Buah tangan atau oleh-oleh merupakan suatu hal yang tak dapat terlewatkan saat berpelancong mengunjungi suatu daerah. selain sebagai buah tangan untuk orang tercinta, kita juga dapat melihat potensi dan ke-khas-an suatu daerah dari produk oleh-oleh tersebut. karena itu, biasanya oleh-oleh merupakan barang unik dan kreativ, yang tak dapat dijumpai di daerah lain. sealain itu, kreasi oleh-oleh tentunya sangat bernilai untuk dijadikan barang niaga.
Di Pandeglang, banyak makanan khas yang bisa menjadi oleh-oleh saat Anda berkunjung atau berwisata ke sana, salah satunya Emping menes. Emping menes merupakan makanan tradisional olahan buah melinjo. Nama "emping menes" diambil dari "emping" atau kerupuk, dan "menes" yaitu nama Kecamatan Menes. Pandeglang merupakan salah satu sentra penghasil emping. Pohon melinjo banyak hampir di seluruh wilayah Pandeglang. Sedangkan Kecamatan Menes terkenal sebagai sentra pembuatan emping.
Emping menes berbeda dengan emping lainnya karena benar-benar hanya menggunakan Buah melinjo sebagai bahan dasarnya, tanpa campuran bahan lainnya. Melinjo matang hanya disangrai hingga bagian dalam matang. Lalu melinjo sangraian ini ditumbuk hingga bagian kulit keras melinjo terkelupas. Melinjo matang ditumbuk kembali hingga pipih berbentuk kerupuk. Besaran emping ini sesuai selera bisa terdiri dari beberapa biji melinjo matang tergantung besaran emping yang diinginkan. Emping-emping yang baru dibuat harus jemur terlebih dahulu agar kadar air dalam melinjo hilang. Emping yang dijemur kering juga membuat lebih tahan lama. Emping yang banyak dijual terdiri dari emping mentah dan emping matang sudah digoreng. Emping menes dipasarkan ke daerah-daerah lain, di antaranya ke Jakarta dan sekitarnya.
Rasa emping yang gurih, asin, dan sedikit pahit oleh khassnya melinjo yang memang memilikicita rasa pahit membuat nikmat emping ini. Eits, emping ini juga dapat ditambahkan dengan bumbu-bumbuan loh. Misalnya, bumbu balado, bumbu asin-gurih, bahkan gula merah. Selain sebagai cemilan, emping menes juga nikmat dinikmati bersama nasi, soto, sate, dan lain sebagainya. jadi, bagi kamu yang bosen sama kerupuk atau keripik yang itu-itu aja, boleh nih untuk mencoba emping menes yang lezat ini.
Ada hal yang unik mengenai emping menes ini loh. Penduduk setempat biasa menyebutnya sebagai keceprek. Keceprek sama saja merupakan olehan melinjo, namun tidak dibentuk pipih tapi lebih bulat sehingga terasa lebih keras jika sudah digoreng. Keceprek ini yang biasanya menjadi emping olahan dengan beragam rasa. Anda bisa memilih keceprek dengan beragam rasa, balado, atau rasa pedas lain yang disediakan.
#OSKMITB2018
Vila Van Resink adalah bangunan cagar budaya berbentuk vila yang terletak di Jalan Siaga, Kalurahan Hargobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilik awal vila ini adalah Gertrudes Johannes "Han" Resink, seorang anggota Stuw-groep , sebuah organisasi aktif pada Perang Dunia II yang memperjuangkan kemerdekaan dan pembentukan negara demokratis Hindia Belanda. Bangunan tersebut dibangun pada masa pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari station hill (tempat tetirah pada musim panas yang berada di pegunungan) untuk boschwezen dienst (pejabat kehutanan Belanda). Pada era Hamengkubuwana VII, kepengelolaan Kaliurang (dalam hal ini termasuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah tersebut) diserahkan kepada saudaranya yang bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi. Tanah tersebut lantas dimanfaatkan untuk perkebunan nila, tetapi kegiatan itu terhenti kemudian hari karena adanya reorganisasi pertanian dan ekonomi di Vors...
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Pakem Kertodadi adalah salah satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Kristen Jawa, yang terletak di Jalan Kaliurang km. 18,5, Padukuhan Kertadadi, Kalurahan Pakembinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula pertumbuhan jemaat gereja ini berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit Paru-Paru Pakem, cabang dari Rumah Sakit Petronela (Tulung), yang didirikan di wilayah Hargobinangun. Sebelum tahun 1945, kegiatan keagamaan umat Kristen diadakan secara sederhana dalam bentuk renungan atau kebaktian pagi yang berlangsung di klinik maupun apotek rumah sakit yang dikenal dengan nama "Loteng". Para perawat di rumah sakit tersebut juga melakukan pelayanan kesehatan ke dusun-dusun di sekitarnya, yaitu Tanen, Sidorejo, Purworejo, dan Banteng. Menurut Notula Rapat Gerejawi, jemaat gereja ini mengadakan penetapan majelis yang pertama kali pada 21 April 1945. Tanggal tersebut lantas disepakati sebagai hari jadi GKJ Pa...
Situs Cepet Pakem adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Cepet, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan temuan dua buah yoni dan sejumlah komponen arsitektur candi di sekitarnya, situs ini diduga merupakan reruntuhan sebuah candi Hindu dari masa klasik. Lokasinya kini berada di area permakaman umum Padukuhan Cepet, berdekatan dengan sebuah masjid. Benda cagar budaya (BCB) utama yang ditemukan di situs ini adalah dua buah yoni yang terbuat dari batu andesit. Kondisi keduanya telah rusak, sedangkan lingganya tidak ditemukan. Yoni pertama awalnya berada di pekarangan penduduk bernama Pujodiyono, tetapi sekarang dipindahkan di halaman makam. Yoni ini memiliki ukuran relatif besar dengan bentuk yang sederhana, yaitu lebar 134 sentimeter, tebal 115 sentimeter, dan tinggi 88 sentimeter. Bagian bawah cerat yoni tersebut tidak bermotif dan memberikan kesan bahwa pengerjaannya belum selesai. Sementara itu, terdap...
Situs Potro atau Pancuran Buto Potro adalah situs arkeologi yang terletak di Padukuhan Potro, Kalurahan Purwobinangun, Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs ini terdiri atas dua benda cagar budaya (BCB) utama yang seluruhnya terbuat dari batu andesit, yaitu jaladwara dan peripih. Jaladwara di situs ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Pancuran Buto, karena bentuknya menyerupai kepala raksasa (kala) dengan mulut terbuka, gigi bertaring, dan ukirannya menyerupai naga. Sementara itu, keberadaan peripih berukuran cukup besar di situs ini menimbulkan dugaan bahwa pernah berdiri sebuah bangunan keagamaan di sekitar lokasi, kemungkinan sebuah candi, meskipun bentuk dan coraknya tidak dapat dipastikan karena minimnya artefak yang tersisa.
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati