|
|
|
|
Budaya Mamak-Kemenakan #DaftarSB19 Tanggal 12 Feb 2019 oleh Cut_thalia_amorita . |
Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah budaya Mamak-Kemenakan dari Minangkabau. “Mamak” merupakan sebutan seorang paman (saudara laki-laki dari ibu seorang anak), dan “Kemenakan” merupakan sebutan keponakannya. Mamak berkewajiban membimbing kemenakan dalam bidang adat, agama, dan perilaku sehari-hari. Kalau kemenakan melakukan kesalahan, mamak akan ikut malu. Budaya Mamak-Kemenakan mencakup dasar dari budaya-budaya yang ada di Indonesia, seperti sikap santun, kekeluargaan, gotong-royong, dan hidup dalam kejujuran dan kebenaran.
Adapun pepatah:
“Kemenakan barajo mamak
(Kemenakan tunduk pada mamak)
Mamak barajo ke penghulu
(Mamak tunduk pada penghulu)
Penghulu barajo ke mupakat
(Penghulu tunduk pada mufakat)
Mupakat barajo ka nan bana
(Mufakat tunduk pada kebenaran)
Bana badiri sendirinyo”
(Kebenaran itu berdiri sendiri)
Di Minangkabau, seorang mamak berkewajiban untuk membimbing kemenakannya dalam hal adat, agama, dan perilaku sehari-hari. Hal ini mencakup dasar dari budaya-budaya yang ada di Indonesia, seperti sikap santun, kekeluargaan, gotong-royong, saling membantu, dan hidup dalam kejujuran dan kebenaran.
Minangkabau dan masyarakat etnis ini telah memiliki budaya yang tumbuh, berkembang, dipertahankan, dan diwariskan oleh leluhurnya sejak ratusan tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Budaya Minangkabau telah dimanfaatkan sejak ratusan tahun lalu sehingga telah teruji keandalannya dalam kehidupan masyarakat, sesuai dengan kepribadian dan filsafat hidup serta merupakan jati diri yang perlu dipelihara. Gubernur Sumatera Barat menyatakan bahwa dalam perkembangannya, budaya Minangkabau tidak menutup diri terhadap masuknya pengaruh dan budaya asing. Contohnya seperti kearifan lokal masyarakat Minang yang telah terjadi akulturasi dengan masuknya ajaran Islam ke Sumatera Barat ratusan tahun yang lalu.
Referensi:
Geotimes, (2017, 12 September), “HUTRI72 – Kemerdekaan dan Penguatan Kearifan Lokal”, https://geotimes.co.id/submission/hutri72/hutri72-kemerdekaan-dan-penguatan-kearifan-lokal/ diakses pada 15 April 2018.
Republika, (2013, 21 Maret), “Nilai Budaya Minangkabau Melemah, Ini Penyebabnya”, http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/03/21/mjzot1-nilai-budaya-minangkabau-melemah-ini-penyebabnya diakses pada 30 April 2018.
Skripsi Fadilah Makmur Arif. (2016). “Hubungan Mamak Dan Kemenakan Dalam Sistem Kekerabatan Minangkabau (Studi Terhadap Masyarakat Bukittinggi di Kotamadya Bandar Lampung)”. http://digilib.unila.ac.id/23782/3/3.%20SKRIPSI%20FULL%20tanpa%20bab%20pembahasan.pdf diakses pada 30 April 2018.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |