Kekuriken adalah bahasa daerah Gayo yang asal katanya kurik, artinya ayam. Kekuriken berarti beradu seperti ayam. Permainan ini mempergunakan bola yang terbuat dari tanah liat. Bola tadi dinamai “kurik” karena akan diadu dengan kurik lainnya di arena peraduan yang dibuat sedemikian rupa sehingga bola digulirkan maka dengan sendirinya akan bertemu dengan bola lainnya, sehingga berbenturan keras. Bola yang pecah atau kurik yang kalah harus menanggung resiko, yaitu si pemiliknya harus menjalankan sanksinya yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Sejarah
Menurut orang-orang tua, permainan ini asli berasal dari daerah Gayo ini karena menurut mereka ketika masih kanak-kanak mereka mlaksanakan permainan ini diajarkan orang-orang yang lebih tua, juga keadaan tanah persawahan di daerah ini memungkinkan melaksanakan permainan tersebut. Tanah persawahan yang sempit yang dikerjakan secara terus menerus menyebabkan tanah tersebut tandus dan akhirnya menjadi tanah liat. Bola dari tanah liat ini agak kuat sehingga mengasyikkan bila diadu.
Perkembangan permainan ini dapat dikatakan tidak ada, bahkan kini terlihat gejala-gejala akan punah karena terdesak oleh jenis permainan lainnya yang lebih praktis.
Pemain
Pemain adalah anak-anak yang berumur antara 8-12 tahun dan terdiri dari laki-laki. Permainan boleh dilaksanakan secara perseorangan atau dapat juga beregu. Setiap regu beranggotakan 3-7 orang atau lebih, bergantung pada banyaknya anak yang berkumpul di arena permainan; di satu arena mungkin bermain beberapa regu yang satu sama lain tidak mempunyai hubungan apa-apa. Tentang persyaratan lainnya tidak ada.
Jalan Permainan
Peraturan permainan hampir tidak ada, kecuali ke dalam bola tidak boleh dimasukkan batu, dan bola yang pecah dianggap kalah.
Permainan Perseorangan. Dua orang anak duduk di ujung pangkal sebuah tempat bermain yang telah dibuat bersama, dengan memegang kurik masing-masing. Secara serentak dengan aba-aba kedua anak tersebut menyentakkan kuriknya dengan maksud agar bergulir cepat ke arah kurik lawan. Di tengah arena, kurik beradu dengan benturan yang kuat. Untuk pertama atau kedua, mungkin belum ada kurik yang pecah, namun setelah beberapa kali tentu salah satu kurik tersebut ada yang pecah. Pemilik kurik yang pecah dinyatakan kalah. Pemilik ini harus menerima hukuman yang telah disepakati sebelumnya, misalnya menggendong pemenang dari suatu tempat ke tempat lain, misalkan yang bermain A dan B, yang menang adalah A, maka B harus menggendong A dari garis a ke garis b sejauh 25 meter, dan lain sebagainya.
Permainan Beregu. Jumlah peserta setiap regu harus ganjil 3, 5, 7, dan seterusnya, maksudnya agar mudah menentukan pemenang. Kita misalkan jumlah peserta setiap regu 5 orang anak, sebagai berikut :
Regu A 1 Regu B 6
2 7
3 8
4 9
5 10
Peserta nomor 1 mengadu kuriknya dengan peserta nomor 6, mereka berdua duduk berhadapan di tempat pengaduan pertama, peserta nomor 2 dengan nomor 7 duduk berhadapan di tempat ke dua, dan seterusnya.
Setelah beberapa lama, ternyata kurik pemain nomor 6, 2, 8, 4, dan 10 pecah (kalah). Pemain nomor 2 dan 4 adalah dari regu A, sedangkan pemain nomor 6, 8, dan 10 adalah dari regu B. Setelah dihitung maka regu A menang 3 orang (1, 3, dan 5) dan regu B menang 2 orang (7 dan 9). Dengan kata lain, regu A mengalahkan regu B dengan angka 3-2. Jadi, seluruh anggota regu B menjalani hukuman yang telah disepakati sebelumnya, misalnya menggendong sejauh 25 meter atau menggosok badan lawannya yang sedang mandi. Setelah selesai menjalankan hukuman, permainan diulangi lagi sampai akhirnya berhenti untuk hari tersebut.
Referensi:
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.