|
|
|
|
Budaya Gugon Tuhon Tanggal 05 Aug 2018 oleh Oskm18_16418165_gustamaamanusa . |
Dalam kebudayaan Sunda kita seringkali mendengar istilah pamali, layaknya kebudayaan Sunda, orang Jawa juga memiliki kebudayaan yang serupa. Orang jawa sendiri biasa menyebutnya dengan istilah Gugon Tuhon yang dapat didefinisikan sebagai berikut, kahanan kang ora oleh utowo ora kena dierak, yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak boleh dilanggar. Gugon Tuhon sendiri adalah suatu kekayaan dari kearifan lokal masyarakat Jawa sebagai suatu adat istiadat yang diturunkan secara turun-temurun dari orang-orang tua kepada generasi berikutnya dari mulut ke mulut dan dari wejangan yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tetangga dan kerabat di desa dekat kota Surakarta, masyarakat Jawa percaya apabila larangan-larangan yang ada tersebut dilanggar maka akan memiliki konsekuensi tersendiri tak lepas dari percaya atau tidak. Pernah ada cerita warga yang menuturkan bahwa ada sepasang suami istri, sang suami meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anak mereka untuk pergi ke sawah memancing ikan. Menurut masyarakat Jawa jika ada seorang wanita yang sedang mengandung maka suaminya tidak diperbolehkan untuk memancing karena anaknya nanti akan terlahir dengan bibir sumbing. Usut punya usut setelah waktu kelahiran anak tersebut tiba sang anakpun terlahir dengan bibir yang sumbing.
Selain contoh diatas masih banyak contoh Gugon Tuhon lainnya yang beredar di masyarakat Jawa, seperti ojo nglungguhi bantal mundak udunen yang berarti jangan menduduki bantal karena orang yang menduduki bantal akan terkena bisul; ojo mangan neng ngarep lawang mundak angel entuk jodho yang berarti jangan makan didepan pintu karena orang yang makan di depan pintu akan sulit mendapat jodoh; yen nyapu kudu sing resik yen ra resik mundak bojone brewoken yang berarti jika sedang menyapu harus bersih jika tidak nanti suaminya akan berjenggot tebal, dll.
Gugon Tuhon sebenranya memiliki nilai moral dan sosial yang baik terlepas dari benar atau tidak nya mitos tersebut , seperti contohnya jangan kita menduduki bantal karena bantal adalah tempat untuk menaruh kepala, tidak sopan apabila diduduki. Jangan kita makan didepan pintu karena pintu adalah jalan masuk orang lain, dengan keberadaan kita di depan pintu kita akan menghalangi jalan masuknya orang lain, selain itu seharusnya kita makan di ruang makan, tidak di depan pintu. Kita juga diharuskan untuk menyapu sampai bersih hal ini dimaksudkan agar saat melakukan sesuatu kita dianjurkan untuk melakukannya sampai selesai dan tidak setengah-setengah.
Sebagai penutup, Gugon Tuhon adalah suatu kekayaan dari kearifan lokal masyarakat Jawa yang harus kita jaga dan lestarikan sebagai generasi muda Bangsa Indonesia.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |