Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Jember
Batara Kala dan Anak Sukerto
- 17 November 2018

Siapa yang merasa memiliki “anak Sukerto?” Anak Sukerto dapat dikatakan anak yang memiliki keistimewaan. Tetapi keistimewaan itu dapat mendatangkan mara bahaya bagi anak yang bersangkutan. Namun semua itu sekedar merupakan kepercayaan masyarakat masa lalu secara turun-temurun. Sampai sekarang masih terdapat kepercayaan adanya “anak Sukerto”. Termasuk mereka yang tinggal di kota dan berkehidupan disuasana modern.

“Anak Sukerto” yaitu anak (orang) yang karena kelahirannya atau kedudukannya dalam lingkungan keluarga maupun kejadian dalam hidupnya menjadikan termasuk salah satu yang diperbolehkan menjadi mangsa Batara Kala.

“Sukerto” dari kata “suker” artinyo kotor. “Anak Sukerto” berarti anak yang mempunyai halangan dalam hidupnya.

Mengapa Batara Kala senang memangsa atau makan manusia? Kono singkat kisahnya, di Kahyangan kedatangan Prabu Damarjati melamar Dewi Uma isteri Batara Guru. Lamaran ditolak dan Prabu Damarjati ditanngkap serta dibuang ke Pesisir Kulon. Prabu Darmajati tidak mati, malah berganti rupa puteri cantik bernama Dewi Tenana bertapa di pertapaan Selogumilang. Tujuan tapanya adalah mencari kekuatan untuk membalas dendam Batara Guru. Terjadilah gara-gara di arcapada. Para dewa berusaha menggagalkan tapa Dewi Tenana tetapi sia-sia.

Kegagalan itu disampaikan kepada Batara Guru. Akhirnya Batara Guru diikuti Batara Narada berangkat ke pertapaan Selogumilang untuk menggelandang Dewi Tenana yang membahayakan Marcapada. Dewi Tenana telah tahu, maka perintah kepada Emban Lodayo untuk menyiapkan segala sesuatu untuk menyongsong kedatangan tamu agung itu.

Dengan suasana pertapaan yang terhias indah, gaya yang lemah gemulai, kata-kata yang masin diterimalah tamu Agung dari Suralaya itu. Niat semula keberangkatan Batara Guru dari kahyangan yang telah penuh kemarahan untuk membinasakan Dewi Tenana menjadi tak berdaya karena sanjungan yang lemah lembut itu. Dalam pandangan Batara Guru, Dewi Tenana adalah cantik menawan dan membangkitkan nafsu berahinya. Dewi Tenana menolak ketika diminta sebagai isteri Batara Guru. Berkobarlah asmara Batara Guru dan terus mendesak sang Dewi. Terjadilah kejar mengejar sampai di tepi samudera. Karena Batara Guru diamuk asmara yang memuncak, maka keluarah kama dan jatuh di samudera. Seketika itu air samudera beruncang dan bergelombang besar.

Dewi Tenana yang terus dikejar, akhirnya timbul marahnya dan mengutuk Batara Guru: “Batara Guru, engkau adalah Dewa Agung, mengapa tidak mampu menahan nafsu dan mengendalikan diri. Watak dan laku perbuatan semacam itu adalah watak raksasa”. Seketika itu pula Batara Guru berwajah raksasa. Ia bingung dan merasa malu jika kembali ke Suralaya. Akhirnya Batara Guru menyesal dan minta agar Dewi Tenana bersedia mengembalikan wajahnya seperti semula. Dewi Tenana menyanggupi asal tidak mengejar lagi. Setelah wajah Batara Guru pulih seperti sedia kala, kembalilah is ke Suralaya tanpa membawa hasil.

Sembilan bulan dari kejadian itu, timbullah angin topan dan deru samudera yang menghempaskan seorang bayi ke pantai. Atas kehendak jagad, bayi itu segera dapat berjalan dan berbicara. Datanglah bayi itu ke pertapaan Selogumilang menemui Dewi Tenana yang sedang membicarakan suara gemuruh dari samudera bersama Emban Lodaya. Atas pertanyaan Dewi Tenana, Sang Bayi mengaku dari tengah samudera dan menanyakan orang tuanya. Dewi Tenana ingat peristiwa masa lalu dan mengaku sang Bagi sebagai puteranya serta menunjukkan bahwa Batara Guru adalah ayahnya. Kemudian Sang Bayi yang semakin besar itu diperintahkan menghadap Batara Guru serta Emban Lodaya menyertainya.

Kedatangan Sang Bayi yang telah perjaka dan Emban Lodaya di Kahyangan Suralaya dihadang oleh bala tentara Dewa. Terjadilah perang dan tentara Dewa dapat dikalahkan. Sang perjaka dihadapkan pada Batara Guru. Setelah mendengar ceritera dari Sang Bayi yang diperkuat keterangan Emban Lodaya, maka Batara Guru tidak dapat mengingkari perbuatan masa lalunya. Kemudian Batara Guru mengakui sang Perjaka sebagai anaknya dan diberi nama Jajasengkala. Emban Lodaya ditugasi untuk mengasuhnya.

Suatu hari Emban Lodaya memasak bakal santapan Jajasengkala. Pada saat meracik sayuran, jari Emban Lodaya teriris dan darah mengucur bersampur masakannya. Setelah dihidangkan dan dilahap oleh Jajasengkala, ia merasakan kelezatan makanan yang belum pernah ditemui sebelumnya. Maka ia meminta agar selalu dihidangkan makanan dengan menu semacam itu.

Hari-hari selanjutnya Jajasengkala selalu marah karena menyantap hidangan tidak sesuai dengan cita rasa yang diinginkan. Kemarahan yang memuncak menimpa Emban Lodaya. Akhirnya Emban Lodaya berterus terang tentang terjadinya masakan yang lezat itu. Mendengar keterangan Emban Lodaya itu, Jajasengkala selalu minta dibuatkan masakan dengan bumbu darah manusia. Apabila perlu bagian badan Emban Lodaya dapat dijadikan bumbu masakannya. Permintaan itu sengan mengerikan perasaan Emban Lodaya dan amat ketakutan.

Kemudian Emban Lodaya melarikan diri dan dikejar oleh Jajasengkala untuk menghadap Batara Guru. Batara Guru merasa heran, mengapa Emban Lodaya dan Jajasengkala berkejaran dan menghadapnya. Setelah mendapat penjelasan dari keduanya, Batara Guru memerintahkan Jajasengkala untuk pergi ke pertapaan Selamangempang menemui Batara Kala. Ia diberi kuasa penuh untuk minta setengah jatah makanan Batara Kala. Apabila permintaan itu ditolak, maka Jajasengkala diijinkan untuk membunuh Batara Kala dan makan daging jatung Batara Kala.

Berangkatlah Jajasengkala ke Selamangempang. Sesampai di Selamangempang semua maksudnya diutarakan kepada Batara Kala. Permintaan itu ditolak dan terjadilah perang tanding yang dasyah karena keduanya berujud raksasa yang besar. Jajasengkala lebih muda dan Batara Kala dapat dibunuh. Jantung Batara Kala dimakan dan sebagian dibawa ke Kahyangan sebagai bukti keberhasilan membunuh Batara Kala. Sesampainya Jajasengkala di Kahyangan, para dewa bergembira ria karena manusia serakah itu telah musnah. Kegembiraan itu terhenti mendengar tuntutan Jajasengkala agar diberi kedudukan dan segala fasilitas sama dengan dewa. Batara Guru dapat menerima tuntutan itu dan memberinya pakaian dewa. Alangkah terkejutnya para dewa, setelah Jajasengkala mengenakan pakaian dewa wajahnya persis seperti Batara Kala. Maka Batara Guru memberinya nama Batara Kala.

Batara kala masih punya tuntutan lain yaitu agar diberi izin makan manusia karena telah merasakan kelezatannya. Apabila tidak diizinkan, maka ia akan mencari cendiri di Arcapada. Setelah berunding dengan para dewa, akhirnya Batara Guru hanya memperbolehkan Batara Kala memakan manusia yang bepergian atau orang ke sungai memakai kerudung ditengah hari atau matahari di atas ubun-ubun. Batara Kala tidak puas, karena merasa belum cukup atau sulit mencari manusia semacam itu. Batara Guru mengkhawatirkan manusia di dunia akan musnah dimangsa Batara Kala. Atas hasil musyawarah dengan para dewa, maka Batara Guru mengijinkan Batara Kala makan “anak sukerto”. Para dewa masih khawatir banyak manusia menjadi makanan Batara Kala, akhirnya Batara Guru memberi syarat. Bagi orang yang bepergian di siang hari dan matahari sudah condong ke barat meskipun baru sedikit, maka tidak boleh dimakan. Hal itu mengisyaratkan pada orang agar berhenti sejenak dari perjalanan menunggu matahari condong ke barat. Bagi “anak sukerto” yang sudah “diruwat” tidak boleh dimakan. Hal itu mengisyaratkan agar orang yang mempunyai “anak sukerto” agar segera “diruwat”. Anak yang termasuk “Sukerto” antara lain:

  1. “Julung caplok” yaitu anak yang lahir tepat pada saat matahari terbenam. Selain menjadi jatah Batara Kala, anak “Julung Caplok” juga merupakan cadangan makanan harimau.
  2. “Julung kembang” yaitu anak yang lahir tepat pada saat matahari terbit.
  3. “Ontang anting” yaitu anak tunggal puteri atau putera.
  4. “Kendana-kendidi” yaitu dua bersaudara putera dan puteri seayah-seibu.
  5. “Uger-uger lawang” yaitu dua bersaudara putera semua seayah-seibu.
  6. “Kembang sepasang” yaitu dua bersaudara puteri semua seayah-seibu.
  7. “Pandawa” yaitu lima bersaudara putera semua seibu-seayah.
  8. “Pandawi” atau “kembang setaman” yaitu lima bersaudara puteri semua seibu-seayah.
  9. “Pancuran kapit sendang” yaitu tiga bersaudara terdiri puteri-putera puteri seayah-seibu.
  10. “Sedang kapit pancuran” yaitu tiga bersaudara terdiri putera-puteri-putera seayah-seibu.
  11. “Runta” yaitu anak yang hari dan tanggal kelahirannya sama dengan ayahnya.
  12. Empat orang bersaudara putera semua seayah-seibu.
  13. Empat orang bersaudara puteri semua seayah-seibu.
  14. Lima bersaudara terdiri seorang putera, empat puteri seayah-seibu.
  15. Lima bersaudara terdiri seorang puteri, empat putera seayah-seibu.

Selain anak seperti itu masih terdapat anak atau orang yang menjadi jatah Batara Kala, misalnya anak jatuh dari gendongan, orang bepergian jauh sendirian atau “bathang lelaku” (mayat berjalan) dan lain-lain. Kelompok jenis jatah makan Batara Kala terakhir ini disebabkan kelalaian orang yang bersangkutan. Agar terhindar dari incaran Batara Kala, kelompok orang lalai tersebut cukup berhati-hati agar kejadian itu tidak terulang lagi. Jadi mereka tidak perlu “diruwat”, seperti kelompok pertama.

 

 

Referensi:

  1. Indotim (https://indotim.wordpress.com/cerita-rakyat-nusantara-2/cerita-rakyat-nusantara-vi/3/)

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya