Jangan Bung adalah kuliner khas warga Banyuwangi. Kata ‘’Bung’’ sendiri adalah berasal dari ‘’Rebung’’ tunas muda tanaman bambu. Rebung salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat, tidak heran jika banyak yang menggemarinya. Jangan bung memiliki rasa yang gurih karena kuahnya yang menggunakan santan. Cara membuatnya sangat mudah, kita nisa mencobanya sendiri dirumah. Berikut ini resep dan cara membuatnya.
Bahan :
350 gram rebung muda (iris tipis, rebus dan buang air lalu rendam selama satu malam lalu cuci bersih dan tiriskan sebelum dimasak)
3 cm lengkuas (memarkan)
Garam (secukupnya)
Minyak (secukupnya)
2 lembar daun jeruk
1 lembar daun salam
Kaldu ayam bubuk (secukupnya)
Gula (secukupnya)
200 ml santan kelapa (dari 1 butir kelapa)
Bahan Halus :
5 siung bawang merah
3 siung bawang putih
3 cabai merah besar (buang isi)
10 cabai rawit
4 cm kunyit
3 butir kemiri
Cara Membuat :
Tumis bumbu yang telah dihaluskan dengan minyak secukupnya hingga aromanya harum. Tambahkan garam, gula dan lengkuas.
Masukkan sedikit air ke dalam bumbu yang telah ditumis dan biarkan mendidih.
Masukkan rebung yang telah disiapkan. Masak sekitar 10 menit bersama bumbu hingga bumbu meresap.
Tambahkan daun jeruk, daun salam dan kaldu ayam bubuk secukupnya. Aduk semua bahan hingga tercampur rata dan biarkan hingga kembali mendidih.
Terakhir, masukkan santan kelapa ke dalam masakan dan aduk rata.
Masak hingga mendidih dan rebung matang. Sayur rebung pun siap untuk disajikan.
Sumber :
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang