Kelok 44
Sumatera Barat, salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal akan kudapannya yang memikat selera ini ternyata memiliki keistimewan lainnya. Bukan hanya dapat memanjakan perut, kita juga dapat memanjakan mata dengan keindahan alam maupun tempat-tempat unik yang terdapat di sana. Salah satunya yaitu kelok 44.
Apa itu kelok 44? Jika diartikan per kata, kelok dalam bahasa padang berarti tikungan atau belokan, sedangkan 44 menunjukkan jumlah belokan. Kelok 44, orang setempat biasa menyebutnya kelok ampek puluah ampek, merupakan jalan raya di sebuah bukit yang dapat menghubungkan daerah Bukittinggi dengan Maninjau. Adapun panjang dari kelok 44 ini yaitu sekitar 35 km. Hal unik yang dapat kita temukan di kelok 44 yaitu setiap keloknya berupa tikungan tajam (patah) dan dilengkapi dengan urutan nomor di setiap keloknya. Kelok 44 sendiri terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Saat menelusuri kelok 44 dari atas hingga kaki bukit, kita akan melihat pemandangan alam yang sangat memesona. Adapun di ujung dari kelok 44 ini, kita dapat langsung melihat pemandangan Danau Maninjau yang sangat mengagumkan. Hingga kini, Danau Maninjau merupakan salah satu danau yang populer di Sumatera Barat setelah Danau Singkarak. Danau maninjau populer akan ikan kecilnya yang menurut masyarakat tidak dapat ditemukan di danau manapun di dunia, ikan tersebut oleh orang setempat terkenal dengan nama rinuak.
Narasumber : Kasmiarni (orangtua)
Referensi tambahan : https://id.wikipedia.org/wiki/Kelok_44
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang