Di Semarang dan Jawa Tengah berkembang mitos adanya hantu dengan sebutan Wewe Gombel. Di daerah lain dikenal dengan nama Kolong Wewe. Menilik namanya, Wewe Gombel adalah hantu "pribumi" Semarang.
Kita mulai pencarian sejarah lahirnya mitologi itu dengan mengunjungi sebuah bukit di Semarang bernama Gombel. Kawasan ini sangat dikenal. Jika kita menuju Semarang atas dari kota bawah, dipastikan kita melewati Jalan Setiabudi atau Gombel Baru dari arah Pasar Jatingaleh dan dari Jalan Setiabudi, menuju Jatingaleh melintasi Jalan Gombel Lama.
Jalan itu sesungguhnya adalah lereng bukit bernama Gombel. Di puncak bukit itu, berdiri sebuah bangunan besar yang sekarang kosong. Bangunan itu adalah bekas Hotel Sky Garden. Begitu rimbunnya pepohonan, bangunan itu tak bisa dilihat. Untuk menuju ke bangunan itu, kita bisa melewati sebuah gapura berbentuk Candi. Hingga menemukan palang besi sebagai akses masuk.
Saat ini bangunan dua lantai itu terkesan kurang terawat. Selain karena berukuran besar, penghuninya juga hanya penjaga. Adalah Kiswanto (51), salah satu penghuni bekas hotel yang tinggal di salah satu ruangan bekas hotel itu.
Hotel Sky Garden dibangun pada 1970-an dan sempat jaya pada era 1980-an kemudian ditutup pada akhir 1982 karena terjadi sengketa antara pemilik dengan bank.
”Luas lahan sekitar 12 hektare. Hotel ini memiliki 24 kamar, bar, meeting room, kolam renang, tempat parkir dan 20-an kamar yang berdiri terpisah di dekat kolam renang," kata Kiswanto.
Setelah ditutup, bekas hotel itu dijaga dan menjadi tempat tinggal keluarga Rohadi, salah satu satpam hotel sejak belum dibangun. Rohadi meninggal di tempat itu pada 2013. Istri dan anaknya, hingga kini masih tetap tinggal di salah satu kamar di lantai dua.
Secara kasat mata, bangunan itu sudah rusak dan menimbulkan kesan angker. Mereka yang tinggal di tempat itu, rata-rata memiliki ikatan sejarah, yakni sebagai bekas karyawan. Mereka patungan untuk membayar listrik dan lain-lain.
Tempat ini merupakan hotel yang mengusung konsep sebagai hotel taman. Hingga kini masih terasa sisa-sisa suasananya. Misalnya dari teras kamar, pemandangan langsung tertuju ke Kota Semarang bawah.
Tanaman penisium yang dulu hanya diletakkan dalam sebuah pot pun kini sudah menjadi besar. Pohon munggur di depan pintu gerbang pun ukurannya juga cukup besar.
”Dulu kalau ada pejabat yang datang menginap, datangnya naik helikopter. Di bagian rooftop ada helipad-nya. Tapi sekarang ya kondisinya seperti ini. Kami bersama penghuni lain hanya menjaga dan membersihkan mana yang terlihat kotor melalui kerja bakti,” kata Sigit, penghuni lainnya.
Tapi benarkah tempat ini menjadi markas hantu legendaris bernama Wewe Gombel? Dalam "666 Misteri Paling Heboh: Indonesia & Dunia" yang ditulis Tim Pustaka Horor diceritakan bahwa Wewe Gombel atau di tempat lain disebut Kolong Wewe, merupakan jelmaan seorang wanita yang rohnya gentayangan. Itu disebabkan karena ia mati bunuh diri di sebuah pohon, di kawasan Bukit Gombel.
Sebelum bunuh diri, perempuan itu memergoki suaminya sedang meniduri perempuan lain. Karena marah, sang suami itupun dibunuh. Warga Gombel mengetahui hal itu, maka wanita itu dikejar-kejar agar bertanggung jawab. Tak kuasa bertahan dan menjaga harga dirinya sebagai istri, perempuan itupun akhirnya bunuh diri.
Sementara itu penyebab selingkuhnya sang suami, karena perempuan itu tak mampu memberikan keturunan. Selain ditinggal selingkuh, perempuan itu juga diasingkan sampai menjadi gila. Ia menjadi olok-olok warga juga.
Mitos yang hidup di masyarakat, perwujudan Wewe Gombel adalah perempuan yang bisa berubah wujud menjadi siapa saja, dengan ukuran payudara yang luar biasa besarnya. Ia jahil karena sering menculik anak-anak kecil dan menyembunyikannya.
"Biasanya sebelum menculik, ia akan menakut-nakuti orang tuanya dulu. Wewe Gombel itu menculik anak-anak karena membela mereka, kalau orang tuanya sudah menyesal, Wewe Gombel akan menunjukkan tempat disembunyikannya," kata Suryono, warga Tandang.
Namun jika si anak yang diculik akan diberi makan kotoran manusia. Kotoran itu diubah menjadi terlihat seperti makanan lezat yang paling ia sukai. Tujuannya memberikan kotoran manusia tersebut adalah membuat anak menjadi bisu agar tidak bisa menceritakan apa yang telah ia alami ataupun bentuk dari wewe gombel yang menyeramkan tersebut.
Sosok Wewe Gombel diabadikan menjadi salah satu motif Batik Semarang oleh Sanggar Batik Semarang 16, dan mendapat hak paten. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)
Cerita hantu wewe gombel ini juga sering digunakan oleh orangtua untuk menakut-nakuti anak agar tidak keluyuran keluar rumah sendirian. Untuk dapat menemukan anak yang diculik Wewe Gombel, keluarga harus berkeliling dan membunyikan bunyi-bunyian dari peralatan dapur.
Bunyi itu sebagai musik mengiringi nyanyian dengan syair statis namun ritmis "blek-blek ting, blek-blek ting (menyebut nama anak yang hilang) metuo". Nyanyian itu menjadi sebuah mantera mengelilingi kampung. Nantinya sang anak akan muncul dengan sendirinya.
Lalu benarkah Gombel ini sebagai markas sang hantu legendaris? Tak ada satupun yang bisa menjelaskan, termasuk para penghuni bangunan kuno bekas hotel itu. Tak satupun yang bersedia menceritakan pengalaman mistisnya menjadi penjaga "markas Wewe Gombel".
Yang jelas mitos Wewe Gombel itu persebarannya sangat luas. Bukan hanya ngetop di Semarang, namun juga sampai wilayah Wonogiri, Sragen, Klaten, Yogyakarta, Purworejo, dan beberapa kota lain di Jawa Tengah. Wewe Gombel adalah salah satu hantu seleb yang popularitasnya tak lekang oleh jaman, termasuk oleh teknologi.
Sumber: https://www.liputan6.com/regional/read/2869163/melacak-jejak-mitos-hantu-wewe-gombel
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...