Ciu dikenal sebagai minuman keras tradisional dari Banyumas selama ini juga dianggap sebagai suguhan khas untuk merayakan pertemuan di Desa Wlahar. Bagi warga setempat, minuman itu merupakan jamu untuk penyehat badan. Tak jarang ditemui, para penderes kelapa yang sehari-hari harus memanjat pohon kelapa, harus meminum barang segelas sebelum melakukan aktivitasnya.
Namun peredaran Ciu di masyarakat sekarang ini mulai jarang ditemui, dikarenakan Ciu termasuk ke dalam minuman keras. Tak heran mengapa proses produksi Ciu sulit ditemui. Para pembuat Ciu melakukan proses produksinya di tempat yang jarang diketahui, seperti di pinggiran desa. Karena jika proses pembuatan Ciu sampai diketahui polisi, Usaha pembuatan Ciu akan ditutup secara paksa.
Kadar alkohol yang terkandung pada Ciu pun tergolong tinggi. Kadar terendahnya yaitu 20 persen, dan tertinggi 70 persen. Namun bagi masyarakat Desa Wlahar dan sekitarnya, Ciu tetap menjadi salah satu minuman tradisional terfavorit mereka.
Bahan baku pembuatan Ciu dalam satu penyulingan terdiri dari 30 kg gula merah, 50 liter omplong (semacam sisa fermentasi sebelumnya), 2 kg tape singkong, dan 50 liter air. Bahan-bahan tersebut lalu dimasukkan ke dalam tong, dan disimpan selama seminggu. Setelah disimpan barulah memulai proses penyulingan.
Adonan dimasukkan ke panci alumunium, dipanaskan tanpa boleh mendidih dengan tungku kayu, dan uap airnya disalurkan melalui pipa tembaga. Setetes demi setetes hasil penyulingan ditampung dalam toples isi 3 liter yang akan penuh setiap 4 jam. Saat ini Ciu dijual secara sembunyi-sembunyi atau dijual ke pasar gelap. Ciu dianggap sebagai minuman keras, sehingga proses produksinya dilarang.
Sumber : http://regional.liputan6.com/read/2480694/mengenal-keajaiban-ciu-banyumas-miras-lokal-rasa-internasional
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.