Kisah tentang Ki Ageng Selo merupakan kisah yang cukup melegenda di kalangan masyarakat jawa tengah. Ki Ageng Selo atau Syekh Abdurrahman diyakini merupakan keturunan langsung dari raja terakhir dari kerjaan Mataram yaitu Raja Brawijaya v dan memiki nama asli yaitu Bogus Sogom. Dikalangan masyarakat jawa tengah dikisahkan bahwasanya Ki Ageng Selo pernah menangkap petir ketika beliau sedang mencangkul di sawah.
Dikisahkan suatu hari langit terlihat mendung dan banyak halilintar menyambar. semua warga yang sedang mencangkul di sawah langsung lari menyelamatkan diri, tetapi Ki Ageng Selo tetap mencangkul di sawah tanpa memedulikan halilintar yang menyambar silih berganti. Tiba-tiba petir muncul dari langit dan langsung menyambar Ki Agen Selo, namun hebatnya Ki ageng selo mampu menangkap petir tersebut, dan dikisahkan bahwasannya petir tersebut berubah wujud menjadi seorang kakek tua. Setelah menangkapnya ki ageng selo memerintahkan petir agar tidak mengganggu penduduk sekitar sini lagi. dan si petir mengiyakan perintah Ki Ageng Selo dan mengatakan bahwasannya dia tidak akan mengganggu penduduk sekitar dan juga anak serta cucu-cucu ki ageng selo. Kemudian Ki Ageng Selo mengikat si petir di pohon gandrik.
Setelah selesai mencangkul di sawah Ki Ageng Selo membawa si petir atau bledheg pulang dan memberikannya kepada sultan kerajaan demak. setelah itu sang siultan memasukkan bledheg kedalam jeruji besi dan meletakkannya di alun-alun kota. Orang-orang datang berduyun-duyun untuk melihat wujud bledheg. Namun suatu ketika datang seorang nenek tua yang membawa kendi berisi air lalu memberi minum bledheg. Seketika terdengar suara yang menggelegar bersamaan dengan hilangnya bledheg. Yang tersisa hanyalah jeruji besi, tempat bledheg dikurung, yang telah hancur berkeping keping
Karena kisah tersebut tersebarlah mitos dikalangan masyarakat jawa tengah khususnya di daerah pedesaan bahwasannya ketika terdengar suara halilintar maka ucapkanlah "gandrik! aku putune Ki Ageng Selo"("gandrik!, aku cucunya Ki Ageng Selo") sambil mengacungkan kepalan tangan ke langit.
#OSKMITB2018
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang