Kayat adalah salah satu genre sastra lisan yang berkembang dalam masyarakat Rantau Kuantan. Secara etimologis, kata “kayat” adalah pengucapan menurut bahasa Melayu Riau dialek Kuantan untuk kata “hikayat”. Ada dua penyampaian genre kayat, yaitu kayat yang disampaikan dalam genre non-naratif (pantun) dan dalam bentuk naratif (tangkorak koriang) oleh seorang penutur kayat. Kayat disampaikan dengan memakai alat-alat music antara lain, dua buah gendang, biola serta pengeras suara. Salah seorang dari penutur kayat tersebut boleh dikatakan sebagai pemimpin kayat (pantun). Biasanya kelompok kayat pantun beranggotakan dua hingga lima orang. Dalam membawakannya, penutur kayat secara bergantian mendendangkan bait-bait pantun yang mereka bawakan dari penutur kayat satu ke penutur kayat berikutnya. Di antara tata caranya, kayat memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
Kayat sebagai fungsi hiburan ini terutama ada pada kayat pantun yang banyak menyampaikan nilai-nilai duniawi.
Kayat sebagai fungsi faedah ini dimaksudkan kayat memberi nasehat-nasehat kepada khalayak baik memberi anjuran langsung maupun melalui pengisahan tentang tingkah laku di dunia, dari sudut pandangan Islam.
Fungsi kayat dapat dikatakan untuk menyampaikan sesuatu yang menjadikan khalayaknya memperbaiki akal budi melalui berbagai nasehat, petuah, atau ajaran agama secara bercerita dan atau berpantun. Melaksanakan tepuk tepung tawar ke pengantin
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang