Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Cerita Awal Kejadian Ntondori
- 28 Desember 2018

Galara adalah orang yang pertama memelihara manusia yang bernama Intondari, sewaktu Galara pergi dari kampung Vobo menuju Korue. Ketika dalam perjalanan tiba-tiba ada suara didengarnya, bertanya kepadanya.

"Siapakah ini?

"Jawab Galara, "Saya ini Galara.""

"Ambillah saya ini." Demikian suara itu sedang orangnya tidak kelihatan.

"Kalau mengambil saya, ambillah lima ruas bambu, bambu yang kuning." Kemudian diambilnyalah oleh Galara. Lalu suara itu berkata lagi, "Ambillah lima ruas, di bawah diambil dua ruas di tengahnya satu ruas, diatasnya dua ruas juga, kemudian barulah; saya diambil." Sesudah diambil bambu itu oleh Galara dibawanyalah berjalan. Tiba di suatu tempat malam pun telah hampir siang. Ketika itu berkatalah suara dari bambu kuning itu; "Bawalah saya pulang."

Maka dibawa pulanglah ia. Ketika mereka datang di rumah Kampung voba, maka direndamlah bambu tersebut; dan ditempatkan ditempat yang baik. Lalu bambu kuning itu dipindahkan tempatnya ke sebuah tempat yang disebut baki, seperti tempayan bentuknya. Kemudian bambu itu direndam. Tepat tujuh hari tujuh malam lamanya dirawat di tempatnya, maka pada suatu pagi hari kedengaranlah bunyi air jatuh dan mengalir di tanah. Setelah diperiksa pagi itu maka ternyata air sudah kering di tempayan.

Setelah tujuh hari lamanya kemudian barulah ternyata bahwa bambu kuning itu telah menjelma menjadi manusia yang gagah sekali. Orang itu lalu ditangkap oleh Galara, ketika ia sedang mandi. Itulah laki-laki gagah yang bernama Intondori. Ia masih kecil, sebab itu ia dipelihara oleh Galara. Sesudah mandi diberikanlah selembar kain sarung. Kain yang digunakan oleh orang-orang tua dahulu.

Sesudah menjelma menjadi manusia, pada suatu waktu Intondori melakukan perjalanan pergi ke negeri orang, yaitu ke Korue Moraego. Orang yang pergi bersama dia ada tujuh kelompok banyaknya. Namanya adalah Pimboko Mombine dan Tavavavake. Maka pergilah mereka dengan berkelompok. Setelah sampai di sana kedengaran lagi suara halus yang bertanya kepada kelompok pertama, "Adakah   Ntondori?"

Dijawab bahwa ia masih di belakang. Kemudian ditanya lagi, "Adakah Intondori!" Masih dibelakang" jawabnya.

Kelompok ketiga ditanya pula; "Adakah Intondori?" dan dijawab masih dibelakang. Kelompok ke empat dan kelima hanya begitu juga jawabannya. Mereka semua berteriak-teriak." Itulah dia." Sudah berlalu yang kelima, karena, yang ketujuh. Semuanya berseru; "Itulah dia." Yang ketujuh, "Siapakah itu? Benarkah Intondori?" "Ya saya, ambillah saya, demikianlah suara halus tadi. Orang pun mengambilnaya. Begitu diambil dan dipegang, tiba-tiba ia menjerit. "Jangan kaki saya." Diangkat dan dicabutnya, dipikul dan dibawa pergi ke Korue.

Kemudian ada caranya yang berkata kepada Intondori, "bawalah saya pulang." Maka pulanglah mereka. Setelah tiba di rumah disimpanlah di suatu tempat. Tujuh hari tujuh malam ia dipelihara dan diambilkan air. Begitulah setiap pagi hari terdengarpercik air yang dipakainya mandi. Setelah habis air mandi pun ditambah lagi. Begitulah seterusnya. Maka setelah tujuh malam berlalu diperhatikannyalah benda itu. Dengan hati-hati diintipnya, ternyata seorang perempuan yang cantik. Maka diambillah ia. Diberikan pula kepadanya sehelai kain sarung. Nama sarung itu ialah Ba'diyah. Maka ia pun sudah menjelma menjadi manusia.

Itulah kejadian raja yang namanya Banjambua. Ia sudah menjadi manusia dan ia akan mengadakan perlawanan kepada Ntondori, sementara ia direncanakan oleh orang tuanya untuk dikawinkan dengan Galara. Karena itulah berkumpullah orang-orang tua untuk merencanakan perkawinan mereka. Kalau jadi perkawinan mereka apakah yang harus dibuat. Janganlah susah hati.

Beritahukan kepada masyarakat di kampung nanti malam, bahwa besok semua orang membawa tempat. Ada sebatang enau yang namanya Maliara. Diambil isinya. Hanya dilobang batangnya Maliara itu apalagi batangnya sangat besar. Kemudian tempat yang dibawa oleh orang banyak itu diletakkan dibawahnya, lalu dipikul batangnya, maka penuh semua tempat itu.

Maka kata orang-orang tua, bahwa makanan yang dimaksud sudah banyak dan dibawa pulanglah semuanya. Setelah dibawa pulang, bertanyalah orang-orang tua, apakah yang dijadikan lauk perkawinan itu diberitahukan kepada orang banyak di kampung bahwa harus Padang dipagari. Pemagarannya keliling, Pemegaran dilakukan selama tiga hari oleh tiga kampung. Kemudian diberitahukan kepada orang-orang tua, sudah tiga hari lamanya selesai dipagar keliling.

Setelah tiba malam Jumat, barulah dilanjutkan pembicaraan. Begitu malam Jumat tiba, maka berkumpullah mereka bertepatan dengan datangnya angin ribut, hujan lebat. Mereka tetap juga bwerkumpul. Begitulah siang dan malam, dengan tidak disangka-sangka yang dipagar tersebut penuh dengan kerbau yang putih dan belang. Demikianlah berarti yang dibuat untuk lauk-pauk sudah ada. Kerbau sudah ada. Tidak diketahui dari mana datangnya. Begitulah ceritanya. Karena sudah ada bahan yang diperlukan baik beras maupun untuk dijadikan lauk-pauk, maka dilaksanakan pesta perkawainan Intondori dengan Banjambua.

Singkatnya selesailah pernikahan mereka. Tiada berapa lama mengidamlah perempuan itu. Setelah sampai bulannya maka melahirkanlah perempuan itu seorang anak perempuan. Anak tersebut diberi nama Kacamanila. Anak itu dipelihara sampai besar dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah ia dewasa dinaikkanlah anak tersebut di loteng rumah sebagai tempatnya. Perempuan tersebut tidak pernah turun ke tanah, sehingga air untuk mandi semuanya harus diambilkan dan keloteng. Perihal perempuan ini kemudian di dengar oleh Toligoe. Toligoe ini adalah seorang yang mempunyai kerbau besar yang diberi nama Belembuanga.

Suatu ketika ia pergi berjalan-jalan sambil menunggang kerbaunya. Toligoe adalah seorang raja. Tujuannya ke negeri Vobo. Ketika ia sampai di negeri Vobo, ia bertemu dengan seorang anak perempuan yang sedang mengambil air. Dengan perlahan-lahan ia bertanya; "Hai anak perempuan, dimana tinggal raja?" Maka dijawab oleh anak itu bahwa raja ada di loteng. "Kalau dalam keadaaan terang janganlah naik ke atas, dan kalau keatas harus memakai tangga. Tangganya dari bambu bulu batu. Sebab bambu itu tinggi" kata anak itu. Maka dikatakannya kepada anak tersebut. "Kalau saya naik sebentar, ikatlah kerbau saya, dan kalau kerbau itu buang kotoran, tiap pagi sapulah dan buanglah kotorannya agar tidak diketahui bahwa saya menunggang kerbau.

Kemudian ditanyakanlah keadaannya, lalu ia kembali. Dua malam kemudian ia datang kembali. Diketemukannya anak tersebut sedang mengambil air. Begitulah perbuatannya sampai tujuh kali berulang-ulang. Singkatnya setelah tujuh kali ia datang, maka anak tersebut dapat mempengaruhi perempuan yang ada di loteng itu. Anak itu sudah menjadi budaknya. Maka diambilnya air untuk mandi perempuan di loteng itu, perempuan tunangan raja. Maka diketemukannya cincin di dalam air. "Yang cincin siapakah ini?" Kemudian diketahuinya bahwa cincin itu pemberian raja yang mempunyai kerbau besar. Saat itulah baru diketahui oleh perempuan itu bahwa raja itu berasal dari Vonggo.

Pada akkhirnya bertunanganlah mereka berdua. Sampai dua kali mereka bertemu tanpa diketahui oleh orang lain. Karena kelincahannya menaiki loteng tempat perempuan tersebut, tidak diketahui oleh orang tuanya. Akhirnya perempuan tersebut  yang ada di loteng sudah mengidam. Gejala-gejala mengandung sudah nampak. Perempuan tersebut sudah sakit-sakit, agak lemah badannya menandakan bahwa ia sudah mengandung. Walaupun perempuan tadi sudah mengandung namun laki-laki itu masih tetap juga datang dan sempat berbicara dengan bayi dalam perut ibunya, namanya Lagaligo, bahwa ayahnya adalah raja. Ia berpesan. "Kalau engkau datang kembali menjenguk, janganlah datang bilamana ada tanda syarat."

Kemudian kedengaranlah orang yang menangis. Toliligoe merencanakan akan pergi lagi. Dinaikinyalah kerbaunya, karena berjanji akan datang. Maka datanglah ia pada malam harinya yaitu saat perjanjiannya. Kerbau itu enggan berjalan, di rawa-rawa itu juga yang menghalangi sehingga kerbau itu malas berjalan.

Ditengah jalan yakni di kampung Koleda, kerbau itu enggan mau berjalan lagi sedang waktu yang dijanjikan sudah dekat. Kerbau tersebut dipaksakan harus berjalan, namun hanya bisa sampai di Halutera. Air yang sedang mengalir semuanya tertahan akibat kerbau itu yang berkubang karena tidak mau berjalan. Akhirnya air yang mengalir ke sawah tertutup sampai meluap. Lalu ada dua orang yang membongkar. Jalan air yang buntu itu di sebelah kanannya. Dua orang lagi membongkar di Halutera. Semua yang bekerja dengan membawa bekal. Mereka bekerja dengan gesitnya. Air pun sudah mulai mengalir. Karena air itu mengalir serentak, akibatnya air itu melanda kampong Kapiroe.

Ketika air sungai tadi meluap, sungai pun menjadi kecil. Maka diketemukan seekor belut sebesar batang enau. Karena air sungai menjadi kecil akhirnya menjadi kering. Kerbau yang berkubang tadi telah pergi pula. Karena sebahagian belut itu tidak diketemukan orang, tertinggallah ia mati lalu menjadi busuk. Itulah sebabnya diberi nama Tovau di Bungasana; karena bau busuk belut yang mati itu. Dan seekor belut diketemukan tujuh buah perhiasan (Tinggoro) yang namanya mata dako; itu adalah tau lolondo dan sambukara. Sekarang masih disimpan. Itulah yang diketumukan pada perut belut. Tinggoro tujuh buah itu dipakai orang sampai sekarang.

Mulailah kerbau itu berjalan pula walaupun perlahan-lahan. Karena halangan yang merintangi raja di perjalanan, maka waktu yang dijanjikannya itu pun tidak dapat ditepati oleh raja itu. Karena itu ia tidak lagi berjumpa dengan perempuan itu. Karena ia sudah meninggal. Meninggal pada waktu bersalin. Adapun bayi yang dapat diharapkan dapat lahir rupanya tidak dapat keluar dari perut ibunya. Ibunya sudah meninggal tetapi bayi dalam kandungan masih tetap hidup. Raja akan dilumu. Empat puluh hari empat puluh malam lamanya dilumu. Pelaksanaan ini biasa disebut Lali Patamponga. Batang kayu dibuat untuk keperluan itu, nanti sesudah empat puluh malam barulah dikemukakan.

Baru saja kira-kira dua puluh malam meninggalkannya, kedengaranlah suara. Mendekati empat puluh malam, lebih ribut suara yang kedengaran itu. Begitu diadakan pembukaan lamu, maka keluarlah bayi dari perut ibunya tadi. Itulah yang diberi nama Tulunjagu. Maka duduklah bayi tersebut. Orang banyak terkejut melihat kejadian itu, rupanya dengan bayi itu membawa keuntungan bagi kampung, lingkungan tidak berbau busuk. Kemudian bayi tersebut dipelihara dan akhirnya menjadi besar, bayi tersebut sudah mulai merangkak. Pada suatu ketika dikumpulkanlah sebanyak tujuh orang raja. Yakni raja Wonggo, Karabenete. Nama-nama raja itu tidak diketahui lagi. Dengan maksud untuk mencari siapa sebenarnya ayah dari anak itu.

Kemudian setelah raja-raja sudah terkumpul semua dan duduk  berkeliling. Toliligoe juga hadir dan memegang sesuatu. Adapun bayi itu didudukkan di tengah-tengah raja yang sedang duduk berkeliling itu. Kemudian dilaksanakan suatu acara untuk mengetahui siapa sebenarnya ayah dari anak tersebut. Dalam acara itu anak tadi diberi kesempatan menunjukan seseorang dan siapa yang ditunjuk maka itulah ayahnya. Sementara anak di tengah lingkaran raja-raja itu, maka anak tersebut tiba-tiba menunjuk Toliligoe dan terus dipeluknya. Ialah ayahnya. Baru pada saat itulah Toliligoe mengaku bahwa dialah sesungguhnya ayah dari anak tersebut. Kerbau yang dipergunakannya tetap saja di tungganginya, dan baru mati setelah sampai di Napu.

 

 

sumber:

  1. Alkisah Rakyat (http://alkisahrakyat.blogspot.com/2016/03/cerita-awal-kejadian-ntondori.html)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya