Resep:
Bahan
350 g tepung beras
2 sdm tepung terigu
Bumbu
500 ml susu cair
900 ml santan
125 g gula pasir
½ sdt garam
Pewarna kue sesuai selera
1 sdm minyak sayur untuk olesan
50 ml areh/santan kental rebus
Daun pandan secukupnya
Cara Membuat
Campur 200 ml santan dengan 2 sdm tepung beras hingga larut, masak di atas api kecil sambil diaduk hingga mendidih lalu angkat tuang ke mangkuk besar.
Tambahkan gula, garam, tepung terigu, dan sisa tepung beras, aduk hingga rata sambil dituangi setengah bagian santan yang tersisa hingga menjadi adonan licin.
Pukul adonan dengan telapak tangan selama sekitar 30 menit hingga adonan mulurr dan ringan.
Tuang sisa santan lalu aduk rata.
Istirahatkan adonan selama 1 jam.
Ambil sedikit adonan lalu beri pewarna sesuai selera.
Panaskan cetakan carabikang di atas api sedang lalu olesi minyak.
Tuang adonan ke dalam lubang cetakan hingga hampir penuh.
Tetesi sedikit adonan berwarna lalu masak hingga matang.
Permukaannya ditetesi sedikit areh.
Angkat kue dengan mencungkil bagian bawahnya hingga kue merekah.
Sumber: Murdijati Gardjiton Dkk. 2017. Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang