×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Seni Pertunjukan

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

DI Jogjakarta

Asal Daerah

Daerah Istimewa Yogyakarta

Golek Lambangsari Yogyakarta

Tanggal 29 Dec 2018 oleh Sri sumarni.

Golek Lambangsari merupakan ciptaan KRT. Purbaningrat (1865–1949), adalah empu tari dan karawitan. Usianya cukup panjang, 85 tahun, sehingga pernah mengalami tiga kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono. Hidupnya diabadikan sepenuhnya untuk kesenian dan keraton. Sejak masa Sultan Hamengkubuwono VII – menurut buku ”Mengenal tari klasik gaya Yogyakarta” (1981) – KRT.

Purbaningrat sudah aktif di Keraton Yogyakarta. Bahkan, ketika itu sudah berpangkat Bupati Anom Wedana Ageng Punakawan dengan kewajiban utama sebagai pimpinan tari, seni tembang, dan seni karawitan di Keraton Yogyakarta. KRT Purbaningrat seorang penari handal, bahkan pada masa Hamengkubuwono VII sudah memegang peran Prabu Sri Suwelo dan Prabu Bethara Kresna dalam wayang wong. Selain menari dan menabuh gamelan, KRT. Purbaningrat juga seorang pencipta tari Dang ending karawitan. Ia juga mengolah karya-karya tari yang ditawarkan creator lain, khususnya dari kalangan internal. Tari yang ditanganinya, antara lain bedaya Kuwung-kuwung, bedaya Sapta, bedaya Sangaskara (bedaya Pengenten); termasuk, golek Putri dengan iringan Gending Lambarsari.

Golek Lambangsari menduduki posisi penting di antara golek–golek yang lain, dengan beberapa alasan sebagai berikut:

  1. Diciptakan oleh KRT. Purbaningrat, seorang empu seni yang memiliki kedudukan tinggi di Keraton Yogyakarta, karena diangkat sebagai pemimpin urusan seni tari, karawitan, dan tembang. Padahal, pada waktu itu golek belum sepenuhnya menjadi bagian khazanah tarian istana sebagaimana tradisi panjang bedaya dan srimpi.
  2. Golek Lamangsari lahir dan mengalir bersama golek-golek lainnya yang lahir pada masa Sultan Hamengkubuwono VII (1877–1921), yang diproses di luar tembok istana oleh para kreator seni tari dan karawitan. Para creator itu umumnya para pangeran dan bangsawan yang juga mempunyai tugas keaktifan di dalam keraton. Kebanyakan proses kelahiran tarian golek berlangsung di lingkungan kediaman pangeran. Golek menjadi karya penting karena terkait strategi penanaman falsafah geding atau filosofi wirama. Golek Lambangsari di antaranya memanggul amanat arti penting wirama dalam kehidupan.

Proses Pertunjukan golek Lambangsari dimulai dengan seorang penari golek yang mengenakan busana mirip bedaya, mulai bersiap di ujung lantai pendapa, lagon wetah. Penari masuk, langsung berjalan kapang-kapang menyusur menuju gawang pinggir untuk kemudian duduk dan sembahan. Gending berhenti, diteruskan gending lain sehingga penari mulai berdiri kembali, menari perlahan dari gawang kiri menuju gawang tengah. Gending Lambangsari merupakan sebuah iringan bedaya dan golek, sehingga namanya bisa disebut dengan “Bedaya Lambangsari” atau “Golek Lambangsari”.

Golek Lambangsari secara simbolik merupakan tari yang memiliki makna untuk mengungkapkan kedewasaan seorang putri yang telah menginjak dewasa. Dipilihnya gending pengiring Lambangsari memiliki makna bahwa inti kehidupan manusia, yang telah menginjak masa kematangan, baik secara emosional, psikologi dan/atau biologis. Perpaduan kematangan ini yang diyakini menjadi inti kehidupan manusia.

Kedudukan golek Lambangsari menjadi terasa penting karena fungsinya sebagai penyambung komunikasi budaya antara Dalem Kepangeran, masyarakat karawitan, dan otoritas pejabat keraton, dalam berlomba-lomba untuk menjalankan kebaikan, yaitu menciptakan tari golek yang diperuntukan bagi remaja putri. Satu karya golek Lambangsari telah menjadi alasan kuat bagi para kreasi, untuk meneruskan kerja kreatifnya menyusun karya tari alternatif dalam khazanah tari klasik Yogyakarta. Selain sebagai simbol perimbangan – tanpa bermaksud menyamai, atau bahkan melampaui karya budaya mapan sebelumnya – golek lahir untuk menjadi salah satu alat intensifikasi dialog antar-budaya dan lintas budaya.

Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018

 

 

DISKUSI


TERBARU


Pertunjukan Man...

Oleh Bukantokohpublik24 | 15 Sep 2024.
Seni Budaya

Debus merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Provinsi Banten. Pada awalnya, debus berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan aj...

Budaya Begalan...

Oleh Aniasalsabila | 12 Sep 2024.
Budaya Begalan

Budaya Begalan merupakan salah satu tradisi adat yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat di wilayah Banyumas, termasuk di Kabupaten Cilaca...

Seni Pertunjuka...

Oleh Radhityamahdy | 02 Sep 2024.
budaya

Seni pertunjukan wayang kulit merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang kaya akan nilai budaya dan artistik. Berakar dari kebudayaan Jawa,...

Ting-Ting Tempe

Oleh Deni Andrian | 29 Aug 2024.
Camilan

Bahan-bahan : 250 gram Tempe 150 gram gula pasir 1 sdt margarin 1 sdt sprinkles untuk topping (optional) Cara Membuat: Potong2 tempe dgn ukur...

Bebantan laman

Oleh . | 24 Aug 2024.
Ritual adat

Bebantan Laman adalah upacara memberi sesajian untuk pelindung kampung yaitu Tuhan Sang Hyang Duwata beserta para manifestasinya. Upacara Bebantan da...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...