Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jambi Jambi
KISAH ASAL USUL NAMA DESA KEMINGKING DALAM
- 28 Desember 2018

Pada zaman dahulu kala di suatu kerajaan yang bernama Kerajaan Paliang Jati tersebutlah seorang raja yang arif, bijaksana, dan dermawan yang bernama Raja “Ramanda Sultan Jati”. Selama kepemimpinan Sang Raja tidak seorangpun rakyatnya yang hidup sengsara atau menderita. Maka dari itu rakyat sangat menghormati Sang Raja dan mereka juga tidak segan-segan mempertaruhkan nyawa mereka demi Sang Raja.

Raja Ramanda Sultan Jati mempunyai seorang permaisuri yang cantik jelita yang selalu menemaninya di saat susah maupun senang. Karena kecantikannya itulah Sang Permaisuru digelari sebagai “Permaisuri Ayu” oleh rakyatnya. Tidak berapa lama setelah pernikahan mereka yang indah dan bahagia, Raja Ramanda Sultan Jati dan Permaisuri Ayu kemudian dikaruniai seorang putra yang mereka beri nama “Kamanda Sultan Jati” dan seorang putri yang bernama “Ayunda”.

Sejalan dengan perjalanan waktu, Kamanda Sultan Jati pun tumbuh dewasa dan tampan. Namun Kamanda Sultan Jati memiliki kepribadian yang sangat berbeda jauh dengan ayahandanya. Tingkah lakunya tidak layak disebut sebagai putra mahkota karena tidak sekalipun ia peduli terhadap kepentingan dan kesejahteraan rakyat dan kerajaannya. Tidak seperti ayahnya yang arif, bijaksana, dan darmawan Kamanda Sultan Jati tidak lebih dari seorang yang tamak dan semena-mena kepada rakyatnya.


Raja Ramanda Sultan Jati sudah mencapai usia lanjut dan hendak beristirahat dengan meletakkan tampuk kepemimpinan kepada putra satu-satunya Kamanda Sultan Jati. Sejak saat itu, tak suatu haripun berlalu tanpa penyesalan dari Yang Mulia Ramanda Sultan Jati. Karena sejak berada di bawah kepemimpinan putranya, Kerajaan Paliang Jati yang dulu merupakan kerajaan yang makmur merata hingga seluruh penjuru negeri, kini hanyalah sebuah daerah dengan kekacauan di mana-mana dan kemiskinan mewarnai setiap sudut wilayah kecuali tentu saja istana kerajaan dan sekitarnya.

Pada suatu hari raja baru ini memaksa ibundanya agar menikah dengannya. Melihat kejadian tersebut, Ramanda Sultan Jati terkejut tak kuasa menahan kesedihannya lebih jauh lagi. Sehingga Ramanda Sultan Jati kembali kepada Sang Pencipta dalam kesedihan yang luar biasa. Permaisuri Ayu pun tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut hingga tidak lama kemudian Ia menyusul kepergian suaminya

Tingkah laku Kamanda Sultan Jati semakin menjadi-jadi setelah kepergian kedua orangtuanya. Rakyatnya semakin miskin dan menderita karena kemiskinan yang semakin parah dan angka kriminalitas yang terus meninggi. Namun, Kamanda Sultan Jati tetap saja tidak melakukan apapun untuk memperbaiki keadaan. Ia justru menjadi semakin keterlaluan dengan memaksa adiknya Putri Ayunda untuk menikahinya. Dari pernikahan terlarang tersebut Permaisuri Ayunda memiliki seorang putra yang bernama “Dimitri Sultan Jati”.

Dimitri Sultan Jati tumbuh besar di bawah asuhan ibundanya tercinta. Semakin dewasa, Dimitri semakin mirip dengan kakeknya Sang Raja terdahulu. Baik rupa maupun sifatnya selalu mengingatkan Permaisuri Ayunda akan rupa dan sifat ayahandanya. Tidak hanya baik hati dan rupawan, Dimitri juga memiliki rasa keadilan dan keberanian yang begitu tinggi. Hal ini ia tunjukkan dengan selalu menentang kelakuan dan kebijakan ayahnya, terutama ketika ayahnya membuat peraturan-peraturan yang menyengsarakan rakyatnya seperti :

  1. Semua hasil perkebunan rakyat harus diserahkan pada kerajaan
  2. 50% tanah rakyat adalah milik kerajaan
  3. Setiap anak lelaki yang lahir harus dibunuh karena Kamanda Sultan Jati takut akan ada yang melakukan perlawanan dan mengalahkannya
  4. Setiap anak perempuan yang lahir harus dirawat dan dijaga baik-baik dan ketika dewasa akan dijadikan selirnya
  5. dan lain-lain

Melihat kelakuan ayahnya yang keterlaluan, Dimitri menentangnya secara terang-terangan. Hal ini tentu saja membuat Sang Raja lalim marah besar. “Dimitri! Kamu masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Jika kau menentang ayah lebih jauh lagi, ayah tidak segan-segan mengusirmu dari istana ini ke tempat kau tidak akan bisa kembali melihat matahari terbit lagi.” Ancam Kamanda Sultan Jati. “Ayahanda, ananda lebih baik pergi dari istana ini daripada hidup dengan orang yang tidak manusiawi seperti ayah. Sungguh sedih hatiku tidak dapat melakukan suatu apapun untuk memperbaiki tabiat ayah.” Jawab Dimitri.

Kamanda Sultan Jati hanya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban anaknya yang segera berlalu meninggalkannya. Sebelum pergi Dimitri hendak membawa serta ibunya. Tetapi Permaisuri Ayunda menolak untuk pergi bersama Dimitri karena ia merasa tidak dapat meninggalkan rakyatnya menderita begitu saja dan kondisinya yang sedang hamil tua tidak memungkinkannya untuk bepergian jauh.

Belum lama setelah kepergian Dimitri istana tampak ramai dengan perayaan kelahiran tiga putra kembar Sang Raja dan Permaisuri. Karena bahagianya, Sang Raja menggelar suatu pesta besar sehingga seluruh istana penuh dengan hias-hiasan, tari-tarian, makanan-minuman, dan para bangsawan. Ketika sedang mengantar salah seorang tamu kayanya pulang, datanglah seorang pengemis tua menghampiri Sang Raja dan Permaisuri yang masih berdiri di depan pintu menunggu tamunya menghilang dari pandangan.

“Wahai Raja Yang Mulia, bolehkah saya meminta sesuap nasi di istanamu yang megah ini?” Tanya pengemis tua yang menyadarkan tubuh rentanya pada sebatang tongkat itu. Namun, bukannya memberikan sedikit makanan dari limpahan sajian dari istananya, Sang Raja justru menjadi sangat murka dan marah melihat pengemis tua ini begitu lancang berdiri dan meminta di hadapannya.

“Dasar pengemis renta! Tidak ada sebutir nasipun untuk orang yang menjijikan sepertimu. Pergi dari sini sebelum bau menjijikkanmu itu mengotori istanaku ini dan menghilangkan selera makan tamu-tamuku.” Usir Kamanda Sultan Jati sambil berlalu pergi. “Wahai Raja Yang Mulia, sesungguhnya kamu harus tahu bahwa kesombonganmu lah yang akan menghancurkan kepemimpinanmu. Dan sesungguhnya tidak akan bisa mati dirimu kecuali keempat putramu memotong empat bagian tubuhmu dan melemparkannya ke empat penjuru mata angin.”

Mendengar pernyataan yang dianggapnya sangat lancang, Sang Raja berpaling dan telah memutuskan untuk menggantung pengemis tua itu. Tetapi betapa terkejutnya ia ketika melihat tidak ada seorangpun di tempat pengemis tua tadi berdiri. Ia melihat ke sekeliling tetapi tetap saja pengemis tua itu tidak terlihat. Kamanda Sultan Jati tidak mengerti bagaimana seseorang yang sudah tua renta bisa dapat pergi secepat itu. Tetapi ia dengan segera memutuskan untuk kembali menikmati pestanya yang meriah dan melupakan sang pengemis sama sekali.

Beberapa masa telah berlalu sejak peristiwa itu ketika Sang Raja menderita penyakit yang sangat aneh. Tubuh Sang Raja tidak bisa digerakkan, seluruh tubuhnya menjadi kaku dan ia telihat seperti mayat hidup. Semua tabib telah didatangkan dari seluruh penjuru negeri, namun tidak ada seorangpun yang dapat menyembuhkannya. Bahkan membuat kondisi Sang Raja sedikit lebih baik pun para tabib itu tidak kuasa. Mereka hanya dapat berkata bahwa penyakit yang menyerang Sang Raja adalah penyakit yang teramat aneh dan tidak pernah mereka jumpai sebelumnya apalagi obatnya.

Bertahun-tahun telah berlalu sejak Sang Raja menderita penyakit aneh. Tetapi penilaian dan pendapat para tabib tetap sama dan kondisi Raja tidak berubah membaik. Di tengah keputusasaannya, Sang Permaisuri teringat akan kata-kata pengemis tua yang di masa lalu telah diusir oleh Kamanda Sultan Jati. Untuk mengakhiri penderitaan suaminya, Permaisuri kemudian menyuruh ketiga putra kembarnya untuk memotong empat bagian tubuh Kamanda Sultan Jati. Tetapi usaha itu ternyata sia-sia karena sebelum empat bagian tubuh itu dibawa ke empat penjuru mata angin, tubuh Raja kembali seperti semula.

Sang Permaisuri menjadi kecewa karena ternyata hal itu tidak dapat dilakukan tanpa kehadiran putra sulungnya, Dimitri Sultan Jati. Sedangkan dirinya sama sekali tidak mengetahui keberadaan Dimitri sekarang. Beberapa tahun lagi berlalu dengan tujuan utama pasukan Kerajaan Paliang Jati adalah mencari Putra Mahkota yang menghilang. Meski segala upaya telah dilakukan dan setiap tempat telah didatangi tetapi tetap saja keberadaan Dimitri Sultan Jati adalah misteri. Hingga suatu hari seorang prajurit berhasil memasuki istana Kerajaan Paliang Jati dan menerobos bagian tengah yang merupakan tempat khusus bagi Raja dan Permaisurinya. Sang Permaisuri yang melihat prajurit ini menegur dan memarahinya karena telah lancang memasuki kamar Raja terlebih Sang Raja kini sedang sakit.

Tetapi Permaisuri Ayunda terkejut karena prajurit itu tidak pergi seperti yang ia perintahkan namun justru duduk bersimpuh di hadapan Sang Permaisuri, lalu membuka penutup wajahnya. “Ibunda” ujar prajurit yang ternyata adalah Dimitri Sultan Jati yang menyamar. “Di… Dimitri… Anakku!” Permaisuri Ayunda tiba-tiba merasakan emosi yang bercampur antara sedih, bahagia, dan rindu sehingga ia tak kuasa menahan airmatanya sembari memeluk putra sulungnya yang tercinta. “Iya Ibunda, yang kini ada di hadapanmu adalah putramu yang selama ini Ibunda cari. Bagaimana keadaan Ayahanda? Mengapa Ayahanda menjadi sedemikian buruk keadaannya?” Tanya Dimitri penuh rasa ingin tahu.

Kemudian Permaisuri menceritakan segala yang telah dilakukan oleh Sang Raja setelah kepergian Dimitri. Ia pun bercerita kepada Dimitri tentang adik-adiknya dan pengemis tua itu, tentang bagaimana buruknya perlakuan Sang Raja dan kutukan yang diberikan oleh pengemis tua itu. Dimitri tertegun mendengar penuturan ibunya dan akhirnya mengerti ketika ibunya menceritakan tentang usaha yang dilakukan oleh saudara-saudaranya tidak berhasil sehingga tubuh ayahnya tetap utuh hingga kini. Dimitri begitu sedih dan terenyuh ketika pada akhirnya ia menemui ayahnya yang kini tidak dapat melakukan apapun selain terbaring kaku tanpa dapat menggerakkan tubuh sedikitpun.

“Ayahanda…. Mengapa keadaan Ayahnda menjadi sedemikian buruk?” Dimitri tak kuasa menahan kesedihannya melihat sang ayah yang terlihat begitu tua, kurus, dan tak bertenaga, sangat jauh berbeda dengan ayahnya pada terakhir kali mereka bertemu. Sang Raja yang menyadari kehadiran putra sulungnya hanya dapat mengalirkan airmata tanpa dapat berekspresi sedikitpun.

“Ibunda, tidak ada suatu apapun yang dapat saya lakukan berkaitan dengan kondisi Ayahanda saat ini. Bahkan tabib yang paling paling hebat pun tidak dapat meringankan penderitaan Ayahanda, terlebih lagi Ananda yang tidak lebih dari seorang anak yang tak berguna. Tetapi bagaimanapun sikap dan sifat Ayahanda dulu, Kamanda Sultan Jati adalah Ayahandaku. Dan Ananada akan selalu menyayangi dan menghormati Ayahanda.”

“Jika ada satu hal yang dapat Ananda lakukan untuk Ayahanda, hal itu adalah mengakhiri penderitaan Ayahanda. Tetapi tahukah Ibunda, bahwa hal itu akan sangat menyakiti hatiku? Ananda tidak sanggup memotong bagian tubuh Ayahanda, Ibunda.”

“Oh, Dimitri putraku sayang. Ibunda tahu betapa hal itu akan sangat menyakiti hatimu. Tetapi coba pikirkan penderitaan yang telah dan akan diderita oleh Ayahandamu apabila engkau tetap berpegang teguh pada lembut hatimu. Seringkali rasa cinta adalah melakukan yang terbaik bagi orang yang kita kasihi, bukan yang terbaik bagi kita meskipun hal itu akan sangat menyakitkan bagi kita.”

Setelah berpikir mendalam dan melihat kondisi ayahnya dengan mata kepalanya sendiri, Dimitri menyadari bahwa akan lebih menyiksa bagi ayahnya jika ia tetap pada lembut hatinya. Hingga suatu hari telah bulatlah tekad Dimitri hingga ia memanggil ketiga adik dan ibunya untuk menyampaikan keputusannya pada mereka semua, kemudian bersama-samalah mereka menemui Sang Raja di kediamannya.

“Ayahanda, sungguh sedih hatiku karena harus menjadi orang yang melakukan hal ini kepada Ayahanda yang sesungguhnya sangat aku hormati dan sayangi. Tetapi hatiku jauh lebih sakit lagi jika terus melihat Ayahanda berada dalam penderitaan yang tak terkira ini. Segala yang Ananda dan adik-adik lakukan hanyalah demi kebaikan Ayahanda semata. Oleh karena itu, kami hanya akan memotong jari kelingking Ayahnda. Semoga dengan kebaikan Tuhan, Ayahanda mendapatkan yang terbaik.”

Mendengar perkataan anaknya Sang Raja hanya dapat mengedipkan matanya yang basah oleh airmata sebagai tanda persetujuan, ungkapan maaf, terima kasih dan campuran emosi lainnya yang tidak sanggup ia tunjukkan. Setelah berkata demikian, Dimitri pun memotong kelingking Sang Raja dan dilanjutkan oleh ketiga adiknya terhadap kelingking ayah mereka yang lain. Selanjutnya, kelingking-kelingking itupun mereka bawa masing-masing ke arah empat penjuru mata angin dan dijatukan di empat tempat yang berbeda.

Dari keempat tempat yang menjadi tempat jatuhnya kelingking Sang Raja, jika dihubungkan maka terbentuklah sebuah daerah yang subur dan kemudian dihuni oleh banyak orang. Lokasi ini kemudian terus berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan sejahtera. Berdasarkan asal usulnya desa ini seharusnya bernama desa Kelingking, tetapi karena masyarakat daerah ini memiliki kesulitan dalam melafalkan “L” maka desa ini berkembang menjadi desa Kemingking yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Desa Kemingking Luar dan Desa Kemingking Dalam yang sekarang merupakan bagian dari kecamatan Taman Rajo, kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

 

 

sumber:

  1. Dongeng Kami Kamu (http://dongeng.kamikamu.net/asal-usul-nama-desa-kemingking-dalam-jambi/)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Taman Lansia Ceria
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel