Orang Dayak Lun Dayeh di Indonesia banyak di sekitaran daerah Malinau, Kerayan, Sesayap dan Bahau, jika di Serawak mereka disebut dengan Lun Bawang dan di Sabah digolonkan dalam rumpun Murut. Menurut legenda asal muasal orang Lun Dayeh adalah dari daerah Kalimantan Timur. Konon dahulu ada seorang manusia yang perkasa dan memiliki kesaktian bernama RANG DUNGO, entah bagaiman ia secara tidak sengaja menemukan sebutir telor yang sangat besar di puncak gunung. Dari telor ini keluarlah seorang wanita yang cantik jelita dan ia menamakannya TERUR ECO (Telor matahari), yang kemudian dinikahi oleh RANG DUNGO dan merupakan leluhur Dayak Lun Dayeh.Tidak banyak literature yang membahas tentang budaya asli Dayak Lun Dayeh ini, bagaimana sistem kepercayaan mula-mulanya sebelum agama Kristen masuk. Sebelumnya orang Lun Dayeh menamakan dirinya sesuai aliran sungai atau nama pemimpinnya. Misal LUN LABU (Orang Labu), LUN KEMALOH (Orang Kemaloh). Itulah sebabnya diantara Lun Dayeh jaman dahulu lazim saling berperang dan mengayau untuk memperebutkan kekuasaan.
Penulis tertarik dengan kepercayaan Lun Dayeh, ketika berkunjung ke Malinau di setiap Lamin Lun Dayeh selalu ada patung Buaya (atau BUAYE dalam bahasa Lun Dayeh), apakah Lun Dayeh menyembah Buaya sebagai dewanya?. Atau apakah Buaye ini sama dengan “DJATA” didalam keyakinan Dayak Ngaju yang sering dilambangkan dengan Buaya?
Dalam adat Dayak Lun Dayeh makhluk halus ini deberi gelar ADA’ RAYEH. Orang Dayak Lun Dayeh percaya bahwa di alam sekitar ini ada Roh yang menguasainya misal di bukit batu, pohon besar, danau dsb. Beberapa contoh Roh halus yang mereka kenal antara lain ADA’ BUAYE BUDA’ (Roh Buaya Putih), ADA’ GALAU (Roh Naga), ADA’ BALANG (Roh Harimau), & ADA’ TUKUNG.
Dari semua roh yang dikenal Roh Buaya Putih lah yang paling popular dikenal dalam budaya Dayak Lun Dayeh. Diyakini roh ini yang ada di alam sekitar ini akan memberikan pertanda baik atau buruk.
Ada beberap versi lain mengenai Buaya didalam budaya Lun Dayeh (Butuh koreksi), dintaranya:
1. Konon dahulu ada dua makhluk yang berebut daerah kekuasaan, maka kedua makhluk ini melakukan pertandingan dengan melompati sungai, siapa yang jatuh dia kalah. Maka yang kalah terjatuh ke air menjadi Buaya leluhurnya orang Lun Dayeh dan yang sampai ke darat menjadi Macan leluhurnya orang Kenyah
2. Versi lain, bukan lagi makhluk tetapi dua orang yang berebut daerah kekuasaan, pertempuran terjadi ditengah sungai, hamper mirip dengan versi yang pertama, siapa yang jatuh ke air dia akan kalah dan seluruh hartanya akan menjadi milik yang menang. Yang kalah ini menjadi leluhur orang Lun Dayeh dan yang menang ini menjadi leluhur orang Kenyah. Konon oleh karena itulah orang Lun Dayeh tidak memiliki banyak keragaman tarian/budaya dan pernak pernik seperti kenyah. Dan tidak banyak sejarah mengenai Lun Dayeh
Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2013/12/08/kepercayaan-dayak-lun-dayeh/
Dalam adat Dayak Lun Dayeh makhluk halus ini deberi gelar ADA’ RAYEH. Orang Dayak Lun Dayeh percaya bahwa di alam sekitar ini ada Roh yang menguasainya misal di bukit batu, pohon besar, danau dsb. Beberapa contoh Roh halus yang mereka kenal antara lain ADA’ BUAYE BUDA’ (Roh Buaya Putih), ADA’ GALAU (Roh Naga), ADA’ BALANG (Roh Harimau), & ADA’ TUKUNG.
Dari semua roh yang dikenal Roh Buaya Putih lah yang paling popular dikenal dalam budaya Dayak Lun Dayeh. Diyakini roh ini yang ada di alam sekitar ini akan memberikan pertanda baik atau buruk.
Ada beberap versi lain mengenai Buaya didalam budaya Lun Dayeh (Butuh koreksi), dintaranya:
1. Konon dahulu ada dua makhluk yang berebut daerah kekuasaan, maka kedua makhluk ini melakukan pertandingan dengan melompati sungai, siapa yang jatuh dia kalah. Maka yang kalah terjatuh ke air menjadi Buaya leluhurnya orang Lun Dayeh dan yang sampai ke darat menjadi Macan leluhurnya orang Kenyah
2. Versi lain, bukan lagi makhluk tetapi dua orang yang berebut daerah kekuasaan, pertempuran terjadi ditengah sungai, hamper mirip dengan versi yang pertama, siapa yang jatuh ke air dia akan kalah dan seluruh hartanya akan menjadi milik yang menang. Yang kalah ini menjadi leluhur orang Lun Dayeh dan yang menang ini menjadi leluhur orang Kenyah. Konon oleh karena itulah orang Lun Dayeh tidak memiliki banyak keragaman tarian/budaya dan pernak pernik seperti kenyah. Dan tidak banyak sejarah mengenai Lun Dayeh
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...