Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sumatera Barat Sumatera Barat
Cerita Nan Di Awak
- 28 Desember 2018

Ada empat orang anak muda kampung yang sekawan. Pertama bernama si Maridun alias si Bungkuk lantaran tubuhnya agak bungkuk sedikit. Wajahnya agak kesat lantaran beberapa jerwat batu bersumburan. Kedua bernama si Pured. Ia tinggi panjang dan agak kurus jika dibandingkan dengan si Bungkuk. Jika berjalan seperti Belanda mabuk lantaran kakinya mengangkang ke kiri dan ke kanan. Ketiga bernama si Magek. Tubuhnya hampi bersamaan dengan si Purel. Hanya saja perbandingan panjang lehernya tidak sebanding dengan mukanya yang kecil. Ke empat si Pendek. Tubuhnya memang pendek jika dibandingkan dengan teman-temannya.

Di antara keempat berteman ini dialah yang paling lucu dan menyebabkan ia sangat disenangi. Ke empat kawanan ini termasuk anak-anak muda kampung yang disegani penduduk lantaran tidak pernah mengganggu siapa saja. Dalam hidup sehari-hari mereka seakan-akan telah merasa bertanggung jawab membantu meringankan beban rumah tangga orang tua masing-masing. Mereka setiap hari pergi ke sawah ataupun ke ladang. Kadang-kadang mereka kelihatan menangkap ikan di danau. Di waktu sengganglah mereka bisa berkumpul untuk bercanda dan bergurau.

Demikianlah pada suatu malam mereka berkumpul pada sebuah rumah pembujangan. Yang mereka bicarakan tidak tentu ujung pangkalnya. Dari satu soal berpindah ke soal yang lain. Tidak ada hal-hal yang mengarah untuk dibicarakan. Walaupun demikian, masing-masing mereka tidak pula lupa menceritakan kelebihan dirinya seorang-seorang.

Si Bungkuk mengatakan bahwa buku tangganyalah yang deras. Siapa saja yang kena pukulannya pasti ke liang lahat atau ke rumah sakit. Jika si Pured lain pula ceritanta. Sepakan kakinyalah yang paling deras.Alang kepalang tahannya orang yang menankis pasti jungkir balik beberapa meter.

Si Magek yang sedari tadi rasa teratasi oleh teman-temannya menyela pula. Dia mengatakan bahwa kaki dan tangannya lebih cepat dari teman-temannya itu. Ia bisa mempergunakan tangan dan kaki sekaligus. Sudah banyak pendekar-pendekar di kampung itu yang dikalahkannya.

Si pendek tersenyum saja mendengar segala ucapan ngaur teman-temannya itu. Sam bil mencemooh ia berkata, "Berapalah keberanian kalian jika dibandingkan dengan gayung yang setiap pagi mandi dengan air mendidih."

Ketiga teman-temannya itu ternganga saja mulutnya mendengarkan cemooh si Pendek. Mereka merasa terpukul.

"Kalian saja jarang mandi pagi dengan air dingin," sambung si Pendek merasa menang. Untuk apa kalian melagakkan diri O, kalian lagakkan badan kalian besara-besar, jangan sombong saudara-saudara. Coba perhatikan kerbau yang berbadan besar, toh diatur orang juga hidungnya. O, soal kaya yang akan kalian lagakkan. Kayalah mandur. Beberapa drom aspal diserak-serakkannya di tengah jalan."

Mendengar pidato si Pendek ini yang lainnya terpksa mengunci mulutnya.

"Oleh karena itu janganlah kalian melagak dekat saya," sambung si Pendek membusungkan dadanya.

"Benar- benar lancang mukutmu, Pendek," menyahut si Bungkuk dengan membelallakkan mata. Jika kau masih saja berpidato, kami tidak segan-segan melemparkan tubuhmu keluar jendela."

Si Pured dan si Magek merasa mendapat pembelaan. Mereka tertawa sepuas-puasnya. Si Pendek tetap juga memperlihatkan lagak-lagak yang mencemooh.

Tiba-tiba si Pured menyela pula, Buat apa kita bertengkar sejak tadi. Hasilnya tidak ada. Lebih baik kita pergunakan kesempatan ini untuk mencuri."

"Betul juga," sambung si Magek berdiri.

"Bagaimana kalau kita mencuri tebu?"

"Saya tidak setuju," potong si Pendek.

"Untuk sekedar mencuri tebu tanggung jelek nama kita."

"Jadi mencuri apa yang baik?" tanya si Bungkuk yang mulai tertarik dengan gagasan itu.

"Bagaimana jika kita mencuri ikan?" jawab si Pendek.

"Jangan," kata si Pured.

"Terlalu banyak resikonya. Menangkap ikan itu susah dan badan kita mati kedinginan."

"Betul juga," sambung si Bungkuk yang telah mendapat rencana baru.

"Bagaimana jika kita mencuri ayam?"

"Setuju," jawab si Pured.

Demikian pula si Magek dan si Pendek menyetujui gagasan si Bungkuk itu. Untuk itu mereka bermufakat lagi mrnentukan siapa-siapa yang akan melaksanakan dan siapa pula yang akan tinggal di rumah dengan tugas memasak dan mempersiapkan sesuatu. Untuk mencuri ayam putuslah mufakat diserahkan pada si Pured dan si Pendek. Sedangkan untuk tinggal di rumah ditetapkan pula si Magek dan si Bungkuk.

Sebenarnya si Pured agak enggan menrima tugas itu. Jantungnya mulai berdebar-debar lantaran takut akan tertangkap basah. Sebaliknya si Magek dan si Bungkuk menerima tugas yang dipikulkan kepada mereka dengtan hati yang senang.Pekerjaan tidak berat dan tetap saja tinggal di rumah dengan tidak berdingin-dingin di malam hari. Di tengah jalan, si Pured berfikir juga kandang ayam siapa yang akan mereka masuki. Tiba-tiba ia bwerkata pada si Pendek, "Bagaimana jika rencana ini kita batalkan saja?"

"Mengapa demikian?" tanya si Pendek.

"Aku takut masuk penjara," jawab si Pured.

"Akupun demikian," ba;as si Pendek pula.

"Kalau demikian kita kembali saja."

"Jangan. Nanti kita dikatakan mereka penakut. Lebih baik kita teruskan saja dan memasuki kandang ayah si Bungkuk. Saya tahu cara masuknya. Dan ayamnya banyak."

Si Pured tersenyum mendengar gagasan si Pendek itu. Ia mengakui dalam hati bahwa temannya itu mempunyai akal yang panjang juga. Mereka terus juga berjalan mendekati rumah orang tua si Bungkuk. Tanpa mengalami kesulitan sebab si Pendek telah juga mengetahui pasak-pasak pintu kandung ayamtersebut, maka mereka bisa menggotong dua ekor ayam. Seekor jantan dan seekor betina.

Bagaimana jika ketauan nanti oleh si Bungkuk perbuatan kita ini?" tanya si Pured.

"Ia tidak akan tahu," jawab si Pendek yang telah mempunyai rencana pula.

"Ayam ini kita sembelih di tengah jalan dan bulu-bulunya segera kita bungjus."

Gagasan si Pendek ini dapat diterima oleh akal si Purad.

"Kau hebat juga, Pendek."

Si Pendek membusungkan dadanya di tengah malam buta itu lantaran menerima pujian temannya.

Sesampai di tempat mereka kembali, si Bungkuk bertanya pada si Pured dan si Pendek, mengapa mereka terlalu cepat kembali di luar dugaannya.

Dengan sombong si Pendek menyedorkan dua ekor ayam yang telah disembelih itu dari bungkusan kain sarungnya.

"Kalian memang orang-orang hebat," terdengar si Bungkuk memuji.

"Cepatlah goreng ayam ini," bentak si Pendek tanpa mengacuhkan pujian temannya itu.

"Perut kita bertambah lapar juga."

Si Bungkuk berlari ke dapur menemui temannya si Magek yang sedang memasak nasi. Sementara itu si Pendek dan si Pured merebahkan badannya seperti orang keletihan.

Setelah selesai si Magek dan si Bungkuk memasak, maka dibangunkanlah kedua temannya yang telah tertidur itu. Mereka bergadang sekenyang-kenyangnya. Masing-masing mereka mendapat pembahagian yang sama. Perut mereka terasa sesak. Hampir-hampir mereka tidak bisa lagi bernafas lantaran menghabiskan ayam yang dua ekor itu.

Menjelang pagi tamatklah riwayat ayam itu berpindah ke dalam perut mereka> Hanya yang tinggal tulang-tulangnya saja. Mereka terlentang kekenyangan di tempat itu juga. Mereka tertidur menjelang matahari sepenggalahan. Dan si Bungkuklah yang paling duluan terbangun sebab ia berniat hendak ke ladang pagi itu.

Sesampai di rumah didapatinya kedua orang tuanya sedang berbincang-bincang memperkatakan bahwa ayam mereka dicuri orang tadi malam. Si Bungkuk yang menerima berita itu melongo saja. Hatinya telah syak terhadap perbuatan kedua temannya si Pendek dan si Pured. Marahnya alang kepalang. Rasakan mau ia memecahkan tengkorak kedua temannya itu. Ia cepat-cepat meninggalkan rumah orang tuanya dan kembali ke rumah pembujangan. Disana didapatinya ketiga teman-temannya masih terlentang kekenyangan. Rumah itu masih kotor, dimana-mana terlihat nasi berserahkan.

Ia mendekati si Pendek dan si Pured.

"Hei setan, ayam siapa yang kalian curi tadi malam?" bentaknya sambil menyepakkan pinggul si Pendek.

Si Pendek yang kena sepak diam saja. Si Bungkuk berpindah pada si Pured.

"Hai anjing bangun. Ayam siapa yang kau santung tadi malam?" Si Pured menggeliat sedikit.

"Ayo bangun, ayam siapa yang kalian sungkahkan tadi malam?"

Sementara itu si Magek terbangun.Sambil mengusap-usap mata ia bertanya, "Apa yang terjadi, Bungkuk? Mengapa pagi-pagi benar telah ribut?"

"Maling-maling ini telah memasuki kandang ayam orang tua saya."

Mata si Magek membesar namun hatinya mulai geli sebab sejak tadi malam ia telah yakin bahwa si Pendek akan marah pada temannya itu.

"Hai maling, bangun," bentak si Bungkuk sekali lagi.

Berbarengan si Pendek dan Pured duduk sambil mengusap matanya.

"Ayam siap yang kalian malingi tadi malam?" tanya si Bungkuk kembali

Sambil melihat tenang-tenang saja pada si Bungkuk, si Pendek menjawab, "Tentu saja ayam-ayam kita-kita ini."

"Mengapa ayam di rumah yang kalian malingi?" tanya si Bungkuk geram.

"Habis ayam siapa lagi?" jawab si Pendek.

"Bukankah sama saja denga ikannya si Magek beberapa bulan yang lalu."

Kembali mata si Magek membesar: "Jadi ikan saya pernah pula kalian santung?"

Si Bungkuk yang terlibat dalam pencurian ikan itu terpaksa diam saja. Amarahnya mulai berkurang lantaran hatinya mulai geli mengingat peristiwa yang lalu.

Tiba-tiba si Magek berdiri: "Awas kalian si Pendek dan si Pured. Kesempatan bagi saya akan tiba juga untuk membalas."

Keempat konco pelangkin itu terbahak-bahak tertawa. Bagi mereka perselisihan sangat dijauhkan.

 

 

Sumber : Bunga Rampai Cerita Rakyat Sumatera Barat

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya