Jariang atau jengkol sudah banyak dikenal. Hampir di sejumlah daerah mengolah jariang dengan berbagai menu makanan sebagai lauk. Begitu pula di Provinsi Sumatera Barat. Jariang biasa dimasak dengan berbagai resep khas Minang, seperti randang jariang, kalio jariang, goreng jariang batokok dan banyak lagi.
Berbicara masakan jariang ini, sebenarnya tidaklah terlalu rumit, baik untuk dirandang maupun untuk digoreng. Pada intinya memasak jariang hanya perlu memperhatikan kondisi jariangnya. Karena, tidak semua jariang memiliki rasa yang lezat.
Jariang yang dimasak ada dua jenis, yakni jariang yang masih muda dan jariang yang sudah tua. Kedua jenis jariang ini memiliki komposisi yang berbeda untuk dimasak. Namun, yang paling banyak dimasak itu ialah jariang yang sudah tua. Ini karena jariang yang sudah tua dinilai memiliki rasa yang lebih lezat, ketimbang jariang yang masih muda. Begitu juga di Ranah Minang, kebanyakan jariang tualah yang dimasak.
Tetapi, untuk memasak jariang yang tua itu, tidak bisa langsung dimasukkan ke dalam kuali, tapi harus direbus terlebih dahulu karena jariang tua agak lebih keras. Jadi, untuk membuat tekstur jariang lembut, harus direbus hingga kulit-kulitnya terlepas dari jariangnya. Untuk membuat sambal goreng jariang batokok itu, jariang juga harus direbus, lalu ditokok menggunakan batu lado.
Jika jariang telah direbus dan ditokok, langkah selanjutnya adalah menggoreng jariang yang telah ditokok tersebut. Untuk menggoreng jariang yang telah direbus dan ditokok ini, tidak harus memakan waktu yang lama, karena mengingat jariang itu sebelumnya telah direbus dengan kondisi yang sudah matang.
Hal utama yang harus dilakukan ialah menggoreng jariangnya terlebih dahulu. Barulah dipersiapkan bumbu-bumbu dan cabe merahnya sebagai sambalnya. Soal bumbu dengan cabe merah itu, sama dengan membuat sambal goreng yang lainnya
Selanjutnya, jika jariang telah selesai digoreng dan sambal pun telah masak dengan rasa khas pedasnya selera Minang, jariang dan sambal pun dimasukkan ke dalam kuali untuk diaduk, agar jariang yang ditokok itu merata digelemuri sambal yang telah dimasak tersebut.
Bila sambalnya sudah tersaji, maka rasa akan semakin pas jika dimakan dengan nasi putih dengan suhu panas yang sedang, dan turut disediakan segelas air hangat. Bagi Anda, yang penasaran ataupun sulit membayangkan rasa goreng jariang batokok ini, bisa datang ke Padang, yang khusus menjual masakan tradisional atau masakan rumahan.
Sumber: https://www.cendananews.com/2017/10/goreng-jariang-batokok-menu-jengkol-khas-padang.html
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.