×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Permainan Tradisional

Elemen Budaya

Permainan Tradisional

Provinsi

DI Jogjakarta

Gatheng

Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16818041_Felicia .

Gatheng atau permainan Gathengan merupakan permainan tradisional asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Cara bermain Gatheng mirip dengan cara bermain bola bekel atau bekelan, namun permainan Gatheng tidak menggunakan bola. Gatheng menggunakan batu sebagai alatnya. Batu tersebut dinamakan watu gatheng yang berarti batu gatheng. Ukuran watu gatheng tidak terlalu besar, kira-kira sekitar 1 cm, seukuran dengan batu kerikil.

Gatheng sudah ada sejak lama, kira-kira pada zaman Mataram (abad XVII). Putra raja Mataram pada saat itu, Raden Rangga, memiliki alat bermain watu gatheng yang berukuran lebih besar dari watu gatheng biasa. Besarnya batu tersebut membuktikan betapa saktinya Raden Rangga. Watu gatheng yang diyakini milik Raden Rangga tersebut, sekarang masih tersimpan di Kotagede, Yogyakarta.

Gatheng dapat dimainkan secara perorangan maupun dalam kelompok kecil (3 – 4 orang). Kebanyakan yang bermain Gatheng adalah anak-anak perempuan. Namun seiring perkembangan zaman, Gatheng telah menjadi permainan umum, dimainkan oleh anak-anak perempuan ataupun laki-laki. Gatheng dapat dimainkan dimana saja dan tidak memerlukan tempat yang luas, asalkan tempat tersebut memiliki permukaan yang rata.

Cara bermain:

Permainan Gathengan memerlukan 5 buah batu kerikil. Anak-anak yang akan bermain Gatheng akan duduk melingkar dan menentukan urutan bermain dengan hompimpah. Terdapat beberapa tahapan dalam permainan Gathengan. Setiap pemain harus menyelesaikan tahapan-tahapan tersebut untuk menang. Tahapan tersebut antara lain:

  1. 5 kerikil disebar di lantai. Kemudian pemain mengambil satu kerikil. Kerikil tersebut dilempar ke atas. Selama kerikil pertama masih berada di udara, pemain harus mengambil satu kerikil yang bertebaran tanpa menyentuh 3 kerikil lainnya. Jika kerikil yang dilempar bisa tertangkap, maka selanjutnya kerikil kedua dilempar ke udara untuk mengambil kerikil ketiga. Begitu seterusnya sampai semua kerikil dapat diambil. Apabila kerikil tidak tertangkap atau jatuh, maka pemain dianggap mati. Setelah semua kerikil terambil, kemudian terikil tersebut disebar lagi di lantai.
  2. Tahapan ini hampir sama dengan tahapan pertama. Bedanya pada tahapan ini, ketika satu kerikil dilempar, pemain harus bisa mengambil dua buah kerikil sekaligus lalu mengambil kerikil yang dilempar. Kemudian satu buah kerikil dilempar lagi untuk mengambil dua buah kerikil yang tersisa. Setelah itu kerikil disebar.
  3. Tahapan ini pun hampir sama dengan kedua tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini, ketika satu kerikil dilempar, pemain harus bisa mengambil tiga buah kerikil sekaligus. Kemudian pemain melempar satu kerikil lagi untuk mengambil satu buah kerikil yang tersisa. Setelah itu kerikil disebar.
  4. Pada tahapan ini, ketika satu kerikil dilempar, pemain harus mengambil empat buah kerikil sekaligus.
  5. Pemain memegang kelima kerikil, lalu sebuah kerikil dilempar. Saat kerikil yang dilempar berada di udara, keempat kerikil lainnya dijatuhkan ke lantai, kemudian menangkap kerikil yang dilempar tadi.
  6. Jika telah menyelesaikan tahapan-tahapan di atas, maka disebut Sawah satu. Pemenang ditentukan berdasarkan banyaknya sawah.

Penulis : Felicia Amara

Sumber : Narasumber langsung, Mbah Kasijono, Mbah Sih Hadiyati, dan pengalaman langsung

Sumber lain: http://www.anakbawangsolo.org/2015/09/gatheng-janteng.html oleh Anak Bawang

 

#OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...