Kuliner khas Banyuwangi ini mulai sulit ditemukan. Namanya Jangan Kesrut. Jangan dalam bahasa Jawa berarti Sayur dan nama Kesrut diambil dari bahasa suku Osing yang artinya ‘’Kesrut kesrutan’’ menahan ingus yang keluar dari hidung saking pedasnya menyantap makanan ini. Masakan ini menggunakan bahan dasar ayam, namun ada juga yang hanya menggunakan ceker nya saja. Jangan Kesrut berkaldu kental yang dan sangat pedas. Paling enak jika kita menyantap dengan nasi putih dan sambal tempong.
Bahan :
1 bh ayam, potong sesuai selera
4 bh bawang merah
8 bh cabe merah keriting
10 bh cabe rawit merah (jika ingin tidak terlalu pedas bisa dikurangi)
1 bh tomat, diiris
3-4 bh belimbing wuluh, potong-potong
1 bh bawang daun, potong-potong
1 sdm garam
1 sdt gula pasir
1 sdt terasi
Cara membuat :
Rebus ayam dalam panci, bubuhi garam.
Masukan cabe keriting, cabe rawit dan bawang merah. Setelah layu, angkat. Ulek bersama terasi.
Tumis bumbu tadi sampai harum lalu masukan ke dalam rebusan ayam. Tambahkan belimbing wuluh dan gula pasir. Aduk. Masak hingga ayam empuk. Cek rasa.
Terakhir tambahkan tomat dan bawang daun.
Sajikan.
Sumber :
http://theriathings.blogspot.co.id/2015/04/jangan-kesrut-ayam-sayur-asam-uyah-ayam.html
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang