Alat Musik
Alat Musik
Cerita Rakyat Bali Bali
Kisah Pan Kasim & Ular Sakti
- 18 Juli 2018
Pada dahulu kala, di sebuah desa di Bali, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Pan Kasim dan Men Kasim (Pan = Pak ; Men = Ibu , dalam bahasa Bali). Pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak itu hidup serba kekurangan alias miskin. Mereka hanya tinggal di sebuah gubuk reyot di pinggir hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, Pan Kasim setiap hari mencari kayu bakar di hutan untuk dijual ke pasar atau ditukar dengan kebutuhan hidup sehari-hari lainnya.
 
Suatu hari, pagi-pagi sekali Pan Kasim sudah berangkat ke hutan karena mendapat banyak pesanan kayu bakar dari beberapa pedagang. Ia berangkat seorang diri dengan berbekal sebilah parang yang tajam dan seutas tali rotan. Sementara itu, istrinya Men Kasim tinggal di rumah sambil mengurus pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Setiba di hutan, Pan Kasim segera mengumpulkan ranting-ranting kayu kering dengan penuh semangat. Tak terasa, hari telah menjelang siang. Kayu bakar yang telah dikumpulkannya pun sudah cukup banyak. Sebelum membawa pulang kayu bakar, ia beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon yang rindang karena kecapaian. Angin semilir yang menerpa wajahnya membuat laki-laki separuh baya itu tertidur. Namun, baru saja matanya terpenjam tiba-tiba ia mendengar suara teriakan yang meminta tolong.
 
“Tolong… tolong… tolong singkirkan kayu yang menutupi lubangku!” teriak suara itu. 
Pan Kasim pun langsung terbangun seraya celingukan mencari sumber suara itu. Beberapa saat kemudian, ia melihat sebuah batang kayu besar yang sudah rapuh tumbang di depan sebuah lubang besar. Ia pun beranjak dari tempatnya lalu berjalan mendekati kayu yang menutupi lubang itu. Alangkah terkejutnya ia saat berada di dekat kayu. Ia melihat seekor ular raksasa yang sedang menjulur-julurkan kepala di mulut lubang yang tertutupi kayu besar. Begitu melihat ular itu, Pan Kasim pun ketakutan dan bermaksud melarikan diri. Namun, ular raksasa itu justru berkata kepada Pan Kasim.
 
 
“Jangan takut!” seru ular raksasa itu, “Tolong keluarkan aku dari lubang ini!” Pan Kasim amat heran karena ular itu dapat berbicara layaknya manusia.
“Hai, ular raksasa! Apakah kamu tadi yang berteriak meminta tolong?” tanya Pan Kasim.
“Benar. Meskipun wujudku seperti ular, tapi aku bisa berbicara seperti kamu,” jawab ular raksasa itu, 
“Jika kamu menolongku menyingkirkan kayu ini, apa pun yang kamu minta akan kukabulkan.” 
Mendengar imbalan yang menggiurkan itu, Pan Kasim pun segera menolong ular raksasa dengan menyingkirkan batang kayu besar tersebut. Ular raksasa itu pun akhirnya dapat keluar dari lubangnya.
 
“Terima kasih,,” ucap ular itu, “Sesuai dengan janjiku tadi, sekarang katakan apa yang kamu inginkan dariku, aku pasti mengabulkannya.” Pan Kasim tidak langsung menjawab. Sejenak ia berpikir bahwa selama ini dirinya selalu hidup menderita karena didera kemiskinan. Oleh karena itu, ia menginginkan agar dijadikan orang kaya.
 
“Jadikanlah aku dan istriku orang kaya!” pintanya, 
“Kami sudah bosan terus hidup menderita seperti ini.”
“Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Pulanglah karena semua keinginanmu sudah terwujud saat kamu sampai di rumah!” ujar ular raksasa itu. 
 
Mendengar perkataan ular itu, Pan Kasim pun cepat-cepat pulang. Saking gembiranya, sampai- sampai ia lupa membawa kayu bakar yang telah dikumpulkannya. Di sepanjang perjalanan, raut wajahnya tampak berseri-seri dan selalu tersenyum gembira. Begitu tiba di rumahnya, ia amat terkejut dan terheran-heran. Gubuk reyotnya telah berubah menjadi rumah megah bagai istana raja yang dikelilingi oleh taman yang luas dengan dihiasi berbagai macam kembang warna-warni. Hatinya pun tiba-tiba menjadi berbunga-bunga saat melihat istri tercintanya sedang menunggu di depan rumah mewah itu dengan mengenakan pakaian yang bagus dan perhiasan yang indah.
 
“Oh, istriku. Kamu cantik sekali dan mempesona,” puji Pan Kasim dengan kagum. Men Kasim hanya tersenyum malu-malu bercampur rasa heran.
“Bagaimana semua keajaiban ini bisa terjadi, Pak?” tanya istrinya dengan heran. Pan Kasim pun menceritakan perihal pertemuannya dengan ular raksasa yang sakti itu.
“Semua ini berkat bantuan seekor ular raksasa yang aku tolong di hutan tadi,” jelas Pan Kasim. Setelah mendengar penjelasan itu, Men Kasim pun mengajak suaminya masuk ke dalam rumah untuk menikmati berbagai makanan lezat yang telah ia hidangkan. Sejak itulah Pan Kasim dan Men Kasim hidup serba mewah. Namun, kemewahan yang mereka rasakan secara tiba-tiba tersebut membuat para tetangga mereka bertanya-tanya dan merasa iri. Men Kasim yang merasa risi terhadap bisik-bisik para tetangga tersebut kemudian mengadu kepada suaminya. 
 
“Pak, para tetangga sudah mulai berbisik-bisik mengenai diri kita. Mereka mengira harta kekayaan yang kita miliki adalah hasil rampokan,” keluh Men Kasim.
“Sudahlah, Bu. Tidak usah kamu risaukan tuduhan para tetangga itu. Mereka itu iri melihat kita,” ujar Pan Kasim. Men Kasim pun berusaha menepis perasaan risi itu. Namun, semakin hari iri hati para tetangga semakin menjadi-jadi. Ia pun tidak tahan setiap hari menjadi buah bibir para tetangganya.
 
“Pak, walaupun kita kaya raya, tapi hidupku terasa tidak tenang karena bisikan para tetangga. Bahkan mereka kerap menghina kita,” keluh Men Kasim, 
“Mintalah kepada ular itu agar orang-orang menghormati kita!” Pan Kasim yang sangat menyayangi istrinya segera berangkat ke hutan untuk menemui ular itu. Di hadapan ular itu, ia pun menyampaikan keinginan istrinya.
 
“Baiklah, akan kujadikan kalian raja dan permaisuri. Pulanglah, saat kamu tiba di rumah kamu akan berubah menjadi seorang raja,” ujar ular itu, 
“Tapi, ingat! Kamu harus menjadi raja yang adil dan bijaksana.” Setelah mendengar pesan itu, Pan Kasim segera pulang. Sebelum tiba di rumah, ia  sudah dijemput oleh beberapa orang pengawal dan langsung diantar ke istana. Rupanya, raja di negeri itu mengundurkan diri karena ingin bertapa di puncak gunung. Pan Kasim pun diminta untuk menggantikan kedudukannya. Maka, pada hari itu juga, Pan Kasim dinobatkan sebagai raja dan Men Kasim menjadi permasuri.
 
Sebagai seorang raja, Pan Kasim memiliki kekuasaan penuh di dalam istana. Mereka sangat dihormati sehingga apa pun yang perintah mereka pasti dituruti oleh para pengawal dan seluruh rakyatnya.
Suatu hari, Permaisuri Men Kasim ingin memakai kebaya kesayangannya. Ketika ia meminta kepada dayang untuk menyiapkan, kebaya itu ternyata belum kering karena hari sering hujan. Selang beberapa hari kemudian, cuaca kembali terang. Sang Permaisuri pun merasa gerah walaupun beberapa dayang telah mengipasinya.
 
“Aduh, kenapa seluruh badanku terasa gerah begini?” keluh Men Kasim.
“Ampun, Permaisuri! Hari ini matahari bersinar dengan amat terik,” jawab seorang dayang. Permaisuri Men Kasim yang sudah tidak tahan menahan rasa gerah tersebut kemudian mengajak para dayangnya untuk mandi di taman. Saat sedang mandi, terik matahari yang begitu panas membakar kulit sang Permaisuri sehingga menjadi hitam. Dengan geram, Permaisuri Pan Kasim itu memurkai matahari yang telah membakar kulitnya.
 
“Dasar, matahari sialan! Beberapa hari yang lalu ia tidak muncul-muncul hingga kebaya kesayanganku tidak kering-kering. Setelah muncul, teriknya malah membakar kulitku,” gerutu Men Kasim. Tidak terima kulitnya terbakar terik matahari, Permaisuri Men Kasim meminta kepada suaminya agar pergi menemui ular itu.
 
“Kanda, lihat kulitku jadi hitam begini gara-gara terik matahari!” hardik Permaisuri Men Kasim,
“Temuilah ular itu, Kanda! Mintalah kepadanya agar kita diubah menjadi matahari yang lebih berkuasa!” Raja Pan Kasim pun memenuhi permintaan permaisurinya. Ia segera menemui ular itu di hutan. Setelah menyampaikan permintaanya, ular raksasa itu menolak untuk mengambulkannya karena menganggap bahwa permintaan mereka terlalu berlebihan.
 
“Hai, kamu seorang yang serakah. Pulanglah, ada ganjaran yang menunggumu di rumah!” ujar ular itu. Dengan perasaan kecewa, Pan Kasim bergegas pulang. Setiba di istana, ia melihat raja negeri itu telah kembali dari bertapa. Pada saat itu pula, kedudukan Pan Kasim sebagai raja pun langsung dicopot. Ia dan istrinya kemudian diantar kembali ke rumahnya di desa. Mereka amat terkejut saat melihat rumah mereka yang megah kembali berubah menjadi gubur reyot. Akhirnya, Raja Pan Kasim dan Permaisuri Men Kasim yang serakah itu kembali menjadi rakyat biasa dan hidup miskin.
 
Itulah upah dari keserakahan dan tak tahu bersyukur, manusia memang dicipta memiliki ambisi untuk hidup lebih baik/layak, tetapi bukan dicipta untuk menjadi ambisius yang menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya dengan lupa bersyukur.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2013/09/legenda-bali-dongeng-kisah-pan-kasim.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
tes
Alat Musik Alat Musik
Bali

tes

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline