Alkisah, dahulu kala di Pulau Sumbawa, hiduplah seorang petani yang sangat rajin. Ia mengerjakan sawahnya seorang diri. Namun, ia selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh.
Suatu hari, ia meminjam bajak pada temannya untuk mengerjakan sawahnya.
“Musim hujan telah datang. Aku ingin segera menggarap sawah. Bolehkah aku meminjam bajakmu?” pintanya.
“Tentu saja boleh. Namun, ada syaratnya.”
“Syaratnya apa?”
“Kau harus mengembalikan bajakku tanpa cacat, patah, dan rusak,” sahut temannya.
“Baiklah. Aku terima syaratmu,” ujar si petani, bahagia.
Si petani mulai menggarap sawah dengan bajak itu. Namun sayang, kerbau yang dipakai untuk membajak tidak bisa dikendalikan. Kerbau menabrak pematang sawah dan membuat bajak menjadi patah. Melihat bajak yang patah, si petani merasa sedih.
“Malang benar nasibku,” bisiknya dalam hati.
Si petani berusaha mengganti bajak itu dengan bajak yang lebih bagus. Dibelinya sebuah bajak baru. Ia berharap si teman mau memaafkan. Namun, ternyata bajak baru itu ditolak mentah-mentah.
“Aku tidak mau menerima bajak itu! Kembalikan bajakku seperti sediakala!” amuk si teman.
Si petani tidak putus asa. Iaberusaha memperbaiki bajak yang rusak. Menempelnya dengan berbagai ramuan dan memakunya dengan pasak paling kuat. Namun, temannya tetap tidak mau menerima bajak itu.
“Kan, sudah kubilang, aku tidak mau bajakku terlihat cacat! Lihat tempelan dan pasakmu itu! Jelek sekali,” gerutunya.
Si petani merasa bingung. Apa yang harus dilakukan? Sesuatu yang patah tidak mungkin disambung lagi. Kalaupun, bisa disambung, tidak mungkin dapat menyerupai bentuk semula.
Si petani memutuskan untuk pergi menghibur diri ke gunung, mencoba melupakan bajak yang patah. Ia merasa senang hidup di gunung. Memakan buah-buahan yang tumbuh liar dan berburu rusa. Daging rusa panggang sangat enak. Namun, nikmatnya kehidupan di gunung tidak mampu membuatnya melupakan bajak yang patah.
Suatu hari, si petani merasa lapar. Tak seekor rusa pun berhasil diburunya. Ia malah bertemu dengan seekor ular. Karena merasa takut, ia berusaha membunuh ular itu. Usahanya berhasil.
Karena lapar, ia memotong-motong tubuh ular itu. Bagian kepala dan ekor dibiarkannya tergeletak begitu saja di atas tanah. Bagian tubuh lainnya, dipotong kecil-kecil dan dijepit pada bambu untuk dipanggang.
Tiba-tiba, dari arah belakang tubuhnya, terdengar suara berdesis. Ia menoleh dan terbelalak kaget. Ada banyak ular merayap ke arahnya. Ia segera berlari dan memanjat pohon tinggi-tinggi.
Diamatinya ular-ular itu dari atas pohon. Ular-ular itu mengumpulkan tubuh ular yang telah mati, lalu mengatur tubuhnya dari kepala hingga ekor. Kemudian, satu per satu ular-ular itu menghampiri sebatang pohon. Ular-ular itu menyobek batang pohon, lalu mengunyahnya sampai halus. Kunyahan itu disemburkan pada tubuh ular yang telah mati.
Setelah seluruh tubuh ular yang mati itu tertutup semburan, keajaiban terjadi. Ular yang mati itu bergerak dan hidup kembali tanpa bekas luka. Kemudian, ular-ular itu pergi.
Si petani termangu di atas pohon. Ia takjub melihat ular yang hidup kembali. Seketika itu ia teringat bajak yang patah. Apakah mungkin bajak yang patah dapat disambung dengan semburan batang pohon itu?
Bergegas ia turun dari pohon. Ia memotong batang pohon yang telah disobek oleh ular-ular tadi.
“Aku harus segera kembali ke desa. Mudah-mudahan Tuhan memberiku keajaiban yang sama,” gumamnya.
Sampai di rumah, ia mengunyah kayu dari batang pohon itu, kemudian menyemburkannya pada bajak yang telah patah. Keajaiban serupa terjadi. Bajaktersambung seperti sediakala. Tak ada bekas patah sedikit pun. Dengan wajah ceria, si petani membawa bajak itu kepada temannya.
“Sungguh aku tidak percaya. Bagaimana bisa kau menyambung bajak itu tanpa ada bekas sedikit pun? Jangan-jangan ini bukan bajakku,” sahut temannya penuh curiga.
Si petani menceritakan pengalamannya selama di gunung. Sang teman merasa takjub. Walau cerita si petani terkesan mustahil, namun bajak yang diterimanya persis seperti bajak miliknya.
Setelah kejadian itu, si petani menjadi terkenal. Banyak orang datang padanya untuk menyambung benda yang patah, bahkan menyembuhkan patah tulang. Kayu yang dipakai si petani itu dikenal dengan sebutan kayu ular. Hingga kini, beberapa sandro (dukun) di Sumbawa masih menyakini semburan kayu ular mampu mengobati patah tulang.
Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/kayu-ular/
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...