Ikan Bobara atau yang biasa dikenal secara internasional dengan nama Trevally Fish banyak sekali hidup di wilayah perairan Propinsi Papua dan Papua Barat. Ikan ini merupakan ikan jenis petarung sehingga cukup menantang bagi para penggiat hobi pancing untuk memancingnya. Selain karena habitat hidupnya di laut yang berkarang, Bobara menarik untuk dipancing karena hidup dalam kelompok dan bergerak lebih lincah dibanding ikan lain. Tentu saja ini membuat upaya memancing Bobara pun harus lebih keras daripada jenis ikan lainnya.
Seperti kebanyakan ikan laut yang dipancing, Bobara pun sangat nikmat untuk disantap. Tekstur daging yang padat membuat ikan ini lebih cocok dimasak dengan cara dibakar. Masyarakat Papua yang sangat dekat dengan makanan laut pun sudah tidak asing lagi dengan Ikan Bobara bakar. Ikan ini menjadi salah satu primadona makanan laut khas Papua.
Cara Membuat:
Untuk memasaknya, Ikan Bobara yang masih segar dan sudah dibersihkan biasanya akan direndam di dalam air jeruk lemon terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi aroma amis pada ikan tersebut saat dimakan nanti. Setelah itu, seperti ikan bakar pada umumnya, ikan Bobara diolesi oleh bumbu bakaran dan diletakkan di atas tungku bara yang sudah disiapkan sebelumnya. Sembari dibakar, bumbu oles pun dapat ditambahkan sesekali untuk menambah citarasa ikan Bobara bakar.
Waktu pembakaran memang cukup lama, hampir sekitar 30 menit hingga ikan matang secara menyeluruh. Namun, untuk mempercepat penyajian, biasanya warung ikan bakar di Papua sudah membakar ikan ini setengah matang terlebih dahulu sebelum ada pelanggan yang membeli. Setelah ada yang memesan ikan Bobara, maka penjual akan membakar ikan itu kembali hingga matang sepenuhnya.
Citarasa ikan Bobara sangat nikmat, bahkan mampu menggambarkan alam Papua yang begitu indah. Daging yang padat dan legit, serta tulang atau duri yang tidak banyak, membuat Bobara sangat mantap dinikmati. Aroma gurih pun dapat tercium dan menambah selera untuk segera menyantapnya. Sebagai pelengkap, cabai segar yang ditumbuk dengan tomat dan air jeruk nipis sangat cocok menemani sang ikan Bobara bakar. Nikmati dengan nasi putih yang masih panas dan lalapan segar. Satu porsi lengkap seperti ini bernilai seharga 45 hingga 60 ribu rupiah tergantung jenis dan besar ikan yang dipesan. Sempurna. Ikan Bobara bakar sangat tepat disajikan di segala waktu, baik untuk santapan siang hari ataupun jamuan makan malam.
Selain dibakar, Ikan Bobara juga dapat dinikmati dengan bumbu kuning atau rica-rica. Semua tergantung selera penikmatnya. Begitu banyak variasi makanan yang berbahan dasar Ikan Bobara seperti halnya jumlah ikan ini di pasaran. Ikan Bobara dijual dan dikenal hampir di seluruh wilayah Papua, terutama daerah pesisir yang memiliki penduduk bermata pencaharian nelayan. Ikan ini begitu banyak di perairan sehingga cukup mudah pula untuk membelinya di pasar-pasar ikan. Selain itu, ikan ini tidak kalah populer dengan ikan-ikan lain seperti Kakap, Cakalang, maupun kerapu. Ikan Bobara adalah sebuah kenikmatan di surga kuliner yang dimiliki Papua.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja