Batu Satam adalah sebuah cinderamata ciri khas Pulau Belitung. Batu ini berasal dari meteorit yang bertabrakan dengan lempeng Bumi berjuta-juta tahun yang lalu. Serpihan meteorit ini lalu bercampur dengan timah yang terkandung di dalam Bumi. Sebagai informasi, timah merupakan hasil tambang utama dari Pulau Belitung. Oleh karena itu, dari seluruh wilayah Indonesia, Batu Satam ini hanya dapat ditemukan di Pulau Belitung saja.
Batu Satam memiliki warna hitam sebagai hasil reaksi antara batu meteorit dengan timah. Batu Satam seperti ini dapat ditemukan di pusat kota Tanjung Pandan, yaitu di Tugu Batu Satam. Setelah diolah, batu ini dapat berubah warna menjadi hijau atau coklat kehijauan, dengan bentuk kaca yang tidak beraturan dan memiliki ukiran - ukiran yang terbentuk secara alami. Batu Satam yang sudah diolah para pengrajin biasanya digunakan sebagai perhiasan, seperti layaknya batu akik atau batu mulia lainnya. Batu yang berukuran kecil biasanya dijual dengan harga kurang lebih Rp 100.000.
Bagaimana batu Satam ini ditambang? Ternyata batu Satam ini diperoleh dari para penambang timah yang secara tidak sengaja menemukan batu Satam. Nama penambang yang pertama kali menemukan batu ini adalah Sa Tam, sehingga batu ini dikenal masyarakat sekitar dengan nama batu Satam. Karena masih kurang banyak orang yang tahu akan keberadaan batu Satam, maka pembuatan batu Satam sintetis belum dilakukan.
Selain sebagai perhiasan dan cinderamata, batu Satam dipercaya orang - orang Pulau Belitung bahwa batu ini dapat menetralisir aura negatif dari dalam diri sehingga pancaran aura menjadi lebih cerah. Selain itu, batu Satam juga dipercaya dapat mengusir roh jahat, serta menghalau sihir dan ilmu hitam.
#OSKMITB2018
Sumber:
https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-3061629/batu-satam-suvenir-langka-dari-belitung
https://www.pusakapusaka.com/mengenal-batu-satam-meteor-tektite.html
Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati
Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...
Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap
Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...
Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.