Bicara soal kuliner lokal Mandar, maka orang - orang Majene menyebutnya dengan nama Bua Rangas khususnya di Rangas (kampung nelayan di utara Majene), entah mengapa diberi nama bua Rangas, nama Rangas yang disematkan di belakang penganan ini menjadi hal yang menarik untuk diketahui, namun tak banyak informasi soal ini. Hal yang menarik adalah kuliner lokal Majene ini punya rasa tersendiri. Jika ingin menikmati kuliner bua Rangas tak perlu jauh, cukup arahkan kendaraan menuju kampung Rangas, di kecamatan Banggae. Kuliner ini hanya dapat ditemui saat subuh hari menjelang terbitnya sang fajar. Lalu cukup dengan mengantongi uang Rp. 1000 maka Anda akan mendapatkan empat buah kue bua Rangas. Orang-orang banyak menikmati kuliner ini saat pagi hari, ditemani dengan sajian segelas kopi atau teh. Keluarga nelayan di Rangas banyak menjadikan kue ini sebagai bahan makanan untuk sarapan pagi.
Selain membeli Anda juga bisa membuat sendiri penganan ini, karena pembuatannya tidak sulit, sediakan saja bahan dasar yang diperlukan yaitu kacang hijau, gula aren dan tepung lalu aduk menjadi satu adonan bua Rangas. Jika ingin simpel maka cukup berkunjung saja ke Rangas, ada beberapa penjual kuliner ini yang bisa ditemui dan siap menyajikan kuliner rasa pesisir.
Bisa dibeli di:
Penjual kue-kue di kelurahan Rangas, kecamatan Banggae, kabupaten Majene, Sulawesi Barat
Source:http://www.kompadansamandar.or.id/wisata/majene/653-destinasi-kuliner-lokal-paling-lezat-di-majene.html
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang