Ikan adat Batak yang biasa disebut Ihan (Neolissochilus thienemanni), adalah ikan endemik Sumatera Utara. Biasa ditemukan di Danau Toba atau sekitar sungai-sungai Sumatera Utara. Habitatnya di air dingin, jernih, dan cukup mengalir deras.
Ihan konon menurut leluhur saya (Bapak dan Opung-Opung) adalah makanan para raja dan sesembahan (upa-upa) kepada Tuhan yang diberikan oleh Hula-hula (pihak pemberi istri) kepada Boru (pihak penerima istri). Dalam prosesi adat perkawinan, pemberian ini sebagai balasan pemberian makanan oleh Boru. Tujuannya agar si penerima mendapat berkat dari Tuhan berupa kesehatan dan panjang umur, mendapat banyak keturunan, dan mudah rezekinya.
Pada perkembangannya saat ini, keberadaan Ihan sebagai ikan yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat Batak sudah digantikan oleh ikan dari genus Tor (deke jurung-jurung) bahkan saat ini ikan mas lah yang dijadikan upa-upa atau syukuran pada acara adat Batak.
Sewaktu Bapak saya masih kecil, menurut beliau di tahun 1960-an sampai dengan tahun 1980, Ihan masih dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional, terutama di Kota Balige. Namun saat ini sangat sulit menjumpai Ihan tersebut yang kian langka dan terancam punah. Kalaupun ada, sangat jarang dan ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan era sebelumnya.
Selain karena penangkapan yang berlebihan karena kebutuhuan untuk upacara adat yang meningkat terus, Ihan juga terancam punah karena para nelayan masa kini melakukan penangkapan yang tidak benar, seperti melakuakan penyetruman dengan listrik dan melakukan perburuan hingga ke lubuk pemijahannya. Karena semakin langka dan sulit didapat, kalaupun ada, harganya melambung tinggi. Karenanya saat ini ikan mas lah yang menjadi primadona tata laksana adat istiadat Batak.
Menurut Bapak dan Opung, apapun ikannya, acara adat harus tetap terlaksana. Yang penting di sini adalah bumbunya, yaitu bumbu arsik. Pergeseran ini sudah diakui dan diterima baik oleh kalangan suku Batak di Indonesia.
#OSKMITB2018
Narasumber: Ayah
Sumber gambar: http://cdn.rimanews.com/bank/Foto-layar_060914_110741_AM.jpg
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang