Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Jalan Jawa Barat Bandung
Jalan Asia-Afrika Bandung
- 4 Januari 2019

Kalau ada anekdot di Kota Bandung tentang nama jalan yang paling panjang sedunia, jawabannya adalah Jalan Asia-Afrika. Sebagai bahan candaan, ke jalan tersebut berarti menempuh benua Asia dan Afrika, yang dipisahkan sebuah sungai.

Nama Jalan Asia-Afrika sejatinya tak hanya berada di Kota Bandung, tetapi juga ada di kota-kota lain di Indonesia. Begitu juga dengan sungai yang melintasinya, Sungai Cikapundung yang bukan sungai terpanjang di Jawa Barat, tetapi Citarum, sungai yang jadi muaranya.

Namun, kepopuleran nama jalan itu memang begitu hebat. Pun cikapundung, sebagai nama salah satu sungai tenar di Kota Kembang. Boleh jadi, siapa saja yang diminta menunjukkan jantung Kota Bandung, mesti telunjuknya mengarah ke ruas Jalan Asia-Afrika.

Arus jalan itu cuma satu arah yang menuju ke Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Bandung Propinsi Jawa Barat. Di atas semua itu, Jalan Asia-Afrika Kota Bandung jadi saksi konferensi yang amat bersejarah, yang mempertemukan 29 negara se-Asia dan Afrika pada 18-24 April 1955.

Konferensi Asia-Afrika pertama tersebut terjadi di Gedung Merdeka yang berada di jalan tersebut. Konferensi membahas isu kedamaian dan kerjasama dunia yang dihadiri oleh delegasi negara se-Asia-Afrika, mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu.

Sedikit mengenai Gedung Merdeka, pada awalnya dibangun menghadap ke jalan terkenal yang satunya di Kota Bandung, yaitu Jalan Braga. Namun, sejak renovasi pada 1921 , Gedung Merdeka praktis menghadap ke Jalan Asia-Afrika saat ini. Gedung Merdeka dulunya bernama gedung Societeit Concordia, tempat berkumpul dan berpestanya lapisan kelas atas Bandung.

Jalan Asia-Afrika jauh sebelumnya memiliki nama Groote Postweg atau Jalan Raya Pos. Jalan merupakan ruas protokol tertua di Kota Bandung. Nama itu juga mengikuti fungsi dan keberadaan Gedung Raya Pos atau Kantor Pos Besar dari zaman kolonial. Jalan dibangun bersamaan dengan proyek jalan Anyer-Panarukan yang menghubungkan jalur pos antar kota di Pulau Jawa sepanjang 1.000 kilometer.

Pal atau titik 0 Kilometer Bandung juga berada di jalan ini. Titik nol kerap dikaitkan dengan pusat atau awal mula perkembangan kota, di mana pemindahan pemerintahan Bandung yang berada di wilayah Krapyak atau Dayeuh Kolot, dipindahkan ke wilayah ini pada 1810 mengikuti jalan yang sedang dibangun. Juga lokasi dekat dengan Sungai Cikapundung sebagai sumber air pembangunan kota. Di kawasan ini, kini menjamur street show, seperti cosplay, kostum hantu, dll.

Dulu di KM 0 Bandung, Marschalk Herman Willem Daendles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda menancapkan tongkatnya saat melintasi Bandung sewaktu membangun ruas Anyer-Panarukan 1808-1811. Lokasi KM 0 berada di depan Kantor Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Barat,tak jauh dari Hotel Savoy Homann dan Prama Grand Preanger.

sumber :  https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2018/02/21/jalan-asia-afrika-pusat-kota-tua-bandung-419891

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Vila Van Resink
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Kertodadi
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Cepet Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Situs Potro
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev