Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Dongeng Jawa Tengah Jawa Tengah
Joko Kendil Versi Lain
- 7 Agustus 2018

Cerita asal Jawa Tengah ini memiliki beberapa versi, beda penulis, isinya pun sedikit berbeda. Maklum, cerita rakyat umumnya hanya dari mulut ke mulut, sehingga tidak heran jika ada perubahan atau tambahan di dalamnya. Ada pun versi yang akan saya ceritakan kali ini saya dapati dari Ibu saya yang dulu sering mendengarkannya semasa kecil. Cerita ini berjudul : Joko Kendil

Pada zaman dahulu kala, di tanah Jawa Barat, berdirilah sebuah kerajaan yang megah dan tentram. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang memiliki tiga orang putri yang amat cantik dan menawan. Putri yang tertua bernama Dewi Kantil, adiknya, Dewi Mawar, dan putri yang paling bungsu bernama Dewi Melati.  Mereka hidup bahagia di kerajaan tersebut sampai suatu hari sang raja jatuh sakit.

Sang raja yang sakit keras kemudian mengadakan sayembara, “Barang siapa yang dapat menyembuhkan penyakitku dapat menikahi salah satu dari tiga putriku.” Ribuan laki-laki, dukun, tabib, dan peramu obat-obatan dari segala penjuru daerah pun mendatangi kerajaan dengan harapan dapat meminang putri raja. Namun tak ada seorang pun yang dapat menyembuhkan sang raja. Hari dan hari berlalu, keadaan sang raja semakin memburuk, ketiga putrinya menangis siang dan malam,

“Oh, Ayah.. Apakah sudah tidak ada harapan lagi..?” tangis Dewi Kantil,

“Ayah, jangan tinggalkan kami..,” Dewi Mawar memohon sambil tersedu-sedu. Suasana kerajaan menjadi pilu biru. Dewi Melati turut bersedih melihat ayahnya terbujur tak bertenaga di atas ranjangnya.

Saat itu juga, pintu kamar raja terbuka dan penjaga istana mempersilakan seorang laki-laki melangkah ke  dalam ruangan. Ketiga putri serta sang raja terkejut melihat sosok lelaki itu. Kepalanya berbentuk seperti periuk raksasa yang biasa digunakan untuk menyimpan air, atau yang biasa disebut Kendil. Baju yang ia kenakan pun terlihat sangat lusuh dan compang-camping. Pria itu pun memperkenalkan dirinya.

“Wahai Rajaku, namaku Joko Kendil. Aku datang kemari dengan maksud untuk memenangkan sayembaramu,” serunya sambil berjalan ke arah ranjang raja. Raja yang terbujur kaku dan menahan sakit hanya bisa mengangguk.

“Dengan kesaktianku, akan aku angkat penyakit yang melumpuhkan tubuh Raja.” Sambil menutup mata, Joko Kendil membacakan mantra dengan khusyuk. Seketika, wajah Raja mulai mencerah dan tidak pucat lagi. Raja pun tiba-tiba bangun dan terduduk di ranjangnya, meraba-raba anggota tubuhnya yang sudah pulih seutuhnya. Ketiga putrinya lantas memeluk sang ayah.

“Ayah! Ayah sudah sembuh!” seru ketiga putri tersebut.

“Sekarang, aku menginginkan hadiahku, raja,” ujar Joko Kendil.

“Baiklah, sesuai janjiku, kamu dapat memilih salah satu dari ketiga putriku,” jawab sang raja. Namun sebelum Joko Kendil dapat berkata-kata, Dewi Kantil memotongnya.

“Ayah, aku tidak akan sudi menikah dengan lelaki buruk rupa ini!” Seru Dewi Kantil dengan nada tinggi.

“Aku juga, Ayah. Dia miskin, tidak punya apa-apa! Lebih baik aku mati saja ketimbang menikahinya,” sambung Dewi Mawar. Dua saudari tersebut memelototi Joko Kendil dengan jijik,

Mendengar cemooh kedua putri raja, wajah Joko Kendil pun berubah merah penuh amarah,

“Keterlaluan! Jika salah satu dari kalian tidak bersedia untuk menjadi istriku, aku akan mengutuk ayah kalian hingga penyakitnya tidak dapat disembuhkan oleh siapapun! Raja akan mati! ” Bentak Joko Kendil. Ketiga putri tersebut serta sang raja lantas terdiam cemas, hingga akhirnya Dewi Melati memecahkan kesunyian.

“Baiklah, Joko Kendil. Aku bersedia untuk menjadi istrimu.”

Mereka pun dinikahkan dan Joko Kendil akhirnya tinggal di kerajaan. Joko Kendil sangat baik terhadap Dewi Melati, namun di lain sisi, setiap hari Dewi Melati diledeki oleh kedua kakaknya,

“Adikku, kamu rugi sekali. Suamimu itu tidak ada eloknya sedikit pun!” Ledek Dewi Kantil. Dewi Melati menambahkan,

“Sekarang hidupmu hancur sudah. Selamanya kamu harus mengurusi Joko Kendil yang buruk rupa itu!”  Kedua kakaknya pun tertawa keras. Dewi Melati yang malang menangis dan berlari ke kamar utama.

Dengan perasaan sedih bercampur kesal, ia membanting sebuah kendi yang ada di dekatnya sehingga kendi tersebut hancur berkeping-keping. Suara kendi yang pecah itu sangat keras. Tidak lama kemudian, seorang ksatria tampan memasuki ruangan itu. Melihat Dewi Melati yang menangis tersedu-sedu, ia lantas menanyakan,

“Ada apa, istriku?” Tentu saja Dewi Melati kaget mendengar pertanyaan pria tersebut. Pria itu kemudian menjelaskan bahwa ia sebenarnya adalah Joko Kendil. Ia terjebak dalam penampilan yang buruk rupa karena suatu kutukan yang ternyata dapat diangkat karena Dewi Melati telah memecahkan kendi tersebut.

Melihat Joko Kendil yang telah menjelma menjadi lelaki tampan, kedua kakak Dewi Melati merasa sangat menyesal. Sebaliknya, Joko Kendil dan Dewi Melati hidup bahagia bersama hingga akhir waktu.

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline