Grubi merupakan camilan khas masyarakat Karanganyar, Surakarta dan sekitarnya yang terbuat dari ubi dan gula Jawa. Di sejumlah daerah, grubi dikenal dengan nama lain, yaitu Walangan dan Carang Mas. Ubi yang digunakan untuk bahan olahan grubi biasanya dikupas tipis tipis dan direndam dalam air garam agar ubi tidak berwarna hitam, sekaligus menambah cita rasa sedikit asin. Ubi tersebut kemudian digoreng dalam minyak panas hingga kering dan berwarna coklat keemasan. Ubi yang telah digoreng kemudian dibaluri cairan gula merah yang telah dipanaskan menggunakan wajan. Gula merah yang dipanaskan harus larut dan tidak menggumpal. Gula merah tersebut kemudian dicampur dengan gula pasir secukupnya hingga campuran tersebut mendidih dan membentuk banyak gelembung udara (sering disebut dnegan mata ulo). Ubi yang telah dicampur dengan gula merah dicetak dengan cetakan bulat dan didinginkan. Grubi yang telah dingin dikemas dalam wadah yang kedap udara. Proses pembuatan Grubi tidaklah mudah. Walaupun bahan bahan Grubi mudah diperoleh dan memiliki harga yang terjangkau, proses pembuatannya memerlukan keahlian terutama pada saat meniriskan ubi, membuat larutan gula dan mencetak campuran ubi dan larutan gula. Perbandingan antara larutan gula merah dan gula pasir juga harus diperhatikan, agar Grubi memiliki cita rasa yang lezat namun tidak mudah pecah.
sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/wbtb/?newdetail&detailCatat=6690
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang