Bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa dan Bali, dongeng tentang Ramayana memang tidak terdengar asing. Dongeng yang begitu melegenda tersebut memiliki keunikan kisahnya tersendiri sehingga banyak orang yang senang mendengarkan cerita tersebut.
Dongen Ramayana pada dasarnya menceritakan tentang kisah percintaan antara Raden Rama Wijaya dengan seorang puteri raja yang bernama Dewi Shinta. Legenda Rama dan Shinta sejatinya merepresentasikan makna sebuah kesetiaan, kepercayaan dan ketulusan cinta seseorang kepada kekasih atau belahan jiwanya.
Tentu bukan sebuah kebetulan, bila Rama berhasil mempersunting Shinta yang cantik sebagai istrinya. Untuk mendapatkan Shinta, dia harus melalui ujian sayembara dan mengalahkan banyak pesaing, termasuk rival utamanya, sang raksasa bernama Rahwana.
Legenda percintaan Rama dan Shinta yang penuh batu ujian seakan baru dimulai, ketika memasuki bagian drama penculikan. Tersebutlah kisah bahwa Rama, Shinta, beserta adik laki-laki Rama yaitu Lesmana pergi ke hutan Dandaka. Terdapat beberapa versi menyebutkan alasan mengapa mereka bertiga pergi ke hutan. Ada yang mengatakan kepergian mereka tujuannya untuk berburu dan mengembara. Versi lain, menyebut mereka bertiga ‘terusir’ dari kehidupan mewah istimewa dan menjalani masa pembuangan sebagai hukuman dari para dewa.
Besarnya cinta Rama kepada Shinta mulai diuji, ketika dalam perjalanan melewati hutan belentara, sang istri terpesona oleh seekor kijang emas yang tampak meloncat-loncat berkelebat. Mereka tidak mengetahui, kijang tersebut sejatinya adalah jelmaan anak buah Rahwana yang bernama Marica. Rahwana memang mengerahkan daya upaya untuk bisa merebut Shinta dari pelukan Rama.
Shinta membujuk Rama untuk bisa menangkap kijang tersebut. Demi rasa cinta kepada sang istri, Rama pun melesat pergi memburu kijang dan meninggalkan Shinta yang ditemani Lesmana. Proses pemburuan Rama tak kunjung berhasil. Karena Rama tak kunjung kembali, Shinta menjadi merasa cemas. Kemudian ia meminta Lesmana untuk menyusul Rama.
Di sini, drama penculikan Shinta oleh Rahwana pun dimulai. Sebelum meninggalkan Shinta, Lesmana membuat lingkaran sakti di atas tanah di sekeliling Shinta untuk menjaganya dari segala kemungkinan bahaya. Alhasil Shinta menunggu di tengah hutan Dandaka. Begitu mengetahui Shinta ditinggal sendirian, Rahwana mencoba untuk menculiknya namun gagal karena setiap mendekati lingkaran, tubuh Rahwana terpental menjauh.
Rahwana tidak kehabisan akal. Ia kemudian mengubah dirinya menjadi seorang musafir tua yang kehausan dan berpura-pura meratap minta minum pada Shinta. Shinta menjadi kasihan. Ia jadi lupa pesan Lesmana dan keluar dari lingkarang pelindung untuk memberi si musafir minum. Tidak lama setelah itu, betapa terkejutnya Shinta begitu melihat si musafir tua berubah menjadi Rahwana.
Terlambat sudah, karena rahwana dengan mudah menangkap Shinta dan memboyongnya ke istana. Dalam perjalanan, Rahwana sempat dihadang seekor burung raksasa Jatayu – yakni sahabat ayahanda Shinta, yang mencoba menyelamatkan Shinta namun gagal.
Sementara itu, Rama akhirnya berhasil menahan kijang – yang ternyata berubah menjadi seorang raksasa yang kemudian berhasil dibunuh Rama dengan pedangnya. Dia pun kemudian kembali ke tempat Shinta. Betapa kagetnya rama ketika Shinta tak berada di tempatnya. Tidak membuang waktu lama, Rama dan Lesmana memutuskan untuk mencarinya.
Dalam perjalanan mencari Shinta, mereka bertemu dengan Jatayu yang terluka pariah. Saat bertemu pertama kali tersebut, Rama mengira bahwa Jatayulah yang menculik Shinta sehingga ia berniat mebunuhnya, namun Lesmana mencegahnya. Jatayu menjelaskan apa yang terjadi pada Shinta sebelum akhirnya ia meninggal.
Upaya Rama untuk menemukan kembali Shinta akhirnya membuahkan hasil. Berkat bantuan pasukan kera – yang dipimpin oleh sang kera putih bernama Hanoman, Shinta yang dikungkung di istana Rahwana bisa diselamatkan.
Setelah kematian Rahwana, Hanoman menjemput Shinta untuk dipertemukan dengan Rama. Di sinilah sebuah kepercayaan antara seapasang suami istri yang telah lama terpisah benar-benar diuji. Betapa pedih hati Shinta, pertemuan dengan Rama belahan jiwanya yang begitu dirindukan ternyata sangat bertolak belakang dengan harapannya.
Rama menolak Shinta karena berpikir bahwa Shinta sudah tidak suci lagi. Shinta kecewa dan untuk membuktikan kesetiaannya kepada suaminya, ia menceburkan diri ke dalam kobaran api dan membakar diri. Karena kesuciannya dan atas bantuan Dewa Api, ia tidak trbakar dan lemat. Hal tersebut membuat Rama bahagia dan akhirnya menerima Shinta kembali menjadi istrinya.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang