Dalam kalender Aceh, ada tiga bulan berturut yang disebut dengan bulan maulod, yaitu padabulan Rabiul Awal disebut Maulod Awai (Maulid Awal) yang dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal sampai berakhir bulan Rabiul Awal. Sedangkan Kenduri Maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir disebut Maulod Teungoh (Maulid Tengah) yang dimulai dari tanggal 1 bulan Rabiul Akhir sampai berakhirnya bulan Rabiul Akhir tersebut. Selanjutnya, Kenduri Maulid pada bulan Jumadil Awal disebut Maulod Akhee (Maulid Akhir) yang dilaksanakan sepanjang bulan Jumadil Awal.
Kenapa dikatakan tradisi terbesar? Karena tidak ada desa (Gampong) yang tidak merayakannya meskipun dalam skala kecil. Kemudian dilaksanakan juga di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi yang dilakukan secara besar-besaran. Pada setiap perayaan maulid itu dan sudah menjadi tradisi hampir dapat dipastikan ada penyembelihan sapi atau kerbau.
Penyembelihan sapi atau kerbau itu sampai puluhan ekor tergantung tingkatannya. Terkadang pada tingkat kampung saja ada dua atau tiga ekor sapi atau kerbau yang disembelih. Ada adagium dalam masyarakat Aceh yang menyebutkan: Hana rubah aneuek binantang nyan kon maulod. (tidak ada penyembelihan anak binatang bukan disebut perayaan maulid). Karena itu, ada yang menyindir, bulan-bulan maulod di Aceh adalah bulan-bulan perbaikan gizi.
Kenyataannya memang demikian, untuk merayakan maulod, setiap kampung jauh-jauh hari telah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Perayaan maulod menjadi agenda besar gampong. Ada gampong jauh-jauh hari telah fokus mengumpulkan uang (dalam bahasa Aceh disebut meuripee peng) setiap warga untuk membeli sapi atau kerbau. Kadang ada gampong yang memang suda ada sapi atau kerbau yang dipelihara untuk itu..
Apa yang dilakukan pada saat perayaan Maulod? Pada salah satu hari dalam 3 bulan itu ditetapkan dalam musyawarah besar gampong sebagai hari maulod. Antara gampong tetangga saling memberitahukan atau diberitahukan jadwalnya agar tidak ada yang bentrok. Karena masyarakat gampong yang satu mengundang masyarakat gampong tetangga lainnya untuk hadir di gampong mereka. Banyak atau sedikitnya gampong yang diundang sangat tergantung pada persediaan berapa ekor sapi atau kerbau atau kambing yang dipotong. Bila persediaan sedikit maka yang diundang pun sedikit.
Pada hari H, yang saya lihat ada sedikit perbedaan acara yang dilakukan tergantung daerah. Bila di daerah Aceh Besar dan sekitarnya, masyarakat gampong tetangga diundang datang ke mesjid atau meunasah (musholla) tempat diadakan kenduri biasanya setelah sholat asar.
Gampong yang mengundang menyediakan idang (hidangan) yang dibawa oleh setiap warganya yang berisi lauk pauk dan nasi yang sudah dibungkus dengan daun pisang yang disebut bu kulah. Bila perayaan maulod besar, maka warga diminta untuk menyediakan idang meulapeh (berlapis-lapis), dimana bu kulah dan lauk disusun berlapis dalam idang yang ditutup dengan tudung saja dan dibungkus dengan kain warna warni. Bila kendurinya kecil, idang cukup satu lapis yang berisi 20 buah bu kulah dan lauk.
Di Aceh Besar dan sekitarnya ada istilah kuah beulangong (kuah belangga) yaitu daging yang disembelih di gampong semuanya dimasak di meunasah atau dipekarangan mesjid dalam belangga besar. Ada berpuluh-puluh belangga tergantung jumlah sapi yang dipotong. Jadi tidak dimasak di rumah. Masyarakat hanya mengambilnya saja setelah ada pemberitahuan dari panitia. Sebagian dari kuah belangong itu disisihkan untuk para masyarakat gampong lain yang diundang. Istilah kuah beulangong sangat terkenal di Aceh Besar dan sekitarnya.
Panitia menentukan tempat di halaman mesjid atau menasah (surau) untuk para masyarakat gampong yang diundang. Di sana telah diletak sejumlah idang (tergantung besar kecilnya gampong). Bila masyarakat gampong yang diundang adalah gampong yang penduduknya banyak maka jumlah idang banyak atau disesuaikan.
Kemudian para undangan dipersilakan untuk membuka idang dan menyantapnya secara bersama-sama. Tidak tertutup kemungkinan bila makanan berlebih, boleh di bawa pulang dan panitia juga menyediakan kantung plastik untuk undangan membutuhkannya.
Di daerah ini juga, selain ada acara di Meunasah, masyarakat gampong secara pribadi bagi yang mampu juga membuat kenduri di rumah. Cuma yang diundang adalah kerabat-kerabat dekat di gampong lain untuk makan bersama di rumah tempat yang mengadakannya.
Pada hari H itu, mulai pagi sampai bakda asar, ada sekelompok orang membaca zikir, selawat dan puji-pujian kepada Nabi. Kelompok ini sengaja diundang atau bisa jadi di gampong tersebut memang ada kelompok zikir yang sudah terbentuk bila tidak diundang santri dayah (pesantren) untuk meudikee. Acara kenduri maulod selesai bila sudah menyelesaikan santapan yang telah disediakan.
Kemudian kenduri maulod di pantai Barat Selatan, mungkin ada sedikir perbedaan. Meskipun tradisi penyembelihan tetap ada namun di sana tidak dikenal kuah beulangong seperti di Aceh Besar dan sekitarnya. Di daerah ini, daging dimasak di rumah masing-masing atau kelompok rumah yang telah ditentukan sendiri.
Idang di daerah ini biasanya dibuat dari rotan atau bambu berbentuk slinder besar dan panjang. Satu untuk lauk dan satu lagi untuk bu kulah yang ditempatkan secara tersusun. Bahkan, dalam satu idang ini, ada sampai 100 bungkus lauk dan 100 bu kulah. Lalu idang itu di bungkus dengan kain biasanya kain pernak pernik warna kuning.
Menariknya pada saat perayaan maulod, meu-dikee selain dilakukan secara duduk juga kemudian dilanjutkan secara berdiri (disebut dikee dong). Dikee dong juga mengucapkan pujian-pujian kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Setelah semua itu dilaksanakan pada akhirnya ditutup dengan doa oleh masing-masing gampong secara sendiri-sendiri. Baru kemudian, setelah itu sholat asar panitia menyerahkan idang kepada masing-masing gampong.
Selain idang yang dimaksud juga ada idang nasi ketan yang dihias, yang diserahkan kepada gampong undangan. Idang ini berisi nasi ketan ( bu lukat) , daging ayam bakar atau kelapa parut yang sudah dicampur dengan gula gongseng (keramel) yang disebut dengan u mirah atau tepung yang dicapur pisang atau dalam basa disebut tumpoe sebagai kawan nasi ketan.
Kemudian, sebagai penyemarak kenduri ada pohon pinang atau bambu yang segaja dipajang di tempat acara. Pada pohon pinang atau bambu digantungkan sejumlah buah-buahan atau tebu yang sudah dikupas dan dipotong-potong juga digantung kelapa muda.
Pada semua perayaan maulid diakhiri dengan makan bersama. Karena kalau ada istilah keunduri pasti ada makan-makan bersama. Ini semua dilakukan sebagai ungkapan atau luapan rasa cinta kepada Rasul. Allahumma shalli ala saidina Muhammad.
Sumber : https://www.kompasiana.com/husita/54f37eb4745513942b6c7883/perayaan-maulid-nabi-dalam-tradisi-aceh
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...