Buras adalah salah satu makanan khas etnis Tidung Bajo di perkampungan nelayan Wuring merupakan satu keharusan, di mana kuliner ini selalu disuguhkan kepada para tamu yang berkunjung ke kampung ini sebagai sebuah penghormatan.
Buras sering dijual di pasar senja Wuring dimana empat buahnya dijual seharga 5 ribu rupiah. Hampir semua masyarakat Wuring yang merupakan suku pelaut selalu menyajikan makanan khas ini terlebih saat hari raya Lebaran dan saat pesta.
Buras dibuat dari beras ketan atau beras biasa yang dimasak dengan santan dan dibungkus di daun pisang lalu dikukus. Ada juga yang membungkusnya di daun bambu lalu dibakar agar bisa tahan lama.
Cara membuat Buras, yakni kelapa yang sudah tua diparut dan diambil santannya. Santan dimasak hingga mendidih lalu beras yang sudah dicuci dan direndam di air dimasukan ke dalam santan. Beras yang sudah dicampur santan tersebut terus diaduk hingga merata sampai santannya mengering. Setelah dibiarkan dingin, Buras tersebut dibungkus di daun pisang dan diikat dengan tali plastik.
Dua buah Buras yang sudah dibungkus daun pisang tersebut lanjut Sari, diikat menjadi satu lalu dikukus hingga matang. Setelah dibiarkan dingin dua buah Buras diikat menjadi satu tersebut pun dilepas ikatannya dan dihidangkan kepada tamu tetap dengan bungkusannya.
Buras dihidangkan dalam keadaan terbungkus daun pisang agar tetap bertahan lama dan bila hendak dimakan baru dibuka sama seperti makan lontong
Jika buras dibakar setengah matang biasanya dibungkus dengan daun bambu lalu dibakar. Kalau dibakar burasnya bisa tahan hingga dua hari dan lebih kering dibandingkan dengan dikukus.
Buras biasanya dihidangkan dengan ikan bakar ataukah dengan masakan daging sapi atau daging kambing. Kalau dijual di pasar biasanya disertakan juga dengan sambal colek tomat yang dibuat sendiri.
sumber: https://www.cendananews.com/2018/02/buras-masakan-nasi-santan-suku-bajo-di-sikka.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja