Upacara pernikahan dalam kebudayaan Jawa bukan sekedar melamar lalu mengucap janji pernikahan, lebih dari itu banyak ritual-ritual yang mengikuti perayaan pernikahan tersebut. Salah satu ritualnya adalah dodol dhawet.
Dodol dhawet atau dalam penerjemahannya jualan dawet/cendol diadakan oleh keluarga calon mempelai wanita. Dodol dhawet akan dilaksanakan setelah prosesi siraman, biasanya dilaksanakan di rumah dan didatangi oleh sanak saudara serta tetangga. Ritual ini dilaksanakan oleh sang ibu dari calon mempelai wanita didampingi oleh suaminya dengan naungan payung. Transaksi dalam dodol dhawet ini bukan dengan uang biasa, melainkan dengan uang-uangan dari pecahan genting, kini pecahan genting tersebut ada yang dibentuk dengan kemasan lebih modern, contohnya seperti koin dengan tulisan namun ukurannya lebih besar, sebutannya adalah kreweng. Sistem penjualan adalah sebagai berikut; sang suami yang menerima uang kreweng dan istrinya akan melayani para pembeli dawet.
Layaknya semua ritual, dodol dhawet memiliki arti mengenai kehidupan pernikahan. Pertama, sebagai simbol harapan dan doa untuk pernikahan keesokan harinya akan dikunjungi banyak tamu, laris manis seperti dawet yang terjual. Kedua, kerja sama antara suami dan istri dalam mencari nafkah, ketika suami yang menerima uang dan istri yang melayani pembeli dawet. Ketiga, uang kreweng menandakan bahwa manusia itu berasal dari bumi dan dinafkahi dari bumi. Keempat, bentuk dawet yang bulat melambangkan kebulatan hati dan kesiapan orang tua menjodohkan anaknya. Terakhir, harapan kelak kedua mempelai mendapat rezeki yang berlimpah dan bermanfaat bagi kehidupan rumah tangga mereka.
#OSKMITB2018

Sumber : Pengamatan pribadi, wawancara, dan https://budayajawa.id/makna-dodol-dawet-rangkaian-upacara-adat-pengantin-jawa/
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang