Jalak Lawu merupakan bentuk tari yang menggambarkan tentang burung jalak yang terdapat di Sarangan, lereng Gunung Lawu dengan nama Jalak lawu. Tari Jalak Lawu mempunyai arti dan bentuk gerak yang menggambarkan gerak burung yang lincah indah dengan warna bulunya yang gemerlapan, terbang kian kemari untuk mencari makan dan minum, bercumbu dan bermain, siang malam merasa tenteram menambah keindahan nuansa sarangan.
Sebenarnya burung jalak lawu ini merupakan keluarga dari anis, tapi masyarakat sekitar lereng Lawu sering menyebutnya dengan nama jalak lawu / jalak gading (karena bulunya berwarna gading). Membahas tentang jalak lawu pasti tidak akan jauh tentang mitos seputar jalak lawu dan gunung Lawu. Jalak lawu dikisahkan merupakan jelmaan dari Kyai Lawu, seorang abdi setia Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir dari kerajaan Majapahit yang melarikan diri ke gunung Lawu diakhir masa kerajaannya. Ada juga yang bilang jalak lawu merupakan burung peliharaan Prabu Brawijaya V yang ikut menemani beliau melarikan diri ke gunung Lawu

(Sumber: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=4682)
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang