Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Riau Riau
Kisah Dayang Kumunah
- 20 Mei 2018

Alkisah di sebuah dusun di daerah Riau, hiduplah seorang laki-laki tua bernama Awang Gading. Ia hidup sebatang kara karena istrinya sudah meninggal tanpa meninggalkan seorang anak. Sehari-hari, pekerjaan Awang Gading adalah menangkap ikan di sungai. Jika beruntung, ia akan mendapatkan banyak ikan yang bisa ditukar dengan beras di pasar. Meskipun hidup sederhana, Awang Gading tak pernah mengeluh. Ia bahagia dan selalu bersyukur dengan keadaannya itu.

Pagi itu, seperti biasanya Awang Gading pergi ke sungai. Sambil berdendang, ia menanti ikan memakan umpannya. Tapi, sepertinya hari itu bukanlah hari keberuntungannya. Sudah berkali-kali umpannya dimakan ikan, tapi ikan itu lepas saat Awang Gading menarik pancingnya.

“Hmm… mungkin nasibku hari ini kurang balk. Lebih baik aku pulang saja, aku akan kembali besok. Siapa tahu aku Iebih mujur,” katanya sambil mengemasi peralatan pancingnya.

“Oweekkk… owekkk…,” tiba-tiba terdengar suara bayi menangis. Langkah kaki Awang Gading terhenti. “‘Suara tangis bayi siapa itu?”

Ia mencari-cari sumber suara itu. Oh, ternyata suara bayi merah yang tergeletak di semak-semak. Awang Gading menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada seorang pun di sana, lalu bayi siapa itu? Awang Gading bingung, tapi akhirnya memutuskan untuk membawa dan merawat bayi itu. Ia menamainya Dayang Kumunah.

Seluruh penduduk dusun menyambut kehadiran Dayang Kumunah dengan sukacita. Kepala dusun pun mengunjungi rumah Awang Gading, “Bayi ini adalah titipan dari raja penghuni sungai. Rawatlah dengan baik,” kata kepala dusun. Awang Gading sangat bahagia. Apalagi Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan berbudi luhur. Tingkah lakunya sopan, ia pun ramah pada semua orang. Hanya satu kekurangannya, Dayang Kumunah tak pernah tertawa.

Kecantikan Dayang Kumunah terdengar sampai ke telinga Awangku Usop, seorang pemuda kaya dari luar dusun. Penasaran, Awangku Usop pun datang berkunjung. Benar saja, ia Iangsung jatuh cinta pada pandangan pertama. “Dayang, maukah kau menikah denganku? Aku berjanji akan membahagiakanmu,” pinta Awangku Usop.

“Sebelum menikahiku, Kanda perlu tahu, aku adalah penghuni sungai. Dunia kita berbeda, tapi jika Kanda mau menerimaku apa adanya, aku bersedia menjadi istri Kanda,” jawab Dayang Kumunah. “Satu lagi, jangan pernah memintaku untuk tertawa. Aku tak bisa dan tak boleh melakukannya.”

Awangku Usop menyetujui semua permintaan Dayang Kumunah. Pesta pernikahan pun digelar dengan meriah. Semua tamu bersenang-senang. Menurut mereka, Dayang Kumunah dan Awangku Usop adalah pasangan yang serasi.

Bertahun-tahun kemudian, rumah tangga Dayang Kumunah dan Awangku Usop dihiasi oleh tawa riang lima orang anak. Dayang Kumunah benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai istri dan ibu yang baik. Awangku Usop tak pernah meragukannya. Namun suatu hari kebahagiaan mereka terusik. Awang Gading meninggal. Dayang Kumunah sangat sedih sepeninggal ayah angkatnya itu. Setiap hari mukanya murung. Biasanya, meskipun tak pernah tertawa, Dayang Kumunah masih tersenyum.

Namun sekarang senyumnya tak pernah tampak lagi. Awangku Usop tak ingin istrinya bersedih terus. Ia berusaha de ganse gala cara agar Dayang Kumunah kembali tersenyum.

Usahanya tak sia-sia. Perlahan-lahan, Dayang Kumunah mulai merelakan kepergian ayah angkatnya dan menjalani kehidupannya seperti biasa.

Tapi, Awangku Usop tak puas. Ia penasaran sekali, mengapa Dayang Kumunah tak pernah tertawa. Ia ingin agar sesekali istrinya tertawa, menunjukkan kebahagiaan hidup bersamanya dan anak-anak.

Anak bungsu mereka mulai bisa berjalan. Cara berjalannya lucu sekali. Dengan kakinya yang montok, ia tertatih-tatih berusaha berjalan lurus. Awangku Usop dan kakak-kakak si Bungsu tertawa menggoda si bungsu. Si bungsu pun tertawa terkekeh-kekeh dan berusaha mendekati ayahnya.

“Lihat istriku, anak kita mulai berjalan. Mengapa kau tak ikut bergembira bersama kami? Tertawalah, apakah kau tak bahagia melihat kelucuan si bungsu?” tanya Awangku Usop pada Dayang Kumunah.

Dayang Kumunah terdiam. Sebenarnya ia ingin tertawa, tapi tak boleh. Suaminya terus memaksa, akhirnya Dayang Kumunah tertawa juga. Ia tertawa terbahak-bahak, karena memang tingkah polah si bungsu sangat menggemaskan.

Saat Dayang Kumunah tertawa, Awangku Usop dan anak-anaknya tertegun. Mereka melihat insang ikan dalam mulut Dayang Kumunah. Hal itu menandakan bahwa ia keturunan ikan.

Dayang Kumunah tersentak, ia menyadari kesalahannya serta berlari meninggalkan suami dan anak-anaknya.

“Dayang… tunggu… kau mau ke mana?” Awangku Usop berlari mengejarnya. Kelima anaknya mengikuti dari belakang. Si bungsu digendong oleh kakaknya.

Dayang Kumunah terus berlari menuju sungai. Sesampainya di sungai, ia segera menceburkan diri. Aneh, tak lama kemudian tubuhnya berubah menjadi ikan. Ikan itu berenang meninggalkan Awangku Usop dan anak-anaknya.

Awangku Usop sadar telah berbuat salah dan menangis menyesali perbuatannya, “Mengapa aku memaksanya tertawa? Maafkan aku istriku, kembalilah, kami semua membutuhkanmu,” ratapnya.

Kelima anaknya juga menangis. Tapi semuanya sudah terlambat. Meskipun telah menjadi ikan, Dayang Kumunah tetap cantik. Ikan jelmaan Dayang Kumunah itu berkulit mengkilat tanpa sisik, wajahnya cantik, dan ekornya bagaikan sepasang kaki wanita yang bersilang.

Masyarakat menyebutnya ikan patin. Karena itulah banyak masyarakat Riau yang tidak mau menyantap ikan patin. Mereka beranggapan ikan patin adalah jelmaan Dayang Kumunah yang masih merupakan kerabat mereka.

Pesan Moral

Mengingkari janji pada orang lain pasti akan menimbulkan kekecewaan. Jadi, berusahalah untuk menepati janji yang telah kau ucapkan.

 

Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/04/kisah-dayang-kumunah-riau/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya