×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Alat Musik

Elemen Budaya

Alat Musik

Provinsi

Sulawesi Barat

Gongga Lima

Tanggal 19 Jan 2018 oleh Fennec_fox .

Gongga lima adalah sebuah alat atau benda yang didalamnya terdapat dua kata, dan ketika dipisahkan mempunyai pengertian yang berbeda yakni Gongga dan lima. Gongga diartikan sebagai alat itu sendiri sedangkan lima dalam bahasa Mandar adalah Tangan, jika dilihat dari pembagiannya, sangat memperjelas identitas serta eksistensinya yang menjelaskan bahwa  ke duanya membutuhkan satu sama lain.  Gongga lima adalah sebuah alat musik yang termasuk klasifikasi idiopon, idiopon dalam buku Solihing mengatakan sumber bunyinya berasal dari alat itu sendiri (Solihing ibid Hal: 99) ada persamaan dari pemaparan Yayat, mengatakan bahwa idiopon adalah bunyi alat yang menghantar getaran tabuh inti instrument itu sendiri (Yayat Nusantara, seni SMA jilid 1 2003, Hal: 35 ).

Jenis Gongga lima terdapat diwilayah balanipa hampir sama dengan alat musik parappasa dari Gowa Sulawesi Selatan, perbedaan Parappasa dengan Gongga lima dapat dilihat dari penampilan alat itu, dalam pembuatannya bambu dibelah-belah kecil yang ukuran bilahannya hampir sama besar dengan pensil sehingga dalam penampilannya menyerupai sapu lidi, cara memainkannya pun tidak sama dengan Gongga lawe, sebab ketika dimainkan alat ini dibenturkan kebenda lain untuk mendapatkan bunyi.

Dahulu di Mandar sampai sekarang masih dijumpai pekerjaan masyarakat yang pekerjaannya adalah sebagai petani Areng istilah Mandarnya adalah “Passari atau Tosumari”  tempat yang digunakan  untuk mengambil areng disebut “Kokok atau Sue”  (bambu yang panjangnya 1 sampai 1,25 cm, dahulu masyarakat Mandar juga menggunakan alat ini sebagai tempat mengambil air sekarang jergen atau buah bila, menurut Kadatira atau biasa disapa A’bana Fatima mengatakan bahwa pengambil air yang rata-rata pengambilnya adalah seorang gadis selalu diikuti oleh para pemuda saat itu dan ditempat pengambilan air (sumur-sumur kecil) kira-kira pukul 17.00 WITA atau saat terbenamnya matahari,  terkadang pertunjukan Gongga lima berlangsung sebagai media menyampaikan perasaaan seakan memperlihatkan keterampilan mereka, peristiwa itu terjadi sekitar Abad ke 16 atau masa pemerintahan I Manyambungi (raja Mandar yang pertama), dari sumber itu para pemuda membuat alat atau media sebagai bentuk cintannya terhadap sang gadis tersebut. Sehingga menurut beliau Gongga lima hasil dari peristiwa itu, dalam  pembuatanya tidak ada tiruan dari manapun kalaupun  ada persamaan dari daerah lain maka itu secara  kebetulan saja seperti misalnya: Jarumbing, jika dilihat dari bentuk instrumennya maka kita akan melihat persis dengan Gongga lima, dalam sejarahnya ada syair diciptakan pasca peristiwa itu yang diberi judul “ Indo Caawewe” dalam perkembangannya  Gongga lima beralih fungsi hanya sekedar digunakan  sebagai pemuas batin ketika sedang melaksanakan aktivitas menunggu tanaman  dikala senggang. sekarang terkadang alat ini disajikan sebagai penambah bunyi eveck pada sebuah pementasan, baik itu pementasan musik, tari, maupun teater.

Bentuk Penyajian

Dahulu petunjukan Gongga lima diadakan berdasarkan konteks/lomba tetapi tidak direncanakan karena setiap pertunjukannya diadakan secara tiba-tiba dan atas dasar kesepakatan pemain, Kadatira mengatakan jika matahari terbenam malampun tiba menyelimuti suasana kampung saat itu, satu persatu para pemuda berdatangan serta ditangan mereka tidak terlupakan Gongga lima sambil memainkannya, hampir setiap malam terjadi peristiwa itu, jika para pemuda sudah berkumpul maka lomba diadakan pertunjukanpun berlangsung, tidak ada juri/penilai khusus, setiap pemain bertanggung jawab pada apa yang mereka lakukan, tidak ada panggung karena dimana ada pemain disitu ada pertunjukan, atau ditempat-tempat nongkrong, mereka harus sepakat untuk menentukan siapa pemenangnya, hadiah tidak jadi masalah karena pertunjukan hanya bertujuan sebagai pemuas batin dan teman suasana sunyi diperkampungan, kategori pemenang berdasarkan pada kemerduan bunyi gongga dan cara bermain, penilaiannya pun dilakukan melalui jarak jauh dan bukan jarak dekat, bentuk penilaian ini ada hubunngnnya jika telinga ditutup, jadi hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat balanipa  sudah memahami tentang bagaimana bentuk mendengarkan bunyi yang merdu (berkualitas) mereka yang kalah harus mengakui kekalahannya/sportifitas masih dijunjung tinggi saat itu dan yang menang terkadang beruntung sebab Gongga lima terbaik  biasanya ada yang ingin  menukar dengan pohon kelapa,  jadi dalam permainannya tidak pernah ditemukan sara/masalah antar warga tetapi sangat disayangkan, pertunjukan semacam itu sudah tidak ditemukan hingga sekarang disebakan pemain jarang ditemukan, pertunjukan Gongga lima  hanya sekedar penambah bunyi eveck garapan musik yang terkadang dilakukan karena pelestarian budaya.  Tidak ada jenis Gongga lima yang mendasar sebab, dalam penampilannya gongga yang terbuat dari dulu hingga sekarang tidak pernah ditemukan perubahan baik itu secara betuk maupun bunyi, kendati demikian yang perlu diperhatikan pada saat pembuatannya karena harus memilih bahan paten sehingga dapat menghasilkan bunyi yang merdu  dan tidak mudah rusak.

Source: http://www.kompadansamandar.or.id/seni/seni-musik/407-mengenal-gongga-lima-alat-musik-tradisional-mandar.html

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...