Kota Cirebon merupakan salah satu daerah yang terletak di pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Letak geografis yang strategis tersebut membuat Kota Cirebon digunakan sebagai jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat dan Jawa Tengah via pantai utara (pantura). Daerah ini terkenal sebagai daerah yang masih memiliki Keraton yang disebut Keraton Kanoman. Keraton tersebut masih melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat seperti Kesenian Tarawangsa, upacara peringatan Bulan Sura (Dalam kalender Jawa atau Muharram pada kalender Hijriah) dan lain sebagainya.
(Sumber gambar : wikipedia )
Salah satu hal yang menarik dari peringatan Bulan Sura yakni adanya sajian Bubur Sura/Syura yang khas disajiikan pada peringatan tersebut. Bubur ini berisi beberapa macam jenis makanan seperti bubur yang lengkap dengan lauk pauk seperti sayur-sayuran, kacang, sambal hingga buah-buahan disajikan di atas daun pisang berbentuk perahu sebagai lambang perahu Nabi Nuh As. Bungkusan bubur tersebut dihitung untuk mendapatkan kepastian tentang jumlah yang telah dibuat. Jumlah bungkusan digunakan sebagai tanda, apakah hasil panen yang akan datang akan melimpah atau sebaliknya. Jumlah perolehan bubur juga diumumkan kepada seluruh pendukung upacara. Upacara Bubur Sura dilaksanakan setahun sekali pada tanggal 10 bulan Muharam.
Seperti upacara adat pada umumnya, upacara Bubus Sura juga memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum upacara tersebut dilaksanakan. Syarat itu yakni adanya sesaji (Sasajen bhs. Sunda) yang terdiri atas:
1) Hahampangan, yaitu sesajen berupa makanan ringan, seperti; opak, wafer dan lain sebagainya. Umumnya hahampangan dibeli dari jajanan pasar.
(Sumber gambar : https://pajajarankiwari.files.wordpress.com/2015/09/sajen-9.jpg?w=300&h=300)
2) Rurujakan (macam-macam jenis rujak) : rujak pisang, rujak cuing, rujak jeruk, rujak roti, rujak kalapa, rujak kembang (bunga) kananga, rujak kelapa, rujak nenas, dan rujak asem.
(Sumber gambar : http://www.santapsedap.com/wp-content/uploads/2016/02/Cara-Membuat-Rujak-Buah-Manis-Asam-Pedas-Segar.jpg )
3) Beras, uang logam, cermin, minyak kelapa, kendi, daun hanjuang, parupuyan (tempat/wadah untuk membakar menyan), cerutu, kipas terbuat dari anyaman, dan kemenyan.
Selanjutnya bubur akan dibagikan kepada setiap warga yang datang maupun yann tidak sempat datang sehingga penutupan Upacara Bubur Sura berakhir.
Terdapat beberapa versi mengenai asal muasal dan filosofi yang terdapat pada sajian bubur sura ini antara lain :
Versi pertama yang merupakan filosofi paling terkenal yakni upacara ini merupakan bentuk dari penghormatan dan peringatan peristiwa fenomenal yang terjadi pada bulan Muharram salah satunya adalah banjir besar pada masa Nabi Nuh AS. Berdasarkan catatan sejarah Islam, peristiwa ini meninggalkan berbagai hal seperti makanan pokok yang dikonsumsi pada zaman tersebut, hal inilah yang memprakarsai tradisi Bubur Sura.
Versi kedua yakni tradisi Bubur Sura terkait dengan mitos terkait Nyi Pohaci Sanghyang Sri yang dipercaya sebagai dewi yang menguasai padi sebagai makanan pokok. Selain itu juga dipercaya sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan. Upacara tersebut diyakini masyarakat bisa mendatangkan berkat kesejahteraan dan ketenteraman.
Pelaksanaannya memerlukan beberapa hal antara lain tempat upacara, sesajen, benda-benda keramat, peralatan untuk pembuatan bubur, dan kesenian. Tempat untuk melaksanakan upacara bisa di dalam rumah, di luar rumah, di tanah lapang, atau di tepi sungai, dan sebagainya.
(Sumber gambar : http://www.wewengkonsumedang.com)
Kesenian Tarawangsa yang dianggap sebagai media untuk memanggil Dewi Sri/ Nyi Pohaci Sanghyang Sri
Upacara itu menyertakan kesenian Tarawangsa, dan tidak dapat digantikan dengan kesenian apa pun. Lagu-lagu yang disajikan oleh tarawangsa adalah lagu-lagu khusus untuk persembahan kepada para karuhun (roh nenek moyang) dan Kersa Nyai (Dewi Sri). Lagu-lagunya tersusun menjadi tiga tahap: Ngalungsurkeu (mapag), syukuran, dan nginebkeun Kersa Nyai (Dewi Sri). Setelah upacara Ngalungsurkeun yang dilakukan pada malam hari selesai, masyarakat yang hadir pada saat itu diberikan kesempatan untuk menari. Mereka menari secara bergiliran, baik laki-laki maupun perempuan hingga pukul 03.00 dini hari. Dalam menari, antara laki-laki dan perempuan harus dipisahkan menurut pembagian waktu. Perempuan diberikan kesempatan menari pertama kali, yaitu dimulai setelah selesai upacara Ngalungsurkeun hingga pukul 24.00. Setelah itu, kesempatan diberikan kepada kaum laki-laki yang akan berakhir hingga pukul 03.00 dini hari. Upacara pembuatan Bubur Syura itu sendiri dilaksanakan sekitar pukul 08.00 sampai selesai kira-kira sore hari. Berbarengan dengan itu, sebagian di antara peserta upacara menari dalam alunan musik tarawangsa.
Referensi :
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=886&lang=
http://travel.kompas.com/read/2008/12/30/05594790/Bubur.Suro
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...