|
|
|
|
Dugderan Tanggal 30 Sep 2014 oleh Oase . |
Dugderan merupakan festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan yang diadakan di Kota Semarang. Perayaan ini dimulai sejak masa kolonial dan dipusatkan di daerah Simpang Lima. Perayaan dibuka oleh wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api (nama "dugderan" merupakan onomatope dari suara letusan). Pada perayaan ini beragam barang dijual (semacam pasar malam) dan pada masa kini sering diikutkan berbagai sponsor dari sejumlah industri besar. Meskipun demikian, ada satu mainan yang selalu terkait dengan festival ini, yang dinamakan "warak ngendok". Dugderan dimaksudkan selain sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana dakwah Islam.
Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.
Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah perkembangan jaman. biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum puasa dimulai. Karena sudah berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat. Meski sudah jadi semacam pesta rakyat –berupa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang–, tetapi proses ritual (pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak dugderan.
Untuk tetap mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran. Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.
Dugder terjadi pada masa pemerintahan Kanjeng Bupari RMTA Purbaningrat (1881). Beliaulah yang pertama kai menentukan mulainya hari puasa, yaitu setelah Bedug Masjid Agung dan Meriam di halaman Kabupaten dibunyikan masing-masing tiga kali. Namun sebelum bedug dan meriam dibunyikan, diadakan upacara di halaman Kabupaten.
Adanya upacara Dug Der tersebut makin lama makin menarik perhatian masyarakat Semarang dan sekitarnya, menyebabkan datangnya para pedagang dari berbagai daerah yang menjual bermacam-macam makanan, minuman dan mainan anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat (Celengan, Gerabah), mainan dari bambu (Seruling, Gangsingan), dan mainan dari kertas (Warak Ngendog).
Jalannya upacara dugderan
Sebelum pelaksanaan dibunyikan bedug dan meriam di Kabupaten, telah dipersiapkan berbagai perlengkapan berupa:
1. Bendera
2. Karangan bunga untuk dikalungkan pada 2 (dua) pucuk meriam yang akan dibunyikan.
3. Mesiu dan kertas koran yang merupakan perlengkapan meriam.
4. Gamelan yang disiapkan di pendopo
Petugas yang harus siap agar prosesi upacara berjalan baik adalah:
1. Pembawa Acara
2. Petugas yang membunyikan bedug dan meriam
3. Pengrawit
4. Pemimpin upacara (biasanya lurah/kepala desa setempat).
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1434/dugderan
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |