Jaja Kaliadrem merupakan jajanan tradisional Bali berbentuk segitiga yang terbuat dari tepung beras dan memiliki rasa yang manis. Kue yang satu ini memiliki banyak sebutan, ada yang menyebutnya Kue Bolong atau Ucur. Jajanan Bali ini pelengkap sesaji Galungan.
Kue yang menyerupai donat ini dibuat melalui proses pembuatan yang terbilang masih sangat tradisional karena menggunakan beras yang perlu ditumbuk agar menjadi tepung. Setelah tepung, gula merah, kelapa parut, air, dan garam dicampur menjadi satu kemudian adonan diuleni hingga kalis. Kemudian adonan harus didiamkan selama sekitar 5-8 jam untuk mendapatkan adonan yang mengembang sempurna. Lalu adonan kembali diuleni dan barulah dibentuk segitiga dengan lubang di tengahnya. Bentuk segitiga yang tercipta berasal dari cetakan yang terbuat daun pisang dan tentunya berbentuk segitiga. Cetakan ini disebut ‘Kojong’ bagi masyarakat Bali. Adonan Kaliadrem yang telah dibentuk dan dilubangi kemudian diberi taburan biji wijen di atasnya, setelah itu digoreng sampai matang dan donat Bali ini siap disajikan.
Jaja Kaliadrem cocok dijadikan teman minum teh atau kopi agak pahit di pagi maupun sore hari. Rasa manis yang menyatu dengan gurihnya wijen membuat siapapun tergoda untuk menjajalnya. Belum lagi ada sensasi tersendiri yang dihasilkan dari campuran gula merah dan gula pasir yang terkena panas dan terkaramelisasi.
Jaja Kaliadrem tidak hanya ada saat Galungan tiba, kue ini juga banyak dijual di pasar tradisional Bali. Dengan rasa yang unik, jaja Kaliadrem dijual dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu hanya Rp500,- sampai Rp1000,- saja.
Sumber: https://balikami.com/jaja-kaliadrem-si-manis-pelengkap-sesaji-galungan
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.