Dalam upacara perkawinan adat jawa terdapat beberapa rangkaian ritual yang harus dilalui oleh pengantin didampingi orangtua mereka, salah satunya adalah ritual dodol dawet. Ritual ini dilakukan sehari sebelum upacara puncak perkawinan.
Dodol dawet ini adalah sebuah ritual yang memberikan makna bahwa orangtua adalah teladan serta pendukung utama bagi keluarga yang baru tersebut.
Ritual dodol dawet ini dilakukan oleh pihak orangtua mempelai wanita di halaman rumah mereka, di mana ibu mempelai wanita bertindak sebagai penjual dawet sebagai simbol wanita yang mengatur uang ekonomi rumah tangga, didampingi suaminya yang menggunakan payung sebagai simbol pengayom dan pelindung keluarga yang seiring sejalan berdua.
Pembayarannya dodol dawet biasanya menggunakan kreweng yaitu pecahan genting sebagai tanda langit atau yang dari atas yang memberi rejeki pada keluarga tersebut melalui kedatangan para sanak saudara dan sahabat yang membeli dawet tersebut.
Kreweng tersebut diterima oleh suami sebagai lambang pintu rejeki bagi keluarga, sedangkan istri ( ibu mempelai wanita) yang melayani dawetnya sebagai simbol seorang wanita yang melayani kebutuhan rumah tangga, berkerjasana bahu membahu membangun rumah tangga yang harmonis memainkan peran masing-masing.
Beberapa keluarga bisa menambahkan simbol harapan pengantin berupa akesoris miniatur rumah, mobil, perabot, dan sebagainya sebagai visualisasi harapan dan doa masa depan pengantin beserta keluarganya.
Pada intinya ritual ini menekankan pentingnya doa, harapan, dukungan, serta teladan dari pihak keluarga besar yang saling berdatangan membeli dawet tersebut sebagai simbol guyub rukunnya sebuah keluarga besar saling mendukung terbentuknya keluarga baru tersebut.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang