×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Olahraga

Provinsi

Sumatera Utara

Fahombo #DaftarSB19

Tanggal 12 Feb 2019 oleh Nabilah .

Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah lahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisat tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm. Batu yang harus dilompati adalah seperti sebuah monumen berbentuk piramida tapi dengan permukaan bagian atasnya lebih datar. Bebatuan tersebutpun berasal dari alam, yang kemudian dibentuk persegi dengan ukuran 60x90 cm. Beberapa langkah dari tumpukan batu, ada sebuah batu yang lebih besar yang berfungsi sebagai tumpuan lompatan. Biasanya ritual lompat batu ini juga diikuti dengan iringan tari 'faluya' yaitu sebuah tarian perang khas suku nias.

Sejarah Lompot Batu (Fahombo) Pada zaman dulu, ada kebiasaan perang suku antar masyarakat Nias. Saat itu biasanya masing - masing kubu membuat benteng tinggi untuk melindungi wilayahnya. Dibutuhkan keahlian untuk melewati benteng tersebut agar bisa menembus kubu musuh. Sejak itulah para pemuda Nias berlatih untuk melompat tinggi. Pada zaman dahulu, para pemuda ini disiapkan untuk menjadi prajurit perang dan boleh menikah. Lebih jauh, Fahombo adalah simbol harga diri lelaki Suku Nias. Hal ini berubah menjadi tradisi turun menurun dan masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi lompat batu merupakan salah satu ciri khas dari Nias.

Proses Pendewasaan Anak Laki - Laki Seorang anak laki - laki atau pemuda di Nias baru bisa dianggap dewasa apabila sudah berhasil melompati batu yang tingginya bisa lebih dari 2 meter dan lebarnya kurang lebih 90 sentimeter tersebut. Anak laki - laki di Nias sudah dilatih sejak kecil agar siap melaksanakan lompat batu. Ketika ritual fahombo dilaksanakan, pemuda Nias akan mengenakan pakaian adat pejuang Nias. Pakaian ini bermakna bahwa para pemuda tersebut sudah siap untuk menjadi laki - laki dewasa dan menghadapi segala tanggungjawab yang akan diembannya.

Tidak boleh menyentuh batu ketika melompat Selain melompati batu, ada juga ketentuan lain dalam tradisi ini. Para pemuda Nias tidak diperbolehkan menyentuh batu ketika sedang melompati batu itu. Sebab, jika kulit menyentuh batu, mereka dianggap belum berhasil. Dan jika sudah meloncat tinggi, tentu seorang juga harus memiliki teknik untuk mendarat dengan tepat. Jika salah mendarat, tubuh bisa cidera.

Tradisi yang serius Tradisi fahombo dijalankan dengan sangat serius oleh suku Nias, terlebih di masa lalu. Dulu, di atas batu akan ditambahkan rintangan seperti bambu runcing atau paku. Jika seorang pemuda berhasil melewatinya, tak jarang keluarga besar akan merayakannya, sebab melompati batu ini memang membutuhkan usaha yang sangat keras dan latihan yang lama.

Sampai saat ini, kita masih dapat menyaksikan tradisi Fahombo atau lompat batu Nias ini di Desa Baweu Mate Luwo. Sebuah desa kecil di dataran tinggi di daerah Nias Selatan.
Baweu Mate Luwo sendiri artinya Bukit Matahari. Di desa ini masih terasa kental kehidupan tradisional asli suku Nias. Rumah - rumahnya pun masih merupakan bangunan khas Nias yang mereka kenal dengan sebutan 'Omo Hada'. Rumah beratap rumbia dan konstruksi dengan kayu hutan asli ini tampak berjejer di sepanjang desa ini dengan ukuran yang sama.

Ditengah - tengah kampung ini terdapat pula sebuah rumah yang tampak lebih besar yang menjadi tempat tinggal raja kampung tersebut. Masyarakat Suku Nias setempat menyebutnya dengan 'Omo Sebua'. Konon katanya, rumah ini dahulu didesain khusus untuk anti gempa dengan pondasi dari batang pohon besar yang dibuat saling bersilangan. Masyarakat penduduk nias di desa Baweu Mate Luwo pun sangat ramah terhadap para pendatang. Ini terlihat bagaimana para turis atau wisatawan asing maupun domestik semakin banyak yang datang mengunjungi tempat ini. Selain pemandangan alam pantai yang sangat indah, tentunya ingin menyaksikan atraksi Fahambo atau Lompat Batu Nias yang unik dan langka itu.

DISKUSI


TERBARU


ANALISIS FENOME...

Oleh Keishashanie | 21 Apr 2024.
Keagamaan

Agama Hindu Kaharingan yang muncul di kalangan suku Dayak sejak tahun 1980. Agama ini merupakan perpaduan antara agama Hindu dan kepercayaan lokal su...

Kue Pilin atau...

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
Kue Tradisional

Kue pilin atau disebut juga kue bapilin ini adalah kue kering khas Sumatera Barat.Seperti namanya kue tradisional ini berbentuk pilinan atau tamb...

Bika Panggang

Oleh Upikgadangdirantau | 20 Apr 2024.
kue tradisional

Bika Panggang atau bisa juga disebut Bika bakar merupakan salah satu kue tradisional daerah Sumatera Barat. Kue Bika ini sangat berbeda dengan Bika...

Ketipung ngroto

Oleh Levyy_pembanteng | 19 Apr 2024.
Alat musik/panjak bantengan

Ketipung Ngroto*** Adalah alat musik seperti kendang namun dimainkan oleh dua orang.Dalam satu set ketipung ngroto terdapat 2 ketipung lanang dan we...

Rek Ayo Rek

Oleh Annisatyas | 19 Apr 2024.
Seni

Lagu Rek Ayo Rek adalah salah satu lagu asli Surabaya. Lagu ini diciptakan dengan bahasa khas "Suroboyo-an" oleh Is Haryanto. Rek Ayo Rek j...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...