Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Jawa Tengah Solo
Engklek
- 17 Agustus 2018

Permainan Tradisional Engklek

 

Engklek adalah permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak yang berumur 6 - 12 tahun. Di beberapa daerah lain disebut juga permainan taplak (taplak gunung, taplak meja), teklek, ingkling, sundamanda, sundah mandah dll. Permainan ini dapat dimainkan dengan beberapa anak. Biasanya mencapai 5 anak dengan menunggu giliran masing – masing. Tempat bermain biasanya di halaman rumah yang membutuhkan lahan yang luas. Engklek biasa dimainkan pada waktu pagi sampai sore hari.

Permainan engklek sangat baik untuk pertumbuhan anak. Anak menjadi sehat karena dalam bermain harus selalu aktif bergerak. Juga dapat mengasah kejelian saat melempar batu dan belajar menjaga keseimbangan saat melompat. Sosialisasi dengan kawan saat bermain juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan keceriaan.

Langkah pertama, pemain membuat gambar kotak-kotak menyerupai robot, kira-kira setiap sisinya 30cm. Pemain biasanya menggambarnya di halaman dengan bata, kapur atau goresan langsung ke tanah. Pemain bisa mengkreasikan sendiri gambar apa yang ingin mereka mainkan.

Langkah ke dua, Pemain membawa batu pipih atau pecahan genteng yang digunakan untuk melempar ke kotak permainan. Batu ini diberi nama gacuan.

Langkah ke tiga, Dimulai dengan memilih pemain mana yang akan bermain dahulu. Pemain bisa menentukan nya dengan hom pim pa atau batu kertas gunting



Langkah ke empat ,Pemain yang terpilih bermain dahulu, melempar gacu nya ke kotak awal. Bila gacu terlempar tepat di atas garis atau keluar jalur dari kotak pertama,maka pemain dinyatakan gagal. Dan digantikan dengan pemain ke dua. Namun jika pemain pertama berhasil melemparnya dengan tepat di dalam kotak, pemain harus mengambil ancang-ancang melompat dengan satu kaki. Dan kaki yang satu nya ditekuk ke belakang. Lompatan dilakukan dengan bertahap dari kotak awal ke kotak puncak secara urut dengan ketentuan tidak ada kotak yang terlewat untuk diinjak kecuali kotak yang didalam nya ada gacu pemain itu sendiri. 

Bila saat melompat kaki pemain menginjak garis atau gacu lawan, maka dinyatakan gagal. Setelah mencapai puncak,pemain kemudian berbalik melompat lagi bertahap ke bawah dengan tujuan mengambil gacunya sambil jongkok hingga lompatan terakhir selesai dilakukan. Setelah itu, pemain melemparkan kembali gacunya ke kotak selanjutnya dan memulai untuk melompat lagi. Begitu seterusnya. Pemain yang dinyatakan menang adalah pemain tercepat satu-satu nya yang gacunya telah dilempar ke semua kotak dari kotak awal ke kotak puncak dan kembali ke awal lagi.



Permainan ini biasanya dilanjutkan dengan melemparkan gacu ke arah atas menuju ke area kotak sambil membalik kan badan. Jika beruntung, gacu tersebut akan jatuh tepat di dalam kotak. Dan kotak tersebut akan menjadi milik si pemain. Kotak yang dimiliki itu biasanya disebut dengan rumah. Jika batu yang terlempar jatuh di atas garis atau terlempar jauh dari arena, maka pemain tersebut dinyatakan gagal. Selanjutnya, permainan ini akan memperebutkan berapa banyak rumah yang dimiliki masing-masing pemain. Pemain yang mempunyai banyak rumah lah yang menjadi pemenang.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline