Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Candi Jawa Timur Desa Kalayu
Jabung, Candi Buddha Peninggalan Majapahit

Menurut Kitab Negarakertagama, Raja Hayam Wuruk diriwayatkan pernah mengadakan perjalanan ke timur pada tahun 1359. Berhenti di suatu desa bernama Kelayu untuk mengadakan upacara persembahan (nyekar). Di Desa Kalayu inilah terdapat suatu bangunan bercorak Buddha yang dianggap suci. Bangunan bernama Sugata Prasista tersebut kini dikenal dengan nama Candi Jabung.

Dalam Kitab Pararaton juga diungkapkan, Candi Jabung mempunyai gelar Bajrajina Paramitapura. Secara etimologi nama tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, Bajra merupakan sebutan bagi seorang dewa Buddhis, Jina mengandung arti tiga dewa dalam kepercayaan Buddha, Paramamita berarti ajaran Buddha Mahayana Tantra, sedangkan Pura diartikan sebagai bangunan candi.

Secara harfiah, nama tersebut mengandung makna sebagai bangunan candi bercorak Buddha yang dibangun demi tiga dewa dalam kepercayaan Buddha. Sedangkan nama Jabung dipakai oleh warga sekitar, diambil dari nama pohon yang banyak terdapat di kawasan candi tersebut ditemukan.

Candi Jabung secara administrasi terletak di Dusun Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berlokasi di tengah pemukiman warga, Candi Jabung menempati lahan seluas lebih dari 20.000 m2 dan berada di ketinggian 8 mdpl. Struktur Candi Jabung terbuat dari batu bata merah, dan sebagian yang lain terbuat dari batuan andesit.



Menurut catatan pengelola, Candi Jabung merupakan candi bercorak Buddha peninggalan Kerajaan Majapahit. Batu yang digunakan untuk membangun candi mempunyai ukuran panjang 35 cm, lebar 25 cm, dan memiliki ketebalan 7 cm. Secara umum, Candi Jabung mempunyai panjang 13,11 meter, lebar 9,85 meter, dan tinggi 15,58 meter.

Jika ditelisik lebih jauh, Candi Jabung mempunyai ciri-ciri yang serupa dengan berbagai candi yang ditemukan di wilayah Jawa Timur. Ciri-ciri tersebut antara lain seperti, bahan baku bangunan candi terbuat dari batu bata merah, relief didominasi oleh bentuk bunga teratai, dan terdapat pintu atau bilik pada badan candi.

Candi Jabung mempunyai beberapa bagian, antara lain bagian batur candi, bagian kaki, bagian duduk tubuh, bagian tubuh candi, dan bagian atap candi. Bagian batur candi mempunyai ukuran panjang sekitar 13 meter, di bagian atasnya terdapat selasar dengan relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat. Sedangkan kaki Candi Jabung berbentuk persegi dengan bagian depan menjorok keluar. Pada bagian ini juga terdapat panel-panel yang berbentuk kala (Cakra dan Surya), yaitu simbol-simbol kesenian dari masa Majapahit.

Sementara bagian duduk tubuh candi merupakan bagian di antara kaki candi tingkat II dan peralihan bentuk dari persegi ke bagian candi yang bulat. Pada bagian ini terdapat panel-panel dengan relief manusia, rumah, dan pohon-pohonan, namun sayang sebagian relief sudah tidak bisa terlihat karena termakan zaman. Menariknya, di bagian tenggara terdapat relief cerita Sri Tanjung, yaitu menggambarkan seorang perempuan naik di atas punggung seekor ikan.

Bagian tubuh Candi Jabung mempunyai bilik berukuran 2,6 x 2,58 meter dengan tinggi 5,52 meter, yang bagian atasnya terdapat batu penutup cangkup berukir, sedangkan di dalamnya terdapat altar yang ditempatkan arca pemujaan. Sayangnya, tidak semua orang bisa masuk ke dalam bilik tersebut demi menjaga kelestarian bangunan candi. Namun pengunjung bisa menyaksikan pada ketiga sisi tubuh candi (utara, timur, dan selatan) terdapat pintu semu. Pada masing-masing bingkai pintu semu terdapat ragam hias kala berupa kepala naga dan singa.

Puncak atap candi diperkirakan berbentuk stupa, mengingat Candi Jabung bercorak Buddha. Namun sisa-sisa atap candi yang tersisa saat ini adalah denah atap berbentuk lingkaran dan terdapat sisa bagian tubuh stupa. Setelah sempat mengalami beberapa kali pemugaran, Direktorat Jenderal Kebudayaan pada 5 Nopember 1987 meresmikan Candi Jabung sebagai benda cagar budaya yang dilindungi pemerintah.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline