×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Motif Kain

Elemen Budaya

Motif Kain

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Solo, Jogja

Batik Truntum

Tanggal 01 Jun 2016 oleh hallowulandari .

Batik truntum menggambarkan cinta yang bersemi kembali.

Hal itu bermula pada sejarah ketika batik jenis truntum ini pertama kali diciptakan. Sekitar tahun 1749–1788 M, seorang permaisuri bernama Ratu Kencono atau Ratu Beruk, merasa diabaikan oleh suami karena kesibukan dan sebab ia harus memerhatikan selir barunya. Ratu Kencono yang merupakan permaisuri Paku Buwono III Surakarta Hadiningrat itu, mendekatkan diri pada Sang Pemberi Hidup pada suatu malam. Hingga datanglah sebuah gagasan. Katakanlah semacam inspirasi. Ia melihat langit yang cerah dan bertabur bintang, dan kerlip bintang itulah yang menemani kesepiannya. Ia pun mencium harum bunga tanjung berjatuhan di kebun persinggahannya sebagai bagian dari ide. Ia terus berupaya mendekatkan diri pada Tuhan sambil mulai membuat karya batiknya demi mengisi kekosongan. Membatik baginya seperti halnya berdzikir.

Selang berapa lama kemudian, sang raja menemukan permaisurinya tengah membatik sebuah kain yang indah. Hari demi hari, sang raja pun memerhatikan kesibukan baru sang permaisuri dan kain indah yang dihasilkan. Teriring juga perasaan kasih sayang yang kembali muncul. Itulah mengapa banyak yang menyebut truntum sebagai simbol cinta raja yang bersemi kembali.

Secara etimologi, truntum itu sendiri berasal dari isitlah teruntum–tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. Taruntum memiliki arti senantiasa bersemi dan semarak lagi. Batik truntum memiliki pola yang halus dan sederhana. Bermotif seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil, atau menyerupai kuntum bunga melati. Terkadang berbentuk seperti bintang yang bertaburan di langit. Dilihat dari bentuknya, tentunya butuh waktu sangat lama melukiskan motif truntum dalam selembar kain. Motif truntum menggambarkan bunga dilihat dari depan terletak pada bidang berbentuk segi empat. Biasanya menggunakan warna hitam sebagai dasar.

Karena nilai sejarah dan ajaran moralnya, motif truntum menjadi salah satu jenis pola batik terkenal di Solo—tempat asal motif batik ini diciptakan pertama kali. Motif tersebut akhirnya menjadi populer di Pulau Jawa. Termasuk juga di daerah Pekalongan.

Hingga hari ini, motif batik yang bermakna kesetiaan itu, akan kita temukan dalam upacara perkawinan adat tradisional, baik di Yogyakarta maupun Solo. Sebab membawa pesan dan harapan: bahwa kelak kedua mempelai dapat menjalani hidup dengan harmonis dan langgeng. Masyarakat kebudayaan Jawa memiliki ajaran demikian: dalam perkawinan, keluarga inti yang berjalan damai akan berpengaruh positif pada hubungan yang rukun antarkeluarga, dan juga mempengaruhi hubungan yang selaras dengan masyarakat di sekitarnya. Dan dalam hubungan yang harmoni tersebut, pengaruh penting juga berasal dari hubungan personal terhadap Tuhan. Seperti halnya ketika inspirasi itu muncul yang dimulai ketika sang permaisuri yang memohon petunjuk kepada Tuhan dalam kesunyiannya. Hingga proses membuatnya yang tentu dengan sabar dan telaten, hingga diibaratkan seperti menjaga sebuah hubungan dalam pernikahan.

Biasanya batik jenis truntum ini dipakai oleh pengantin perempuan dalam acara midodareni, dipakai juga pada acara panggih. Di samping itu, batik tersebut juga digunakan sebagai kain oleh kedua orang tua mempelai ketika resepsi pernikahan, sebagai wujud bahwa orang tua berperan penting dalam memberi pengetahuan dan menuntun anak-anaknya ke gerbang rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah.

Referensi: https://rantingkemuning.wordpress.com/2014/01/06/makna-di-balik-motif-truntum/

DISKUSI


TERBARU


Ogoh-Ogoh, Dari...

Oleh Dodik0707 | 28 Feb 2024.
tradisi

Ogoh-Ogoh, Dari Filosofi Hingga Eksistensinya Malang - Jelang Hari Raya Nyepi, warga Dusun Jengglong, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Mal...

Na Nialhotan (D...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dali Nihorbo atau di Pulau Samosir disebut dengan Na Nialhotan. Dibuat dari susu kerbau yang dimasak dengan garam dan bahan pengental. Ada 3 pilihan...

Pulurpulur

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Pulurpulur Resep khas Simalungun yang bentuknya seperti bola dan disiram saus. Isinya terbuat dari cincang jantung pisang, daun bawang, bawang Batak,...

Itak Sipitu Bar...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Menurut Narasumber kami, Ibu Hotni br. Simbolon pada acara MERAYAKAN GASTRONOMI INDONESIA di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tanggal 03 Februari 2024,...

Dengke Na Nisor...

Oleh Batakologi | 06 Feb 2024.
Makanan

Dari sumber yang kami dapat melalui Abang Sepwan Sinaga sebagai Pegiat Budaya Batak Toba, Dengke Na Nisorbuk memiliki citarasa yang dominan pedas. Du...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...