) yang masuk dari Barus.

Upacara sirang-sirang hampir mirip dengan acara kematian layaknya yang berlaku pada masyarkat suku Karo, hanya saja prosesi akhir mayat tidak dikuburkan tetapi dibakar yang dipimpin oleh seorang dukun atau guru dibantu oleh 4 orang pembakar mayat yang disebut sindapur.

Ritual dimulai pada saat mayat hendak dibawa ke tempat kremasi. Sebelum mayat dibawa keluar rumah, di depan pintu diletakkan kudin( belanga dari tanah liat) di dalamnya diisi gulai ayam ala masakan karo (cipera). Kemudian istri atau suami dari almahrum menendang belanga hingga pecah. Maknanya sebagai lambang hancurnya hati sang istri/suami dari almahrum atas kehilangan suami/istri yang meninggal.

Selanjutnya daging ayam tersebut akan dihidangkan dan disantap oleh kerabat dekat saat makan siang. Dengan menyantap hidangan tersebut, diharap kepedihan karena kehilangan keluarga tercinta segera sirna. Setelah itu mayat dibawa ke tempat kremasi di daerah lapangan terbuka dekat dengan sungai. Sebelumnya telah dipersiapkan kayu bakar oleh anak beru (keluarga dari pihak laki-laki). Kayu pembakar mayat berasal dari kayu pohon dokum. Selama proses pembakaran mayat, kayu tidak boleh ditambah, sehingga harus diperhitungan dengan matang jumlah kayu yang akan digunakan.

Setelah sampai di tempat pembakaran mayat, keluarga dari yang meninggal disuruh kembali ke rumah dan yang tinggal hanya sang dukun dengan 4 orang sindapurnya.

Sebelum api disulutkan, dukun yang memimpin ritual memerintahkan sindapur untuk melepas semua pakaian jenazah dan ditelungkupkan di atas batang kayu dokum dan sindapur diperintahkan oleh sang dukun untuk memukul kaki jenazah sekuat-kuatnya agar arwahnya tidak kabur dan gentayangan. Bagi wanita yang meninggal melahirkan, bayinya juga dibakar dengan sang ibu. Barulah kemudian sang dukun membakar jenazah di atas kayu yang telah dipersiapkan.

Setelah pembakaran mayat, sindapur harus segera membuang abu jenazah ke sungai terdekat dan membersihkan sisa-sisa upacara agar sisa-sisa jenazah tidak digunakan oleh orang-orang yang menunut ilmu hitam. Kemudian Sindapur harus menjalani ritual yang dipimpin oleh sang dukun.

Mereka dimandikan dengan Lau penguras yaitu air yang sudah dijampi-jampi oleh sang dukun, dan baru setelah itu boleh pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah mereka harus mencuci telapak tangan dan memegang para-para (tungku api unuk masak), dengan demikian sindapur tidak diganggu oleh mayat orang yang dibakarnya tadi.

Proses pembakaran mayat ini sangat rumit dan mengerikan sehingga upacara ini tidak lagi dilaksanakan oleh suku Karo marga Sembiring karena tidak ada Sindapur yang bersedia, dan juga pengaruh agama Kristen dan Islam dalam kehidupan masyarakat Karo.

Sumber: https://www.gobatak.com/kremasi-jenazah-suku-karo-tempo-dulu/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...